Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sentra Gerabah Melikan Klaten

Cara Membuat Gerabah Ala Lek Waris di Desa Melikan Wedi Klaten, Lewati 6 Proses Hingga Jadi!

Bahan baku pembuatan gerabah menggunakan tanah liat, dimana tanah tersebut diambil dari sekitar wilayah tinggal pengrajin. 

Penulis: Zharfan Muhana | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM/Zharfan Muhana
UMKM KLATEN - Putaran miring merupakan alat membuat gerabah yang unik dari wilayah Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Proses membuat gerabah di Desa Melikan Kecamatan Wedi, setidaknya dilakukan dalam 6 proses hingga menjadi barang jadi. 

Hal tersebut dipaparkan oleh seniman pengrajin gerabah dari ABC Art, Waris Hartono (45) atau yang akrab dipanggil Lek Waris.

"Untuk prosesnya, kita ada beberapa step ya. Yang pertama untuk pengadaan bahan baku," ujar Waris saat ditemui TribunSolo.com, Senin (5/5/2025). 

Bahan baku pembuatan gerabah menggunakan tanah liat, dimana tanah tersebut diambil dari sekitar wilayah tinggal pengrajin. 

Kemudian masuk ke proses penggilingan bahan baku sebelum diolah, dan yang ketiga proses pembuatan.

Pembuatan gerabah sendiri, diolah secara tradisional. Menggunakan alat putaran miring untuk gerabah ukuran dibawah 30 cm, ataupun menggunakan putaran tegak untuk gerabah ukuran diatas 30 cm. 

Baca juga: UMKM Klaten Sentra Gerabah Desa Melikan, Terkenal Punya Teknik Putaran Miring Satu-satunya di Dunia

"Keempat itu finishing awal, kelima pengeringan sedang dalam arti bukan pengeringan total nggih. Setengah kering, terus balik lagi ke finishing kedua," ucapnya. 

Setelah proses sebelumnya selesai, barulah dilakukan pengeringan total dengan menggunakan tungku pembakaran. 

"Selepas tungku pembakaran, kita masuk ke finishing akhir," paparnya. 

Waktu pembuatan gerabah, dari awal hingga selesai setidaknya memakan waktu 15-20 hari. 

Selain alat putaran miring konvensional, adapula putaran miring semi modern. 

Alat tersebut menggunakan listrik, yang dibuat sendiri oleh pengrajin. 

Salah satu pengrajin yang ditemui, Dwi (50) menggunakan putaran miring yang menggunakan listrik setahun terakhir. 

Mesin tersebut, dibuat oleh sang suami, Dwi lantas mengungkap alasannya menggunakan mesin.

"Kan umurnya sudah tua toh, jadi biar agak enakan sedikit. Kan kakinya sering pegal," kata Dwi. 

Baca juga: Desa Melikan di Klaten, Sentra Gerabah yang Punya Teknik Putaran Miring Satu-satunya di Dunia

(*)

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved