"Buat para aktivis, Anda sedang membangun rekam jejak, bahwa Anda memikirkan orang banyak sejak masa muda," tuturnya.
Anies dalam kesempatan itu juga menyarankan agar masyarakat memilih calon pemimpin yang memiliki gagasan dan bersenyawa dengan gagasannya.
"Apa pikirannya, apa gagasannya? Bila calon pemimpin bersenyawa dengan gagasannya, maka ditanya apapun instingnya dia mencerminkan ideologinya, mencerminkan gagasannya," jelas Anies.
"Tapi apabila dia tidak bersenyawa dengan gagasannya, maka dia harus membaca teks untuk menjawab pertanyaan dari orang lain," sambungnya, diikuti sorakan para penonton yang kebanyakan mahasiswa.
Baca juga: KPU Tiadakan Debat Cawapres, Anies Mengaku Heran : Belum Bicara Bersama Kok Sudah Diputuskan
Menurut Anies, apabila calon pemimpin itu bersenyawa dengan ideologi dan pikirannya, maka dua hal itu akan selalu melekat di badan dan pikiran.
"Jadi tanya, sudah punya gagasan belum sejak muda? Ada nggak tulisannya? Ada nggak pikirannya? Ada nggak ceramahnya? Ada nggak pidatonya?" kata Anies.
"Kalau tidak ada, berarti dia tidak membawa gagasan, tidak bersenyawa dengan gagasan," lanjut dia, dikutip dari channel YouTube KompasTV.
Ia mengatakan, dengan mengetahui rekam jejak hingga ideologi calon pemimpin, maka masyarakat bisa memprediksi apa yang akan dilakukan calon pemimpin tersebut di masa depan.
"Predictor terbaik atas masa depan adalah masa lalunya. Karena itu kalau bertanya tentang seseorang, jangan 'pak besok mau apa?' Tanyakan, 'pak dulu sudah berbuat apa?'," kata Anies.
"Masa lalu tidak bisa dipungkiri, masa depan bisa dibuatkan jawaban yang enak didengar di kuping," terangnya.
(*)