Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pasang Surut Wayang Orang Sriwedari

Duka Pemain Wayang Orang Sriwedari, Bergelut dengan Atap Bocor dan Bisingnya Terompet Kora-Kora

Jika musim hujan tiba, pemain dan penonton harus bergelut dengan atap bocor di Gedung Wayang Orang Sriwedari.

TribunSolo.com/Anggorosani Mahardika
Pementasan dan penampilan Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/8/2024) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Gedung Wayang Orang Sriwedari kini berada dalam kondisi memprihatinkan.

Jika musim hujan pemain dan penonton harus bergelut dengan atap bocor.

Belum lagi jika berbarengan dengan pasar rakyat kebisingan terompet kora-kora membuat pertunjukan buyar.

Hal ini diungkap Pamong Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Dhestian Wahyu Setiaji.

“Atap dibenerin depan belakang bocor. Di penonton, ruang rias, panggung. Kita juga sering berbarengan dengan event seperti Sekaten suaranya masuk ke dalam gedung,” jelasnya, kepada TribunSolo.com, Rabu (28/8/2024).

Terakhir gedung ini direnovasi cukup besar pada 1991 silam. Setelah itu perbaikan hanya bersifat tambal sulam.

“Gedung sejak 1991 renovasi yang berjalan renovasi kecil tambal sulam. Otomatis kalau gedung sudah berusia banyak yang sudah membutuhkan ya harus direnovasi secara menyeluruh,” terangnya.

Baca juga: Gebrakan Wayang Orang Sriwedari Demi Digandrungi Anak Muda, Lagu Dangdut Rungkad Jadi Lakon

Ilustrasi penonton yang melihat Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/8/2024)
Ilustrasi penonton yang melihat Wayang Orang Sriwedari di Solo, Jawa Tengah, Rabu (28/8/2024) (TribunSolo.com/Anggorosani Mahardika)

Baca juga: Perubahan Wayang Orang Sriwedari di Solo, Dulu Tonjolkan Indahnya Alur Cerita dan Diksi, Kini Visual

Pembangunan gedung baru sempat hampir terealisasi. Namun, karena terbentur pandemi covid-19 dana terkena refocusing.

“Dulu sebelum pandemi sudah mau dibangun gedung yang baru. Rencananya dulu jadi gedung wayang orang baru. Terbentur pandemi dana yang dialokasikan pembangunan digunakan ke yang lebih urgent. Dulu sudah dipagar seng keliling. Mungkin saat ini kemampuan daerah belum bisa atau belum menjadi prioritas,” tuturnya.

Ia pun khawatir jika kondisi ini dibiarkan terus menerus maka akan membuat peminat wayang orang makin menyusut.

Padahal, tidak sehari dua hari pihaknya melakukan berbagai inovasi hingga kini tiap malam bisa ditonton ratusan orang.

“Kita tahu penonton anak muda nongkrong di mall, cafe, bioskop dengan fasilitas nyaman. Kalau kita fasilitas gedung belum bisa memberikan senyaman nonton bioskop mereka juga tidak betah,” ungkapnya.

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved