Santri Ponpes Az Zayadiyy Tewas Dianiaya
Terjadi Lagi Kasus Kekerasan di Pondok Pesantren Hingga Santri Meninggal, Simak Tips Memilih Ponpes!
Ayah korban, Tri Wibowo mendapat informasi anaknya dianiaya seniornya sebelum kehilangan nyawa.
Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Kasus kekerasan terjadi lagi di lingkungan Pondok Pesantren.
Kali ini santri yang jadi korban sampai kehilangan nyawanya.
Orangtua yang berharap sang anak menimba ilmu agama di pesantren, justru harus menerima takdir putranya berpulang karena dianiaya seniornya di pondok.
Ialah Abdul Karim Putra Wibowo, santri SMP Pesantren Tahfidz Az-Zayadiyy, Sanggrahan, Sukoharjo yang diduga tewas dianiaya seniornya.
Kini keluarga masih menunggu hasil autopsi dari kepolisian.
Ayah korban, Tri Wibowo mengaku belum mendapatkan kepastian mengenai penyebab kematian sang anak.
Baca juga: Minta Rokok Berujung Maut, Santri Ponpes di Sukoharjo Jateng Tewas Diduga Dianiaya Senior
Namun dia mendapat informasi anaknya dianiaya seniornya sebelum kehilangan nyawa.
“Saya belum mendapat kepastian dari kepolisian. Saya menunggu hasil autopsi,"
"Tapi kalau berdasarkan informasi yang saya dapatkan anak saya ini mohon maaf bisa dibilang korban kekerasan salah satu santri kakak tingkat,” jelasnya saat ditemui di rumah duka Pucangsawit RT 1/14, Jebres, Senin (16/9/2024).
Abdul Karim enghembuskan nafas terakhir pada Senin (16/9/2024).
Ayah korban, Tri Wibowo tak kuasa menahan tangis saat menceritakan nasib malang anaknya tersebut.
Ia baru seminggu yang lalu bertemu dengan anaknya tersebut.
Setelah ada kabar putra sulungnya ini dibawa ke klinik, ia sudah tidak bernyawa.
“Istri saya diinfokan bada dzuhur 12.30 siang. Kita berangkat ke pondok. Sudah ke pondok. Di pondok langsung transit langsung ke klinik. Ke klinik Ngudi Sehat. Di tengah perjalanan saya dikabari anak saya meninggal,” tuturnya.
Baca juga: Pengasuh Ponpes Rudapaksa 4 Santriwati di Magelang Jateng: Minta Pijit, Korban Ditakuti Dosa
Maraknya kasus kekerasan di lingkungan Pondok Pesantren sudah menjadi momok sejak lama.
Kemenag Jawa Tengah telah melakukan sejumlah upaya untuk mencegah kasus kekerasan di ranah pesantren, yaitu dengan menggerakkan apa yang disebut sebagai “sekolah aman dan sehat”.
Bagi para orangtua yang ingin menyekolahkan anak ke pondok pesantren, berikut sejumlah tips yang harus diperhatikan.
Diberitakan Kompas.com, Menurut Dosen Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ahmad Fatoni, menyarankan orangtua untuk melakukan pertimbangan matang saat akan memilih pesantren.
Berikut tiga pertimbangan yang dapat digunakan orangtua maupun calon santri saat memilih pondok pesantren.
1. Sesuaikan pesantren dengan tujuan anak
Pertama, menetapkan tujuan anak atau calon santri.
Jika ingin menjadi penghafal Al Quran maka carilah pesantren yang memiliki program hafalan di dalamnya.
Kemudian jika bertujuan menjadi pakar ilmu agama, misalnya literatur keislaman klasik, maka bisa mencari pesantren yang menyediakan sistem pembelajaran berdasarkan kitab kuning atau gundul.
“Jika tujuannya adalah ingin anak menjadi calon intelektual ulama, maka carilah pesantren yang memadukan antara pendidikan kepesantrenan dengan pendidikan formal. Biasanya pesantren terkait mengintegrasikan ilmu-ilmu umum dengan ilmu agama khas pesantren,” ujar Ahmad Fatoni.
2. Pilih jenis pondok pesantren
Pertimbangan selanjutnya saat menentukan pesantren adalah menentukan model yang diinginkan.
Secara umum, pesantren dibagi menjadi dua, yakni tradisional dan modern.
Tradisional atau salafi biasanya menekankan pada kitab-kitab kuning atau kitab gundul.
Bahkan model pesantren ini melarang santrinya untuk mengenyam pendidikan formal supaya lebih fokus menguasai kitab-kitab.
Jika santri ingin mendapatkan pendidikan formal, biasanya santri diminta mencari di luar pesantren.
Model lainnya adalah model modern. Di sini santri tidak hanya belajar ilmu keislaman saja namun juga diajarkan ilmu-ilmu umum tentang teknologi maupun bahasa. Dalam kata lain, model modern ini tidak hanya menitikberatkan untuk belajar kitab-kitab kuning saja.
"Setelah menetapkan tujuan dan model pesantren orangtua atau calon santri harus melihat rekam jejak dari pesantren yang akan dipilih. Misalnya dengan melihat alumni yang ada. Apakah banyak yang berhasil atau sukses dan mampu bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.
3. Cek kualitas dan sistem belajar pesantren
Fatoni mengingatkan, menurutnya kunci sukses sebuah pesantren adalah sistem belajarnya.
Kemudian juga kualitas alumni, kiprah pimpinan pondok serta jasanya di masyarakat.
Jika pesantren itu baru dan belum memiliki alumni, orangtua bisa datang langsung ke lokasi untuk mengecek dan observasi ke masyarakat sekitar.
Lihatlah secara langsung, apakah pesantren tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan.
Sebagai tambahan, jangan lupa cek juga track record pesantren di internet, apakah pernah ada kasus kekerasan atau tidak.
(*)
Pembunuh Santri Sukoharjo Divonis Penjara 7 Tahun, Ayah Korban : Bersyukur, tapi Tak Sebanding Nyawa |
![]() |
---|
Dinyatakan Bersalah, Terdakwa Penganiayaan Santri di Sukoharjo hingga Tewas Divonis 7 Tahun Penjara |
![]() |
---|
Sidang Vonis Kasus Santri Dianiaya hingga Tewas di Sukoharjo, Keluarga Korban Bawa Poster Tuntutan |
![]() |
---|
PN Sukoharjo Akan Gelar Sidang Vonis Kasus Santri Ponpes Az-Zayadiyy Pekan Depan |
![]() |
---|
Pelaku Penganiayaan Santri Ponpes Az-Zayadiyy Hingga Tewas Dituntut 7 Tahun Bui & Denda Rp1 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.