Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kuliner Wonogiri

5 Rekomendasi Kuliner Legendaris di Wonogiri Jateng, Ada yang Sudah Jualan Sejak 1937

Bagi kamu yang sudah merencanakan berkuliner di Wonogiri pada akhir pekan ada beberapa kuliner yang bisa kamu coba.

Tribun Solo / Erlangga Bima
Pecel Mbah Nardi, salah satu legenda Kuliner di Wonogiri Kota. 

"Dari dulu simbah jualan lotis ya disini, sejak tahun 1980. Dulu hanya lotis sama esteh jualannya," kata Bu Nur, pengelola warung itu yang juga menantu Mbah Sumi.

Warung itu terletak di sebelah Telaga Rowo.

Sejak tahun 1980 Mbah Sumi yang pemilik warung sudah berjualan lotis di tempat itu hingga saat ini.

Sebenarnya buah yang digunakan sama seperti buah-buah lainnya, seperti mangga, nanas, bengkuang dan timun.

Hanya saja, yang membedakan adalah sambal lotisnya.

Rasanya pedas, tapi nyaman dimakan, pedas yang enak.

Sambal itu dibuat dan diuleg oleh suami Mbah Sumi, yakni Mbah Rakino.

4. Serabi Kidul Pegadaian, Jualan Sejak 1970-an, Pertahankan Resep Jadi Kunci Eksis

Serabi merupakan makanan yang memiliki cita rasa manis sekaligus gurih.

Kuliner yang termasuk jajanan tradisional Indonesia itu memiliki banyak penggemar.

Di Wonogiri, ada satu rekomendasi lagi serabi yang patut dicoba ketika berkunjung kesana.

Serabi Kidul Pegadaian Wonogiri
Serabi Kidul Pegadaian Wonogiri (Tribunsolo.com/Erlangga Bima Sakti)

Yakni Serabi Kidul Pegadaian yang terletak tepat di samping Kantor Pegadaian Wonogiri.

"Serabi disini sudah ada sejak sebelum saya lahir, sekitar tahun 1970-an lah. Dulu yang berjualan ibu di depan pasar, sekarang pindah disini dan saya teruskan," kata pemilik Serabi Kidul Pegadaian, Bu Yeni, kepada TribunSolo.com.

Serabi Kidul Pegadaian buka setiap hari mulai pukul 03.00 dinihari.

Dalam sehari, ia menghabiskan 4-5 kilogram tepung, jika di akhir pekan atau hari minggu dia membuat lebih banyak.

Bukan di kios, dia berjualan serabi dengan gerobak dorongnya.

Memasak serabinya pun juga di gerobak itu.

Total ada delapan anglo atau kompor arang tradisional yang digunakannya.

Serabi itu dimasak di wajan kecil dari baja yang mana itu sudah digunakan sejak ibunya yang berjualan.

Dengan cekatan, ia memasak serabi di delapan anglo itu secara bergantian.

Rasa serabi di sana tentunya lembut, manis dan sedikit gurih.

Tak heran jika kuliner itu memiliki banyak pelanggan.

Resep yang digunakan menjadi kunci jajanan itu bisa bertahan hingga puluhan tahun.

Baca juga: 5 Rekomendasi Kuliner Malam Enak di Kota Solo Jateng, Mulai dari Nasi Kuning hingga Bestik

5. Pecel Mbah Nemleg di Baturetno, Warung Legendaris yang Sudah Berdiri Sejak 1937

Di Wonogiri terdapat banyak kuliner legendaris yang masih eksis walaupun berdiri sejak puluhan tahun lalu. Mempertahankan resep jadi kunci mereka bisa bertahan hingga sekarang.

Salah satunya Warung Mbah Nemleg yang berdiri di Dusun Batu Kidul, Desa/Kecamatan Baturetno, Wonogiri.

Warung yang berdiri sejak tahun 1937 itu punya menu spesial yakni Pecel Empal.

Pengelola Warung Mbah Nemleg, Sri Sudarsih (62) menceritakan warung itu merupakan peninggalan neneknya.

Dulu warung itu hanya sebuah gubug yang berdiri di bawah pohon mangga kweni.

"Awalnya simbah saya, Mbah Sonojoyo. Dulu berjualan wedhang dan berbagai makanan tradisional di sebuah gubug," kata dia, kepada TribunSolo.com.

Menurutnya gubug kecil itu awalnya menjadi jujugan para blantik dan pedagang sapi dari wilayah Pacitan, Eromoko, Tirtomoyo dan sejumlah daerah lain di sekitaran Baturetno.

Pecel Mbah Nemleg di Baturetno
Pecel Mbah Nemleg di Baturetno (TRIBUNSOLO.COM/Erlangga Bima Sakti)

Warung tersebut kemudian dilanjutkan oleh putri Mbah Sonojoyo, yaitu Mbah Katinem atau yang disebut Mbah Nemleg. Sejak saat itu, pecel menjadi menu andalan disana.

"Jaman ibu saya, pelanggan kebanyakan pesan makan pecel pakai empal itu. Sampai saat ini diteruskan, saya tidak meninggalkan khas ibu saya, yakni pecel, terik, empal itu pasti ada," jelasnya.

Menurutnya, tak ada yang membedakan bumbu di Pecel Mbah Nemleg dengan pecel-pecel lain. Hanya saja Pecel Nemleg menggunakan kencur dan jeruk purut yang menjadi khasnya.

Selain pecel, yang menjadi menu andalan disana adalah teh ginastel, atau teh yang legi panas kenthel (manis, panas dan kental).

"Kuncinya untuk mempertahankan simbah itu di bumbu. Dulu sebelum pandemi ramai banget. Setelah pandemi ini belum pulih seperti dulu.

Warung Mbah Nemleg buka hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.00 hingga pukul 15.00. Letaknya Pasar Bung Karno Baturetno ke selatan tak lebih dari 1 kilometer.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved