Berita Jateng
Penyebab Kematian Dokter ARL Belum Bisa Dipastikan, Polisi Tunggu Hasil Otopsi Psikologi
Pihak kepolisian masih terus menelusuri kasus dugaan perundungan berujung kematian mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip.
Penulis: Tribun Network | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
TRIBUNSOLO.COM - Pihak kepolisian masih terus menelusuri kasus dugaan perundungan berujung kematian mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Pihak kepolisian sudah menyelidiki sejumlah barang bukti antara lain surat hingga rekaman suara dari ponsel milik korban bunuh diri dokter ARL.
Baca juga: Geger Dokter ARL Diduga Dipalak Rp 40 Juta Perbulan oleh Senior, Begini Kata Pihak Undip Semarang
"Barang bukti, baik surat, maupun keterangan korban yang ada di hp masih jadi bahan penyelidikan. Bahan hasil investigasi Kemenkes akan kami dalami, semuanya yang perlu diuji kami bawa ke laboratorium forensik," beber Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Jateng Artanto dilansir dari Kompas.com.
Sementara itu, polisi masih perlu menunggu hasil otopsi psikologi untuk menyimpulkan penyebab kematian dokter ARL.
"Kami masih ada PR memastikan kematian dr R, masih menunggu hasil otopsi psikologi. Nanti hasilnya akan menjadi petunjuk bagi kami untuk menjelaskan penyebab kematian," ujar Artanto.
Diduga Dipalak Rp 40 Juta Perbulan oleh Senior
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr Siti Nadia Tarmizi mengungkap beberapa perundungan yang dialami oleh mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) dr ARL.
Menurut penuturannya, Tim Investigasi Kemenkes menemukan bahwa dr ARL dipalak oleh seniornya dengan nominal Rp 20 juta hingga Rp 40 juta per bulan.
"Jadi kita sudah ada beberapa hal yang ditemukan oleh tim investigasi seperti misalnya ada permintaan uang diluar biaya pendidikan resmi yang sempat dikatakan itu antara 20 sampai 40 juta perbulan, walaupun memang ini masih simpang siur yang ada yang menyatakan hanya 6 bulan tapi ada juga yang menyatakan ini setiap tahunnya nanti sesuai dengan kenaikan tingkat akan terjadi pengurangan," ungkapnya dilansir dari Kompas.com.
Pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menduga, dr ARL dipalak seniornya hingga Rp 20 juta hingga Rp 40 juta per bulan.
Seperti diketahui, Kemenkes saat ini sedang melakukan investigasi soal dugaan bullying yang diduga menyebabkan dr ARL mengakhiri hidupnya.
Menanggapi temuan tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran Undip, Yan Wisnu menuturkan, Undip mendukung agar investigasi kasus tersebut dilakukan secara terbuka.
"Yang bisa saya sampaikan mengulang apa yang Pak Rektor Undip (Suharmono). Jadi Undip berkomitmen untuk membuka investigasi seluas-luasnya sedalam-dalamnya dan untuk dibuka saja seluruhnya," kata Yan Wisnu, saat ditemui di Fakultas Kedokteran Undip, Senin (2/9/2024).
Dia menyebut, bahwa Fakultas Kedokteran Undip tak akan menutup-nutupi kasus ini.
"Namun, kami juga berharap bahwa nanti hasilnya akan berkeadilan untuk seluruhnya baik untuk anak didik, pasien, dan untuk Undip juga," imbuh dia.
Polisi Dalami Soal Kekerasan dan Interogasi Pakai Senjata Api, Soal Salah Tangkap Pencari Bekicot |
![]() |
---|
Nasib Polisi Grobogan yang Salah Tangkap Pencari Bekicot, Kini Diperiksa Propam, Bakal Disanksi |
![]() |
---|
Kesaksian Kusyanto, Korban Salah Tangkap di Grobogan: Polisi Sudah Datang Minta Maaf |
![]() |
---|
Sosok Kusyanto, Pencari Bekicot yang Jadi Korban Salah Tangkap di Grobogan, Ungkap Kerugian |
![]() |
---|
Kisah Pencari Bekicot di Grobogan, Lagi Istirahat Dituduh Polisi Curi Pompa Air, Kapolres Minta Maaf |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.