Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Gebrakan Sigit Pamungkas di Sragen

Analisis Bupati Sigit Soal Angka Kemiskinan Sragen Tinggi, Curiga Salah, Singgung Terkait IPM

Bupati Sigit menganalisi data kematian di Sragen, dia menyebut ada dugaan data tersebut salah. Ini terkait dengan IPM dan Angka Kemiskinan.

|
TribunSolo.com/Septiana Ayu
KUNJUNGAN KERJA PERTAMA. Bupati Sragen, Sigit Pamungkas berkunjung ke Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Kabupaten Sragen, Rabu (5/3/2025). Dia curiga soal data kemiskinan di Sragen ada kesalahan, ini berdasarkan IPM dan Angka Kemiskinan. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Bupati Sragen, Sigit Pamungkas merasa heran dengan kondisi perekonomian Kabupaten Sragen.

Hal itu ia ungkapkan saat menyampaikan paparan dalam acara konsultasi publik rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sragen tahun 2025-2029 pada Selasa (18/3/2025).

Ia menerangkan pertumbuhan ekonomi Sragen pada tahun 2024 sebesar 5,39 persen, lebih tinggi dari Jawa Tengah (5,00 persen) dan nasional (4,95 persen).

Lalu, pada tahun 2024, Sigit menyebut indeks pembangunan manusia di Sragen mencapai 75,53, yang juga lebih tinggi dari Jawa Tengah (73,88) dan nasional (75,02).

Penurunan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Sragen (3,53 persen), menurut Sigit juga lebih baik dari Jawa Tengah (4,78 persen) dan Nasional (4,91 persen) pada tahun 2024 lalu.

BERI KETERANGAN. Bupati Sragen, Sigit Pamungkas saat ditemui TribunSolo.com, Jumat (14/3/2025). Dia mengajukan agar Sragen dibangun Sekolah Rakyat ke pusat.
BERI KETERANGAN. Bupati Sragen, Sigit Pamungkas saat ditemui TribunSolo.com, Jumat (14/3/2025). Dia mengajukan agar Sragen dibangun Sekolah Rakyat ke pusat. (TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari)

Namun, angka kemiskinan di Kabupaten Sragen, yakni sebesar 12,41 persen, masih lebih tinggi dari angka kemiskinan Jawa Tengah sebesar 10,47 persen, dan nasional sebesar 9,56 di tahun 2024.

Dari data yang dipaparkan tersebut, Sigit menyoroti soal perbandingan Indeks Pembangunan Manusia dan angka kemiskinan.

"Kalau kita baca beberapa literatur pembangunan, itu sebenarnya ada kolerasi negatif antara IPM dengan angka kemiskinan, kalau IPM tinggi, angka kemiskinan mestinya rendah, atau sebaliknya," kata Sigit, Selasa (18/3/2025).

"Kalau angka kemiskinan tinggi, harusnya IPM rendah, nah itu tidak terjadi, pasti ada yang salah, salah satu diantara keduanya, antara yang salah IPM atau angka kemiskinan," sambungnya.

Baca juga: Soal Lahan yang Bakal Diajukan Jadi Sekolah Rakyat di Sragen, Bupati Sigit Sebut Sudah Zona Kuning

Sigit menyebut bahwa kondisi itu menyalahi ilmu dan menjadikan anomali.

"Ini ada mysterious, object, ada sesuatu yang harus dipecahkan, kalau ini sudah terkumpul tokoh-tokoh masyarakat, aktivis, anggota dewan, eksekutif, mestinya masalah ini bisa dipecahkan," terangnya.

Ia menyebutkan bahwa ada kesalahan analisis, yang menjadikan angka kemiskinan di Sragen lebih tinggi.

"Tentu ada banyak analisis yang salah di angka kemiskinan, karena Pak Lurah, Pak Camat, Bu Camat tidak berani nyoret angka kemiskinan, tidak berani karena dimarahi anggota dewannya, ini masalah konstituen, atau dimarahi Pak Lurah," ujar Sigit.

"Kita harus berani mengungkapkan fakta, ketika data kemiskinan salah, berarti ada dislokasi penganggaran, itu bukan ratusan ribu, tapi miliaran rupiah," tambah dia.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved