Pendakian Gunung Lawu

Kondisi Memprihatinkan Pendakian Gunung Lawu Karanganyar via Cetho, Sampah Menumpuk

Tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang jalur menimbulkan keprihatinan mendalam dari para relawan dan pengelola jalur pendakian.

|
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Putradi Pamungkas

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR – Jalur pendakian Gunung Lawu via Cetho saat ini tengah menghadapi kondisi yang memprihatinkan.

Tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang jalur menimbulkan keprihatinan mendalam dari para relawan dan pengelola jalur pendakian.

Melalui unggahan video di akun TikTok @lawu.via.cetho, terlihat jelas betapa jalur pendakian tersebut dipenuhi sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh para pendaki.

Dalam video itu pula, para relawan Gunung Lawu via Cetho tampak berjibaku membersihkan jalur dari tumpukan sampah yang mencemari keindahan alam.

Kondisi ini membuat pihak pengelola jalur pendakian memperketat kebijakan terkait pengelolaan sampah.

Dalam salah satu unggahan video, pengelola menyatakan bahwa setiap pendaki akan diberikan dua kantong sampah sebagai bagian dari prosedur pendakian.

"Kami menegaskan kepada pendaki untuk tidak membuang sampah sembarangan dan membawa sampah-sampahnya turun ke bawah, dan kebijakan ini sudah kami terapkan," kata Eko Sapardi Memora, anggota Relawan Ceto (Reco), saat dikonfirmasi TribunSolo.com, Minggu (3/8/2025).

PENDAKIAN GUNUNG LAWU - Pos V Bulak Peperangan Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho dipotret Agustus 2019 lalu. Pendaki Gunung Lawu diminta untuk membawa sampah-sampah mereka turun. Ada sanksi keras apabila pendaki gunung Lawu tidak mengindahkan permintaan tersebut.
PENDAKIAN GUNUNG LAWU - Pos V Bulak Peperangan Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho dipotret Agustus 2019 lalu. Pendaki Gunung Lawu diminta untuk membawa sampah-sampah mereka turun. Ada sanksi keras apabila pendaki gunung Lawu tidak mengindahkan permintaan tersebut. (KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)

Eko menjelaskan bahwa seluruh pendaki yang mendaftar melalui jalur Cetho akan didata seperti biasa, lalu dibekali dua kantong sampah plastik berlabel.

"Kami menyediakan kantong sampah berlabel, dan wajib membawa kantong sampah itu bersama sampah-sampah dari mereka," ujarnya.

Namun, kenyataan di lapangan masih jauh dari harapan. Sampah masih berserakan dan menjadi keluhan utama yang diterima para relawan. Tak sedikit pendaki yang mengabaikan aturan tersebut, sehingga pengelola memperketat sanksi bagi pelanggar.

"KTP ditahan jika tidak bawa turun sampah bahkan yang lalai-lalai akan di-blacklist," tegas Eko.

Baca juga: Beredar Video Aktivitas Macan Tutul di Gunung Lawu Karanganyar, Petugas Sebut Rekaman Tahun Ini

Sanksi berupa penahanan KTP hingga pemblokiran (blacklist) selama lima tahun akan diberlakukan bagi pendaki yang terbukti membuang sampah sembarangan atau tidak membawa turun kantong sampah yang telah disediakan.

"Ini kami lakukan penegasan, karena masih ada pendaki yang tidak peduli lingkungan, kami mendapatkan keluhan tentang sampah menumpuk dan menemukan banyak sampah di sana," tambahnya.

Mengenal Jalur Pendakian Lawu via Cetho

Gunung Lawu memiliki beberapa jalur pendakian resmi, dan salah satu yang paling dikenal serta digemari pendaki adalah jalur via Cetho.

Jalur ini berlokasi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dan dimulai dari kawasan Candi Cetho, sebuah situs peninggalan Hindu yang terletak di ketinggian sekitar 1.496 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Daya tarik utama dari jalur Cetho tidak hanya terletak pada pemandangan alamnya, tetapi juga suasana spiritual dan budaya yang kuat.

Pendaki yang memilih rute ini akan melewati area perbukitan berkabut, perkebunan warga, hingga kawasan hutan yang lebat dengan udara yang sejuk dan segar. 

Jalur ini juga dikenal dengan keheningan dan atmosfer mistis, karena dekat dengan lokasi-lokasi bersejarah dan tempat semedi.

Jalur pendakian via Cetho memiliki tingkat kesulitan sedang hingga berat, dengan estimasi waktu tempuh sekitar 7 hingga 10 jam untuk mencapai puncak Hargo Dumilah (3.265 mdpl).

Beberapa pos yang dilewati antara lain Pos Cemoro Kandang, Pos Brak Seng, Pos Bulak Peperangan, hingga Sendang Drajat, sebelum akhirnya tiba di puncak.

Selain menawarkan keindahan dan keunikan, jalur Cetho juga dikelola oleh komunitas relawan setempat, salah satunya Relawan Cetho (Reco), yang aktif menjaga kebersihan dan keamanan jalur pendakian.

Para pendaki diwajibkan mengikuti aturan yang berlaku, termasuk membawa turun kembali sampah mereka, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pelestarian alam Gunung Lawu.

Karena keistimewaannya, jalur ini kerap dipilih oleh pendaki yang mencari pengalaman spiritual atau ingin merasakan pendakian dengan suasana yang lebih tenang dibandingkan jalur Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang.

Namun, belakangan ini jalur Lawu via Cetho menjadi sorotan karena masalah sampah yang ditinggalkan pendaki.

Hal ini mendorong pengelola untuk memperketat aturan, termasuk sanksi tegas bagi pelanggar.

Dengan kombinasi antara keindahan, sejarah, dan tantangan fisik, jalur Lawu via Cetho tetap menjadi salah satu rute pendakian favorit yang menyuguhkan pengalaman tak terlupakan.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved