Oleh oleh Khas Wonogiri
Tak Cuma Khas Madiun, Brem Ternyata juga Camilan Khas Wonogiri, Ini Perbedaannya
Ada perbedaan yang mencolok antara brem Nguntoronadi Wonogiri dan brem dari daerah lain, seperti brem Madiun.
Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Brem yang terbuat dari sari tape, dikenal sebagai makanan/camilan khas Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Namun di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah brem juga menjadi camilan khas daerah ini.
Sejarah brem di Wonogiri, dimulai dari Dusun Tenggar, Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.
Sejak zaman nenek moyang, masyarakat di daerah ini mulai mengenal brem sebagai makanan yang dibuat saat musim kemarau, ketika waktu luang di tengah kesibukan bertani dapat dimanfaatkan untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat.
Baca juga: Kisah Jumiran Warga Caruban yang Jualan Pistol Mainan dari Bambu di Sragen, Dulu Pernah Jualan Brem
Mayoritas penduduk Dusun Tenggar adalah petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian.
Namun, saat musim kemarau datang, mereka sering kali terhambat dalam menjalankan aktivitas bertani.
Pada masa itulah, masyarakat setempat memanfaatkan waktu luang untuk menciptakan brem, sebuah makanan yang terbuat dari ketan yang difermentasi menjadi tape, kemudian dimasak kembali hingga terbentuk adonan yang dapat dikeringkan.
roses pembuatan brem zaman dahulu dilakukan dengan cara tradisional, menggunakan alat yang terbuat dari kawat berbentuk lingkaran yang digabungkan dengan kayu sebagai pegangan.
Seiring berjalannya waktu, pembuatan brem pun semakin modern dengan menggunakan triplek yang dilubangi di sisi-sisinya untuk mencetak adonan.
Baca juga: Kasus Pencabulan Anak di Wonogiri Terus Berulang, Bupati Setyo Sukarno Akui Masih Jadi PR
Proses Pembuatan Brem
Proses pembuatan brem diawali dengan ketan yang dimasak menjadi tape.
Tape yang sudah jadi akan diambil menggunakan bagor (wadah padi) dan diperas untuk mengambil sarinya.
Sari tape yang dihasilkan kemudian dimasak lagi hingga mendidih, hingga cairannya mengental. Cairan yang mengental ini kemudian diaduk menggunakan kayu sampai teksturnya mengeras.
Setelah adonan selesai, brem dicetak dalam bentuk lingkaran menggunakan kawat dan diletakkan di atas daun pisang. Langkah selanjutnya adalah mengeringkan brem di bawah sinar matahari.
Setelah kering, brem siap untuk dikemas dan dimakan. Dulunya, brem hanya bisa dinikmati saat musim kemarau, namun kini sudah bisa dinikmati kapan saja.
Perbedaan Brem Nguntoronadi Wonogiri dan Brem Madiun
Ada perbedaan yang mencolok antara brem Nguntoronadi Wonogiri dan brem dari daerah lain, seperti brem Madiun.
Salah satu perbedaan yang paling jelas terlihat adalah bentuk dan warna brem.
Brem Nguntoronadi memiliki bentuk bulat dengan warna putih bersinar, sementara brem Madiun berbentuk kotak dan berwarna kekuningan.
Baca juga: Rekomendasi Kuliner Enak di Solo, Nasi Liwet Bu Parmi Pernah Didatangi El Rumi dan Syifa Hadju
Selain itu, rasanya juga berbeda, memberikan ciri khas yang membuat brem Nguntoronadi unik di mata para penikmatnya.
Kini, Dusun Tengger Lor, Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi, telah menjadi pusat pembuatan brem.
Tercatat ada sekitar 18 industri rumahan atau UMKM yang aktif memproduksi brem di daerah ini. Kehadiran UMKM ini membuat Dusun Tengger Lor dikenal sebagai sentra brem Nguntoronadi, yang tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar.
(*)
Sinergi Akademisi dan BUMDes, Kenalkan Inovasi Digital untuk Angkat Potensi Wisata Janti Park Klaten |
![]() |
---|
Tunjangan Rumah Anggota DPRD Solo Rp12 Juta Per Bulan, Bisa Dapat Hunian Mewah Tipe 50! |
![]() |
---|
Ratusan PPPK Pemkab Sukoharjo Ikuti Orientasi, Bupati Etik Tekankan Profesionalisme dan Etika |
![]() |
---|
Temuan Granat Diduga Aktif di Solo, Disebut Berasal dari Tahun 1953 |
![]() |
---|
Bupati Hamenang Resmi Lantik Jaka Purwanto Sebagai Pj Sekda Klaten, Sosok yang Kaya Pengalaman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.