Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mengevaluasi simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) yang sudah berjalan selama dua pekan.
Evaluasi tersebut menemukan ada 9 kasus Covid-19 yang ditemukan selama simulasi di tiap jenjang pendidikan.
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo alias Jekek menjelaskan, temuan baru tersebut karena tidak disiplinnya penerapan protokol kesehatan di sekolah.
"Itu (temuan kasus) disebabkan ketidaksiplinan. Ada yang mengadakan kegiatan yang menghadirkan kerumunan," kata dia kepada TribunSolo.com, Selasa (20/4/2021).
"(Bermain) rebana, les privat, dan menghadiri kegiatan-kegiatan organisasi kegiatan organisasi keagamaan tertentu," tambahnya.
Baca juga: Kasus Corona di SMAN 1 Gondang Sragen, Diduga Berawal dari Guru yang Hadiri Hajatan di Luar Kota
Baca juga: Kronologi Maling Curi Honda Scoopy Tinggalkan Suzuki Shogun : Plat Nomor Diganti & Tutup Bodi Motor
Misalnya, temuan kasus di sebuah sekolah kawasan Baturetno. Kasus tersebut diduga lantaran kegiatan bermain rebana yang diselenggarakan.
Ada 24 orang, baik guru maupun siswa, yang menjalani uji swab PCR dan ditemukan 7 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Akibatnya, sekolah tersebut harus ditutup sementara atau di-lockdown selama beberapa hari.
"Selama (simulasi) PTM, total ada sekitar 9 orang positif Covid-19 di 4 sekolah," ujar Jekek.
Oleh karenanya, evaluasi PTM dilakukan sebelum penyelenggaraan gelombang kedua dilakukan.
Itu juga mempertimbangkan kondisi psikologi dari para tenaga pendidik di sekolah.
"Tidak kalah penting kondisi psikologi guru karena ada sekolah yang tidak berani melanjutkan," ucap dia.
Guru Sragen Meninggal
Sebelumnya, sebanyak 7 guru sekolah negeri di Kabupaten Sragen terkonfirmasi positif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto menjelaskan, kasus tersebut bermula dari seorang guru perempuan yang melakukan perjalanan luar kota.
Adapun yang bersangkutan menghadiri acara pernikahan dengan naik mobil bersama lima orang.
"Sempat berpergian ke luar kota dengan naik mobil ke acara jagong. Ada enam orang dalam mobil," kata dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (17/4/2021).
Seusai menghadiri acara tersebut, guru perempuan merasa tidak enak badan dan menjalani uji swab antigen.
Baca juga: Inilah Untung Raharjo, Warga Terdampak Tol Solo-Jogja yang Membuat Monumen Setum di Ngawen Klaten
Baca juga: Tanpa Basa-basi Sekolah di Sragen Lockdown, Imbas 7 Guru Positif, 2 Orang di antaranya Meninggal
Uji tersebut menunjukkan bila guru perempuan tersebut reaktif.
Ia kemudian menjalani uji swab PCR 30 Maret 2021 dan hasil keluar selang sehari.
Guru perempuan dinyatakan positif Covid-19.
"Suami dan anak ikut di-swab. Yang positif Covid-19 anaknya," tutur Hargiyanto.
Selain itu, lima orang yang ikut jagong bersama guru perempuan juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen kemudian melakukan tracing ke kontak erat dan dekat pasien.
"Sudah di-tracing kemudian tanggal 5 April kemarin hasilnya keluar, 3 orang positif. Kemudian ditracing lagi dan didapati 3 orang positif," kata Hargiyanto.
Mereka kemudian menjalani karantina mandiri di Technopark Sragen.
Dua di antaranya meninggal dunia.
Sekolah Lockdown
Kasus Covid-19 dalam dunia pendidikan ditemukan di Kabupaten Sragen.
Sebanyak 7 guru di salah satu sekolah negeri di Kabupaten Sragen terkonfirmasi positif Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sragen, Tatag Prabawanto.
"Ada tujuh orang positif Covid-19 dan orang diantaranya positif Covid-19," kata Tatag kepada TribunSolo.com, Sabtu (17/4/2021).
Baca juga: Cerita Otobus di Sleman, Sudah Terpukul Pandemi Covid-19, Kini Ditambah Aturan Larangan Mudik
Baca juga: Catat! Jadwal Vaksinasi Covid-19 di Sragen, Selama Ramadhan Hanya Setengah Jam Saja
Atas temuan tersebut, Satgas penanganan Covid-19 langsung melakukan tracing ke kontak eran dan dekat pasien.
Dari tracing tersebut, puluhan orang diketahui pernah berkontak erat dan dekat dengan pasien.
"Banyak kurang lebih 24 orang," ucap Tatag.
Atas temuan tersebut, proses belajar mengajar di sekolah tersebut dihentikan sementara.
"Tidak ada pembelajaran tatap muka. Sekolah di Lockdown," ujar dia.
"Lockdown dilakukan mulai tanggal 5 April 2021, dan hari ini kemungkinan sudah selesai," tambahnya.
Menolak Vaksin?
Sementara itu, beberapa tenaga pendidik di Kota Solo masih menolak vaksinasi Covid-19.
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengatakan, penolakan tersebut ditemukan di 2 sekolah.
"Ada dua sekolah yang gurunya, masih kurang berkenan untuk divaksinasi. Itu harus diedukasi," kata Gibran, Jumat (16/4/2021).
Baca juga: Terjadi Pembekuan Darah yang Langka, Denmark Putuskan Tak Lagi Gunakan Vaksin AstraZeneca
Baca juga: Daftar Negara Dunia yang Mengalami Masalah Stok Vaksin Covid-19, Bukan Hanya di Indonesia
"Ini menyangkut masa depan bangsa kita. Sekolah isinya anak - anak yang jadi penerus bangsa," tambahnya.
Namun, Gibran enggan menyebut secara pasti instansi sekolah yang guru-gurunya menolam divaksinasi.
"Ada yang tidak mau divaksin. Ya ada lah," ucapnya.
Gibran menegaskan bila guru-guru tidak divaksinasi, maka sekolah tidak diperbolehkan menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM).
"Kalau tidak mau divaksin, (sekolah) tidak usah (menjalankan) pembelajaran tatap muka," ucap Gibran.
Baca juga: Vaksinasi Bulan Ramadhan Diperbolehkan, Kemenkes Akan Kebut Hingga 30 Juta Dosis
"Nanti kita tegasi ke semua gurunya," tambahnya.
Gibran menyampaikan vaksinasi tenaga pendidik dilakukan supaya PTM bisa segera diselenggarakan.
"Targetnya, Juli 2021, sekolah dibuka untuk PTM," ujarnya. (*)