Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Karanganyar

Asal-usul Candi Cetho Karanganyar: Peninggalan Majapahit yang Kini jadi Jalur Pendakian Gunung Lawu

Candi ini menyajikan perpaduan keindahan alam dan nilai sejarah yang kental, menjadikannya destinasi favorit bagi wisatawan dan peziarah.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM/Mardon Widiyanto
WISATA KARANGANYAR - Candi Cetho Karanganyar dari pintu masuk bebeberapa waktu lalu. Beginilah asal-usul Candi Cetho di Karanganyar, Jawa Tengah. 

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Candi Cetho merupakan salah satu warisan budaya bersejarah yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Terletak pada ketinggian sekitar 1.496 meter di atas permukaan laut, candi ini termasuk salah satu candi tertinggi di Indonesia, bersama dengan Candi Arjuna, Candi Gedong Songo, dan Candi Ijo.

Candi ini menyajikan perpaduan keindahan alam dan nilai sejarah yang kental, menjadikannya destinasi favorit bagi wisatawan dan peziarah.

Baca juga: Asal-usul Kali Woro di Klaten: Ada Legenda Woro, Pemuda yang Berani Menantang Gunung Merapi

Sejarah dan Asal Usul

Candi Cetho merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang berdiri pada abad ke-15, tepatnya sekitar tahun 1452-1470 Masehi, pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V.

Candi bercorak Hindu ini diyakini sebagai tempat moksa (tempat persemayaman) Raja Majapahit, Brawijaya V, serta sebagai lokasi pelaksanaan ritual ruwatan, sebuah upacara pembebasan dari kutukan dan bahaya.

Nama “Cetho” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “tampak dengan jelas”.

Baca juga: Asal-usul Desa Gumpang di Kartasura Sukoharjo, Konon Dulu jadi Tempat Musyawarah Hadapi Penjajah

Nama ini merujuk pada panorama alam yang bisa dilihat dengan jelas dari ketinggian candi tersebut, memberikan pengalaman visual luar biasa kepada para pengunjung.

Candi ini pertama kali ditemukan oleh arkeolog Belanda, Van der Vlis, pada tahun 1842.

Penelitian kemudian dilanjutkan oleh sejumlah ahli seperti W.F. Sutterheim, K.C. Crucq, dan A.J. Bernet Kempers.

Saat ditemukan, kondisi candi berupa reruntuhan batu yang berserakan dengan 14 teras bertingkat, namun kini hanya tersisa 9 teras akibat pemugaran yang dilakukan pada tahun 1978.

Struktur dan Keunikan Arsitektur

Candi Cetho dibangun dengan susunan teras bertingkat yang memanjang dari barat ke timur.

Setiap teras memiliki fungsi dan keunikan masing-masing:

- Teras Pertama: Merupakan halaman depan dengan gapura besar dan dua arca penjaga yang ditambahkan saat pemugaran.

- Teras Kedua: Terdapat petilasan leluhur masyarakat setempat.

- Teras Ketiga: Menampilkan batu berbentuk kura-kura raksasa dan simbol phallus sepanjang 2 meter, melambangkan penciptaan alam semesta dan manusia.

- Teras Keempat: Relief yang menggambarkan kisah Samudramanthana dan Garudeya.

- Teras Kelima dan Keenam: Bangunan pendapa yang digunakan untuk upacara keagamaan.

- Teras Ketujuh dan Kedelapan: Berisi arca-arca penting seperti Sabdapalon, Nayagenggong, arca phallus “kuntobimo”, dan arca Prabu Brawijaya V.

- Teras Kesembilan: Tempat pemanjatan doa bagi umat Hindu yang hanya dibuka saat acara khusus.

Keunikan lainnya adalah orientasi candi menghadap puncak Gunung Lawu, yang dianggap suci sebagai tempat bersemayamnya para dewa dalam kepercayaan masyarakat Jawa kuno dan aliran kejawen.

Baca juga: Asal Usul Digelarnya Grebeg Penjalin, Even Tahunan yang Diadakan Warga Desa Trangsan Sukoharjo

Fungsi dan Makna Filosofis

Selain sebagai tempat ibadah umat Hindu, Candi Cetho juga memiliki fungsi sebagai tempat ruwatan, ritual pembebasan diri dari kutukan dan bahaya.

Simbolisme yang kuat tampak pada arca dan relief yang mengandung mitologi Hindu, menunjukkan adanya toleransi beragama pada masa Majapahit, yang secara resmi menganut agama Buddha.

Wisata dan Pelestarian

Kini, Candi Cetho telah ditetapkan sebagai cagar budaya sejak 26 Maret 2007 dan menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang menarik di Jawa Tengah.

Pengunjung dapat menikmati keindahan alam sekitar serta mempelajari sejarah Majapahit melalui situs ini.

Candi Cetho buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.00 WIB dengan tiket masuk Rp10.000 untuk wisatawan domestik dan Rp30.000 untuk wisatawan mancanegara.

Selain itu, kawasan sekitar candi juga merupakan jalur pendakian Gunung Lawu, menjadikannya lokasi strategis bagi para pendaki dan pecinta alam.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved