Kisah Desa Ngrombo Sukoharjo
Berawal dari 3 Warga Ingin Mengubah Nasib : Awal Mula Desa Ngrombo Sukoharjo Jadi Kampung Gitar
Ketua Paguyuban Gitar Ngrombo, Sumardi, menuturkan bahwa pada awalnya Desa Ngrombo bukanlah kawasan industri
Penulis: Anang Maruf Bagus Yuniar | Editor: Hanang Yuwono
Ringkasan Berita:
- Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Sukoharjo, awalnya hanyalah lahan luas sebelum tiga warganya belajar merakit gitar di Solo pada 1960-an.
- Setelah belajar dari perajin Arjo Parno, mereka mulai memproduksi gitar secara manual, yang kemudian berkembang pesat sejak 1980-an dengan teknik cetak dari Bandung.
- Kini, Desa Ngrombo dikenal sebagai sentra industri gitar legendaris yang produknya menembus pasar internasional.
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma’ruf
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Suara dentingan senar dan aroma khas kayu mahoni kini menjadi bagian dari keseharian warga Desa Ngrombo, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Namun, di balik gemerincing nada dari setiap gitar yang dihasilkan, tersimpan kisah panjang tentang kerja keras, semangat belajar, dan warisan keterampilan yang terjaga lintas generasi.
Ketua Paguyuban Gitar Ngrombo, Sumardi, menuturkan bahwa pada awalnya Desa Ngrombo bukanlah kawasan industri seperti yang dikenal saat ini.
Baca juga: Kisah Desa Ngrombo di Baki, Sukoharjo : dari Sawah ke Senar, Kini jadi Kampung Gitar Legendaris
“Awal mula Desa Ngrombo jadi industri gitar itu sekitar tahun 1960-an. Dulu di sini masih kebun, luas, dan hanya ditumbuhi pepohonan. Nama ‘Ngrombo’ sendiri berasal dari kata oro-oro ombo, artinya lahan yang luas,” ujar Sumardi, Jumat (7/11/2025).
Kala itu, perekonomian warga Ngrombo masih jauh dari kata mapan.
Dalam keterbatasan itulah muncul tekad dari tiga warga desa untuk mencari ilmu agar dapat memperbaiki taraf hidup.
Mereka pun memutuskan pergi ke Kota Solo, sebagian dengan bersepeda onthel, bahkan ada yang berjalan kaki.
“Mereka mencari pengalaman ke Solo. Di sana, tepatnya di Kelurahan Danukusuman, ada seorang perajin bernama Arjo Parno yang punya keahlian membuat gitar. Warga kami diizinkan belajar di sana, bukan sebagai pekerja, tapi benar-benar belajar,” terangnya.
Baca juga: Pandemi Nyaris Punahkan Gema Ketukan ATBM Perajin Stagen di Sukoharjo, Produksi Sempat Mati Total
Perjalanan menimba ilmu itu membuahkan hasil.
Sekitar tahun 1964 hingga 1968, mereka mulai mempraktikkan kemampuan membuat gitar di tanah kelahiran.
Tanpa mesin, tanpa listrik, semua dilakukan secara manual dengan alat seadanya.
“Begitu hasil karya mereka dibawa ke tempat guru mereka di Solo, ternyata diterima dan diakui. Dari situlah semangat membuat gitar di Ngrombo mulai tumbuh,” tambah Sumardi.
Dari semangat kecil itu, geliat industri gitar mulai terasa.
Menjelang akhir 1970-an, perkembangan Desa Ngrombo semakin pesat.
Baca juga: Kuliner Sukoharjo yang Mulai Langka, Sego Guwakan Hidangan Tradisional Khas Desa Ngrombo
Salah satu warganya bahkan sempat bekerja di perusahaan alat musik Osmond di Bandung, yang kala itu juga memproduksi piano.
“Sekitar tahun 1977, salah satu warga kami belajar ke Bandung. Setelah pulang, ia mengajarkan teknik cetak gitar kepada warga lain. Sejak awal 1980-an, produksi gitar di Ngrombo mulai berkembang pesat,” lanjut Sumardi.
Teknik moulding atau pencetakan yang dipelajari dari Osmond membawa revolusi besar dalam proses produksi.
Jika dulu satu gitar bisa diselesaikan dalam hitungan minggu, kini pengerjaan menjadi jauh lebih efisien.
Pada dekade 1980-an, nama Desa Ngrombo kian melambung.
Ia menjadi ikon baru industri kreatif Sukoharjo.
Pemerintah daerah pun mulai memberikan perhatian serius, menjadikan sentra gitar ini sebagai produk unggulan ekonomi lokal.
Kini, hasil karya tangan para perajin Ngrombo tak hanya mengisi etalase toko musik di Tanah Air, tetapi juga telah menembus pasar internasional, antara lain ke Papua Nugini, Samoa, dan Yunani.
“Dulu sempat ada pesanan dalam jumlah besar dari luar negeri. Sekali ambil bisa partai besar. Artinya, kualitas gitar dari Ngrombo sudah diakui,” tutur Sumardi dengan bangga.
Mengenal Desa Ngrombo
Nama Desa Ngrombo di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, sudah lama menggema di kalangan pecinta musik, terutama para penggemar gitar.
Lokasinya berjarak 13 kilometer dari Alun-alun Sukoharjo atau bisa ditempuh 21 menit kendaraan bermotor.
Secara geografis, Desa Ngrombo justru lebih dekat diakses dari Pusat Kota Solo, meski berada di Sukoharjo.
Dikenal sebagai sentra kerajinan gitar legendaris, desa ini tak hanya terkenal di wilayah Solo Raya, tetapi juga telah menembus pasar mancanegara.
Kini, Desa Ngrombo tak sekadar dikenal sebagai penghasil gitar berkualitas, melainkan juga desa wisata terbaik se-Indonesia, mengalahkan 464 desa lainnya.
Penghargaan ini menjadi bukti keberhasilan warga Ngrombo dalam memadukan kearifan lokal, kreativitas, dan semangat gotong royong dalam mengembangkan potensi desanya.
Identitas Desa Ngrombo sebagai kampung gitar diwujudkan secara nyata.
Hampir di setiap lingkungan rukun tetangga (RT), pengunjung bisa menemukan patung gitar beragam jenis, mulai dari gitar klasik, ukulele, hingga flamingo, yang menjadi simbol kebanggaan warga.
Tak hanya gitar, desa ini memiliki 14 dukuh yang semuanya berkontribusi menjaga tradisi dan mengembangkan pariwisata lokal.
Dukuh-dukuh tersebut antara lain Bregan, Gebangan, Jantran, Ngablak, Ngadirejo, hingga Patihan dan Pundung Lor.
Desa Ngrombo kini menawarkan 15 lokasi wisata yang bisa dikunjungi masyarakat, mulai dari taman di tepi anak Sungai Bengawan Solo hingga rumah-rumah warga yang memproduksi gitar secara mandiri.
Selain industri gitar, Pokdarwis Ngrombo Kuncoro juga mengembangkan potensi lain seperti wisata budaya, kuliner, dan alam.
Empat sektor ini saling terhubung, membentuk satu ekosistem wisata yang tak hanya menarik wisatawan, tapi juga meningkatkan kesejahteraan warga.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/awal-mula-Desa-Ngrombo-jadi-kampung-gitar-ternama.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.