Fakta Menarik Tentang Sragen
Asal-usul Desa Karangpelem Sragen, Bekas Kebun Serat Nanas, Ada Mitos Dilarang Pelihara Wedus Gembel
Desa Karangpelem berada di sebelah selatan Kabupaten Sragen yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Karanganyar
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Rifatun Nadhiroh
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Desa Karangpelem merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen.
Desa Karangpelem berada di sebelah selatan Kabupaten Sragen yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Karanganyar.
Sebagian besar, wilayah Desa Karangpelem terdiri dari area pertanian.
Ada sejarah panjang tentang terbentuknya Desa Karangpelem.
Baca juga: Era Serba Digital, Masih Ada Rental Komik di Jebres Solo: 20 Tahun Tetap Buka Meski Sepi Penyewa
Anggota Pusat Sejarah dan Tradisi Sukowati (Pastika) Sragen, Tri Rahayu menyatakan setelah melakukan penelusuran dan studi sejarah, diketahui hari jadi Desa Karangpelem tanggal 9 September 1921.
"Itu hasil penelusuran tim yang dibentuk oleh desa dan inventarisasi dari sumber-sumber lisan, karena tidak ada sumber tertulis," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (8/8/2025).
"Disana itu, sumber tertulis yang ditemukan di arsip desa it hanya peta persil, persil itu menjelaskan tentang tanah desa, tanah kas desa, dan ada tanah warga, itu saja buatan tahun 1935," sambungnya.
Menurutnya, dalam peta tersebut terdapat keterangan yang mana peta dibuat dengan tulisan huruf Jawa, pada era Lurah Wiryorejo, yang diyakini warga merupakan lurah pertama.
Namun, dalam peta tersebut tidak disebutkan nama-nama dukuh di wilayah tersebut secara spesifik.
Lalu, timnya menggali sejarah lebih dalam lagi, dan menemukan bahwa di Desa Tersebut terdapat sebuah punden yang disebut sebagai Punden Tunggon.
"Kalau dari dasar cerita rakyat, Mbah Tunggon itu masih ada kaitannya dengan Umbul Ngepok, yang sekarang jadi objek wisata ole desa, dijadikan kolam renang, yang dikelola oleh BUMDes," ujar Dia.
Baca juga: Profil Letjen TNI Tandyo Budi Revita yang Resmi Dilantik Jadi Wakil Panglima TNI, Kelahiran Solo
"Mbah Tunggon ini kalau dari cerita rakyat, tidak disebutkan eranya juga, hanya saja, oh disana ada nama Mbah Tunggon," tambahnya.
Dari cerita rakyat tersebut, diketahui bahwa Mbah Tunggo memiliki hewan peliharaan berupa wedus gembel atau kambing berbulu lebat dan kuda dengan kaki terdapat warna putih, atau disebut jaran jingkrak.
"Kalau dulu oran jadi penganti, kalau lintas desa itu naik kuda, naik kereta kuda, pas lewat situ (Punden Tunggon) itu kudanya pasti jingkrak-jingkrak tidak mau berhenti, jingkraknya ke atas, makanya kalau lewat situ, pasti kudanya dituntun, biar tidak jingkrak-jingkrak," jelasnya.
"Juga ada mitos, salah satu hewan peliharaannya wedus gembel, maka disana tidak ada yang memelihara wedus gembel, karena salah satu warga, yang kini sudah meninggal, pernah memelihara wedus gembel, tapi wedus gembelnya mati semua, sehingga sampai searang tidak ada yang berani memelihara wedus gembel, karena ada mitos dari Mbah Tunggon," sambungnya.
Ia menerangkan lokasi Tunggon tersebut, sempat disebutkan dalam babat Giyanti dalam perang Mangkubumen.
Dimana, disebutkan bahwa Tunggon merupakan tempat bertemunya Pakubuwana III dengan Mangkunegara atau Raden Mas Said.
"Jadi, disitu tempat pertemuannya, tempat untuk menunggu kedatangan Pakubuwana III untuk kemudian kembali ke Solo," singkatnya.
Selain itu, menurutnya ada versi lain dari cerita Mbah Tunggon.
Dimana, terdapat sepasang suami istri bernama Mbah Seda.
Baca juga: Ide dari Menantu Kades, Kini Warga Desa Pengkok Sragen Gunakan Panel Surya untuk Pengairan Sawah
Tunggon diceritakan sebagai tempat menunggunya Mbah Seda perempuan yang menunggu kedatangan Mbah Seda laki-laki yang sedang pergi menelusuri sungai.
"Kemudian Mbah Seda laki-laki ditemukan meninggal di sungai, jasadnya berhenti di desa yang sekarang diberi nama Desa Celep, dan disana ada makam Mbah Seda laki-laki, jadi berdirinya Karangpelem dan Celep ada kaitannya," ucapnya.
"Ada beberapa penafsiran siapa sebenarnya Mbah Seda itu, ada penafsiran kalau itu masih ada kerabat dengan Ki Agung Derpoyuda yang ada di wilayah Kerjo, Karanganyar, karena Karangpelem kalau ditarik lurus, masih satu deretan dengan wilayah itu," katanya menambahkan.
Di era Mbah Seda tersebut, menurut Tri tidak disebutkan Karangpelem, sehingga sejarah Punden Tunggon tidak bisa dijadikan patokan dijadikan asal-usul Desa Karangpelem.
"Dari tim mendapati peta buatan Belanda tahun 1921, itu adalah peta topografi pertanian di wilayah Karangpelem, karena dulu wilayah Karangpelem sebagian besar merupakan kebun serat nanas, karena di Jambangan pernah ada pabrik serat nanas besar," terangnya.
"Dari peta itu ditemukan nama Karangpelem, ssehingga nama Karangpelem diambil dari peta yang ditemukan paling tua disitu, tahun 1921, maka disitu dijadikan dasar untuk menetapkan hari jadi Karangpelem," sambungnya.
Lanjutnya, untuk menentukan tanggal, digunakan weton desa yakni Jumat Pon, dan bulannya bulan yang dianggap paling istimewa oleh warga desa tersebut bulan Sura.
"Jadi tanggalnya Jumat Pon, Bulan Sura di tahun 1921, maka ditemukan tanggal 9 September 1921, itu sudah dibawa ke musyawarah desa, dan disetujui dengan disaksikan semua ketua RT dan stokoh masyarakat," pungkasnya.
(*)
Sejarah Makam Tumenggung Alap-alap di Gesi Sragen dan Kisah 17 Barisan Senopati |
![]() |
---|
Sejarah dan Asal Usul Kabupaten Sragen, Namanya Gabungan dari Kata Pasrah dan Legen |
![]() |
---|
Sejarah Dibangunnya Museum Manusia Purba Sangiran: Menelusuri Jejak Kehidupan Prasejarah di Sragen |
![]() |
---|
Asal-usul Nama Desa Blangu di Sragen Jateng, Ada Kisah Nyai Suramaya yang Terkenal Sakti |
![]() |
---|
Asal-usul Desa Taraman Sragen, Ada Sumur Kuno yang Konon Katanya Peninggalan Wali |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.