Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Ratusan sapi disidak dadakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten.
Kepala DKPP Klaten, Widiyanti menjelaskan, sidak dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan penyakit mulut dan kuku (PMK) setelah temuan kasus di Jawa Timur.
Pemeriksaan menyasar ratusan sapi di Pasar Hewan Jatinom dan Prambanan.
"Antisipasi setelah temuan di Jawa Timur, kalau di Boyolali itu masih suspek, tapi kita masih menunggu hasil terakhirnya seperti apa," terang dia kepada TribunSolo.com, Selasa (11/5/2022).
Widiyanti menjelaskan, pemeriksaan untuk 484 ternak tersebut dilakukan secara acak secara acak.
"Pengecekan dilakukan dengan cek suhu dan sekitar mulut, ini dilakukan untuk ternak yang banyak mengeluarkan air liur," ungkapnya.
Selain itu penyakit mulut dan kuku juga memiliki gejala lain yakni tidak mau makan, sulit berdiri (gemetar), nafas cepat, mengeluarkan air liur berlebihan dan berbusa.
"Jadi hingga saat ini kondisi ternak di pasar masih aman, belum ada temuan penyakit mulut dan kuku (PMK)," tegasnya.
Dia menyebut, pasar ternak dinilai sebagai lokasi yang rentan terhadap penyebaran penyakit tersebut karena banyak hewan ternak masuk dari luar wilayah Klaten.
"Karena di sana banyak mobilitas ternak yang berasal dari luar daerah yang masuk ke wilayah Klaten," tambahnya.
Baca juga: Kronologi Lengkap Kecelakaan Maut di Tol Karanganyar : Bus Wisata SMPN 1 Kepanjen, Kernet Tewas
Baca juga: Penyakit Mulut dan Kuku Teror Belasan Sapi di Boyolali, Apa Itu Virus PMK? Simak Gejalanya
Meski berbeda dengan antraks, namun tetap saja penularan penyakit pada hewan ternak tersebut terbilang cepat.
"Karena penyebaran penyakit ini sangat mudah dan cepat karena penyakit ini disebabkan oleh virus, walaupun berbeda dengan antraks, tapi dampak terhadap ternak cukup merugikan bagi para peternak," akunya.
Selain itu dirinya juga menghimbau khususnya kepada peternak, pedagang dan belantik di Klaten untuk waspada dan memahami betul ciri-ciri penyakit tersebut.
"Dihimbau untuk peternak, pedagang dan belantik untuk senantiasa waspada terhadap ternak yang sakit atau mungkin mati mendadak, untuk segera lapor pada petugas," ungkapnya.
"Sementara ini saya mengharapkan agar tidak mendatangkan hewan ternak dari luar daerah, khusunya dari daerah yang terjangkit penyakit tersebut," tambahnya.
Kasus di Boyolali
Wabah penyakit Mulut dan kuku (PMK) pada ternak sapi diduga sudah masuk Boyolali.
Ada belasan sapi di Kecamatan Mojosongo yang mengalami gejala klinis seperti PMK.
Seperti diketahui PMK telah banyak terjadi di wilayah Jawa Timur.
Baca juga: Uniknya Bakdan Sapi yang Hanya Ada di Boyolali : Sebelum Diarak Kampung, Sapi-sapi Sarapan Ketupat
Baca juga: Harga Daging Sapi di Sragen Meroket Jelang Lebaran, Sekarang Tembus Rp 130 Ribu per Kg
Hal itu diketahui setelah dari adanya peternak yang melaporkan jika sapi-sapinya mengalami gejala PKM.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disanakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati membeberkan jika pada Sabtu (7/5/2022) pekan lalu, pihaknya mendapatkan laporan dari peternak sapi di Mojosongo Boyolali.
Peternak tersebut melaporkan jika dua ekor sapinya yang mengalamai gejala, seperti mulutnya melepuh, lendir yang dikeluarkan juga banyak, lidahnya seperti orang sariawan, Suhu badannya tinggi hingga nafsu makannya berkurang.
Baca juga: Jelang Lebaran, Harga Daging Sapi Super di Karanganyar Melonjak, Tembus Rp 130 Ribu per Kg
“Temen-temen kemudian melakukan pengecekan ke lokasi dan koordinasi dengan balai besar veteriner Wates. Hari Minggu kemarin kita bersama BB Veteriner itu kesana untuk melakukan identifikasi,” jelas Lusia, kepada TribunSolo.com, Senin (9/5/2022).
Dalam pengecekan lokasi itu, tak hanya 2 ekor sapi saja yang mengalami gejala klinis PMK itu.
Namun seluruh sapi di kandang yang berjumlah 15 ekor sapi seluruhnya juga mengalami gejala yang sama.
Pihaknya pun kemudian mengambil sampel darah dan lendir seluruh sapi yang ada serta memberikan pengobatan terhadap sapi-sapi tersebut.
“Sampel tersebut kemudian di-lab kan untuk mengetahui positif dan tidaknya (PMK),” jelasnya.
Baca juga: Seminggu Puasa, Ini Harga Sembako Karanganyar : Cabai Naik Rp 7 Ribu, Daging Sapi Rp 10 Ribu Per Kg
Meski belum diketahui apakah positif atau negatif PMK, namun sapi-sapi tersebut sudah menunjukkan gejala klinis PMK.
Untuk itu, pihaknya langsung memberikan penanganan, seperti penyemprotan disinfektan dan memberikan pengobatan terhadap belasan sapi tersebut.
Selain itu, pihaknya juga telah menjadwalkan akan memberikan vaksinasi terhadap sapi-sapi di sekitaran kandang sapi tersebut hingga daerah-daerah yang berbatasan langsung.
Apalagi, di daerah temuan gejala PKM tersebut, populasi sapinya juga sangat banyak.
“Seluruh peternak juga sudah kami sosialisasi. Seluruh peternak kami minta untuk menjaga kebersihan lingkungannya, minimal disemprot Disinfektan dua kali sehari,” jelas Lusia.
Lusia menambahkan jika gejala klinis PMK ini menyerang ke seluruh jenis sapi. Baik sapi perah mapun sapi pedaging. (*)