Gelar Pahlawan Soeharto

Golkar Karanganyar Siapkan Tasyakuran di Astana Giribangun Usai Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Ziarah ke Astana Giribangun memang sudah menjadi tradisi Golkar Karanganyar setiap peringatan hari ulang tahun (HUT) partai.

Istimewa
GELAR TASYAKURAN - Partai Golkar Kabupaten Karanganyar berencana menggelar tasyakuran di Astana Giribangun, Karanganyar, dalam waktu dekat. Acara ini akan digelar sebagai bentuk syukur atas penetapan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Senin (10/11/2025). 
Ringkasan Berita:

 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto 

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Partai Golkar Kabupaten Karanganyar berencana menggelar tasyakuran di Astana Giribangun, Karanganyar, dalam waktu dekat.

Acara ini akan digelar sebagai bentuk syukur atas penetapan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Senin (10/11/2025).

Ketua DPD II Partai Golkar Karanganyar, Ilyas Akbar Almadani, mengatakan tasyakuran dan doa bersama itu akan digelar di kompleks makam keluarga Soeharto di Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih.

Baca juga: Dari Pekalongan ke Karanganyar, Pensiunan ASN Ini Pilih Ziarah ke Makam Soeharto daripada Liburan

“Maka dari itu, setelah penetapan nanti kita akan adakan tasyakuran dan doa bersama untuk mengenang jasa dan mendoakan beliau di Astana Giribangun Karanganyar,” ujar Ilyas, Senin (10/11/2025).

Ilyas menjelaskan, ziarah ke Astana Giribangun memang sudah menjadi tradisi Golkar Karanganyar setiap peringatan hari ulang tahun (HUT) partai.

“Tiap tahun HUT Partai Golkar, kami selalu berziarah ke sana (Astana Giribangun Karanganyar),” katanya.

Menurutnya, upaya menjadikan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional telah dilakukan sejak 2008.

Baca juga: KESAKSIAN Juru Kunci Astana Giribangun Karanganyar, Keluarga Soeharto Tak Ada Arahan Menggelar Acara

Kala itu, pengusulan dilakukan oleh Juliyatmono yang menjabat sebagai Ketua DPRD Karanganyar periode 2004–2009.

“Pengusungan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai Pahlawan Nasional dilakukan sejak tahun 2008,” jelasnya.

Sepi Peziarah

Langit Karanganyar siang ini mendung, seolah ikut menahan napas di hari ketika nama besar Soeharto kembali disebut secara resmi oleh negara.

Di Astana Giribangun, Karanganyar, tempat peristirahatan terakhir Presiden ke-2 RI itu, tidak ada gegap gempita, tak pula hiruk pikuk rombongan besar peziarah.

Hanya beberapa mobil pribadi dan kendaraan kecil yang berhenti sejenak di tepi jalan menuju makam di lereng Gunung Lawu itu.

MAKAM SOEHARTO - Astana Giribangun Karanganyar pasca penobatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional
MAKAM SOEHARTO - Suasana Astana Giribangun Karanganyar, pasca penobatan Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai Pahlawan Nasional, Senin (10/11/2025). Di Astana Giribangun, Karanganyar, tempat peristirahatan terakhir Presiden ke-2 RI itu, tidak ada gegap gempita, tak pula hiruk pikuk rombongan besar peziarah.

Beberapa orang tampak turun, menunduk hormat sebelum melangkah masuk ke area makam yang berada di Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.

Namun, tak ada upacara besar, tak ada iring-iringan bunga atau karangan ucapan selamat.

Hanya udara lembap yang membawa aroma tanah basah dan hening yang terasa panjang.

“Sampai saat ini, belum ada dhawuh dari pihak keluarga untuk menggelar acara pasca diangkatnya bapak sebagai Pahlawan Nasional,” ujar Sukirno, Juru Kunci Astana Giribangun, kepada TribunSolo.com, Senin (10/11/2025).

Sukirno duduk di pendopo kecil dekat gerbang utama.

Di sampingnya, dua petugas kebersihan menyapu daun-daun kering yang gugur.

Baca juga: Di Karanganyar, Titiek Soeharto Akhirnya Buka Suara Soal Ayahnya Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional!

Ia bercerita, pagi tadi memang sempat ada upacara bendera oleh Polres Karanganyar di halaman makam.

Namun selepas itu, suasana kembali tenang seperti hari-hari biasa.

“Belum ada keramaian peziarah di Giribangun, masih seperti biasa, setiap hari biasa antara 100 sampai 300 perziarah,” katanya.

Bagi banyak orang, pengangkatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional menjadi momen penuh kontroversi dan nostalgia.

Namun di Giribangun, segala hal berjalan pelan, nyaris tanpa tanda bahwa peristiwa besar sedang terjadi.

Di sinilah Soeharto bersemayam, dan di sinilah pula waktu seolah berjalan lebih lambat, sepi, teduh, dan penuh kenangan.

Makam Keluarga dari Soeharto

Astana Giribangun merupakan salah satu destinasi wisata religi di Karanganyar yang terkenal adalah 

Astana Giribangun yang berlokasi di Matesih Karanganyar ini merupakan kompleks makam keluarga Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.

Berlokasi di lereng Gunung Lawu pada ketinggian sekitar 660 mdpl, kompleks makam ini berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 4,3 hektar di Bukit Ngaglik, Desa Girilayu, Kecamatan Matesih. 

Makam ini sekitar 30 kilometer atau sekitar satu jam perjalanan dari pusat Kota Solo.

Suasana sejuk khas pegunungan berpadu dengan pemandangan hijau yang indah membuat kawasan ini terasa damai dan khidmat.

Sebelum berdiri Astana Giribangun, area ini merupakan kompleks pemakaman keluarga Pura Mangkunegaran bernama Astana Mangadeg.

Pada tahun 1974, Presiden Soeharto memutuskan membangun Astana Giribangun sebagai tempat peristirahatan keluarga Cendana.

Baca juga: Pro Kontra Gelar Pahlawan Nasional Soeharto : Penolakan PCNU Karanganyar hingga Dukungan Jokowi

Keluarga Soeharto disebut Keluarga Cendana karena rumah kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat, menjadi asal penamaan tersebut.

Pada Jumat Wage, 23 Juli 1976, kompleks makam keluarga Cendana ini diresmikan.

Astana Giribangun terdiri dari tiga cungkup utama:

Cungkup Argosari: cungkup paling utama, tempat dimakamkannya Presiden Soeharto dan istrinya, Siti Hartinah (Tien Soeharto). Di sini pula dimakamkan orang tua Siti Hartinah, pasangan Soemarharjomo, keturunan Mangkunagoro III.

Baca juga: Ada Bekas Kamar Bung Karno di Loji Gandrung Rumah Dinas Wali Kota Solo, Konon Ada Kisah Mistisnya

Cungkup Argokembang: diperuntukkan bagi para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg.

Cungkup Argotuwuh: menjadi tempat peristirahatan bagi pengurus Yayasan Mangadeg maupun keluarga besar Mangkunegaran.

Kini, Astana Giribangun tidak hanya berfungsi sebagai makam keluarga Cendana, tetapi juga menjadi destinasi wisata religi.

Ribuan peziarah dari berbagai penjuru Indonesia datang setiap hari, baik untuk mendoakan maupun sekadar menelusuri jejak sejarah Soeharto, tokoh yang penuh kontroversi dalam perjalanan bangsa.

Akses menuju Astana Giribangun cukup mudah.

Pengunjung bisa menempuh jalur Solo–Tawangmangu dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Kompleks ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00.

(*)

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved