WAWANCARA EKSKLUSIF

Tokoh Tionghoa di Solo Blak-blakkan Alasan Imlek Selalu Turun Hujan, Dianggap sebagai Berkah

Setiap Imlek yang menjadi perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa biasanya selalu dikaitkan dengan turunnya hujan.

Laporan Wartawan TribunSolo, Erlangga Bima

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Setiap Imlek yang menjadi perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa biasanya selalu dikaitkan dengan turunnya hujan.

Diyakini, hujan menjadi berkah tersendiri ketika Imlek.

Seorang Tokoh Masyarakat Tionghoa asal Solo, Sumartono Hadinoto, menjelaskan di setiap wilayah selalu memiliki kearifan lokal yang menyesuaikan apa yang ada di wilayah itu sendiri.

SUMARTONO HADINOTO. Ketua Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Sumartono Hadinoto (kanan) saat podcast di kantor TribunSolo.com, Klodran, Karanganyar, Senin (27/1/2025) lalu. Sumartono menyebut hujan di kala Imlek justru dianggap berkah bagi masyarakat Tionghoa.
SUMARTONO HADINOTO. Ketua Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Sumartono Hadinoto (kanan) saat podcast di kantor TribunSolo.com, Klodran, Karanganyar, Senin (27/1/2025) lalu. Sumartono menyebut hujan di kala Imlek justru dianggap berkah bagi masyarakat Tionghoa. (TribunSolo.com/Anggorosani Mahardika)

"Kalau namanya lagi tahun baru kan harus bahagia. Bahagia lah karena di Indonesia musimnya hujan. Kalau kita masuk keadaan bilang wah ini kita susah loh kena hujan, kan enggak. Kita anggap hujan itu berkah," jelasnya saat podcast dengan TribunSolo, yang tayang 1 Februari 2025 lalu.

Sehingga masyarakat keturunan Tionghoa utamanya yang berada di Indonesia selalu mengharapkan hujan ketika Imlek.

Sebab Imlek selalu bersamaan dengan musim penghujan di Indonesia.
 
"Orang Tionghoa di Indonesia khususnya atau di negara yang hujan selalu, Imlek mengharapkan hujan. Tapi sebenarnya tidak usah diharapkan pasti hujan, memang musim penghujan. Kita dapat hujan ya kan karena kita menerima hujan itu untuk tetap kita bisa bahagia," katanya.

Baca juga: Terpukau Senior Bayar Biaya RS Orang Tak Dikenal di Solo, Sumartono Mantap Terjun ke Dunia Sosial

Budaya saat perayaan Imlek menurut dia juga tak jauh berbeda dengan perayaan Idul Fitri, yakni dengan bersilaturahmi, memberikan angpao untuk orang yang belum bekerja dan saling menjenguk antar keluarga.

"Acara silaturahmi ini seperti kalau kita Idul Fitri lah, ini sangat penting minimal setahun sekali. Yang muda ketemu yang tua, bisa mendapatkan wejangan, bisa belajar kehidupan dan yang happy yang masih belum menikah belum bekerja karena dapat angpao tadi," terangnya.

"Kemudian ya itulah saling menjenguk antar keluarga dan kalau pas hujan ya tetap happy karena ini rezeki yang datang," imbuh dia.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved