Sejarah Kuliner Legendaris
Sejarah Sompil Bu Sri Koco Jogonalan, Kuliner Legendaris nan Langka yang Masih Eksis di Klaten
Sekilas sompil mirip dengan ketupat atau lontong, namun punya karakteristik tersendiri.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN- Ada beberapa kuliner langka yang sampai saat ini masih eksis di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Salah satunya adalah sompil dari Kecamatan Jogonalan.
Kuliner ini menjadi salah satu yang paling legendaris dan unik.
Baca juga: Sejarah Sate Kambing Tali Roso yang Legendaris di Klaten, Ukuran Sate Berbeda pada Umumnya
Asal-usul Sompil
Sompil adalah makanan tradisional yang terbuat dari beras, dibungkus daun bambu abus membentuk segitiga, lalu direbus selama kurang lebih dua jam hingga matang.
Sekilas sompil mirip dengan ketupat atau lontong, namun punya karakteristik tersendiri.
Sompil biasanya disajikan bersama opor ayam, telur rebus, sambal goreng krecek, dan ducang—sambal khas dari kedelai dan kacang tanah.
Perpaduan rasa gurih dari sompil dan kuah opor yang lembut menciptakan sensasi yang khas dan sangat menggoda selera.
Baca juga: Sejarah Ayam Goreng Pak Cipto, dari Jualan Keliling 1993, Kini Bisa Buka Banyak Cabang di Solo Raya
Sompil dipercaya dahulu menjadi bekal warga yang ingin perjalanan jauh.
Seiring perjalanan waktu, kuliner sompil menyebar dari Tulungagung hingga Klaten,
Biasanya, sompil menjadi bekal warga bekerja di sawah, kebun ataupun di ladang/tegalan yang jauh.
Penyajian sompil bervariasi di setiap wilayah, demikian halnya dengan sompil di Jogonalan.

Sejarah Sompil Bu Sri Koco
Berawal dari gagasan melestarikan makanan khas Jawa, pasangan suami-istri (Pasutri) ini kini menjual kuliner Sompil, di Desa Gondangan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Usaha kuliner ini digagas oleh Sukoco dan sang istri, Sri Hartini.
Koco menjalankan usaha kuliner sompil, sejak tahun 2008.
Baca juga: Sejarah Sate Kambing Pak Gino yang Legendaris di Klaten, Dirintis Setelah Gempa Jogja 2006
Gagasan awal menjalankan usaha ini, ialah merawat atau melestarikan tradisi.
"Jadi niat ingsun gih supaya dilestarikan, supaya tidak punah. Pikiran saya begitu," kata Koco saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (16/10/2024).
Sompil merupakan makanan tradisional seperti lontong atau ketupat, berbahan dasar dari beras.
Hal yang membedakan dengan lontong maupun ketupat, ialah bentuk yang segitiga, serta kulit pembungkus dari daun bambu.
Baca juga: Sejarah Sego Kuning Mbok Sriwi, Kuliner Legendaris Wonogiri Sejak 1965, Buka di Waktu Tertentu
Biasanya, sompil menjadi hidangan setahun sekali yang dapat ditemui, yakni saat bulan syawal.
Sebelum jualan sompil, Sukoco awalnya bekerja sebagai buruh proyek bangunan, sementara sang istri berjualan nasi gurih dan nasi gudang waktu pagi.
Koco lalu menggagas untuk berjualan sompil setiap hari, dan mengutarakan hal ini kepada sang istri.
"Ibu berjanji mau (boleh), asal saya mencari godong pring (daun bambu). Karena yang susah itu mencari godong pring," jelasnya.
Usaha ini kini terus berlanjut, hingga sekarang.
Koco mengatakan, sebelumnya terdapat keluarga yang pernah berjualan.
Ia mengingat hal itu terjadi saat dirinya masih berusia kecil.
"Dulu saat masih kecil sekitar tahun 1955-1956, Mbah Bibi menjual (sompil) saat pagi. (Pembeli) hanya dari lingkungan saja," ujarnya.
Kini, sang anak juga mengikuti jejak Koco dengan berjualan sompil di dekat Stasiun Srowot.
(*)
Sejarah Soto Rumput Boyolali yang Legendaris, Asal-usul Namanya Unik, Bukan karena Berbahan Rumput |
![]() |
---|
Sejarah Sate Kelinci Bisa jadi Kuliner Khas Tawangmangu Karanganyar, Inisiatif Para Peternak |
![]() |
---|
Sejarah Ibu Basuki Bakery: Roti Legendaris Klaten Sejak 1995, dari Rumahan Kini Punya Banyak Cabang |
![]() |
---|
Sejarah Kroket : dari Kudapan Bangsa Eropa, Bisa jadi Sajian Wajib Hajatan di Solo Raya |
![]() |
---|
Sejarah Bubur Lemu, Kuliner Khas Solo yang Legendaris, Makanan Penting di Era Kasunanan Surakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.