Kuliner di Solo

Sejarah Wedang Asle Khas Solo, Populer dari Kota Bengawan Padahal Aslinya dari Malang Jatim

Di Solo, cita rasa wedang asle mengalami sedikit penyesuaian. Kuahnya dibuat lebih manis, isinya lebih beragam

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
Gmaps Wedang Asle De Topo/Xegaya Yoon
JAJANAN SOLO - Wedang Asle De Topo yang berlokasi di Jl. Kamandungan No.2, Baluwarti, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. 

TRIBUNSOLO.COM - Banyak orang mengenal wedang asle sebagai minuman khas Solo.

Namun sebenarnya, kisahnya bermula jauh dari sana di kota Malang, Jawa Timur, sekitar pertengahan abad ke-20.

Konon, wedang asle pertama kali dibuat oleh penjual kaki lima di kawasan Alun-Alun Malang yang ingin menghadirkan sajian hangat namun tidak terlalu pedas seperti wedang ronde.

Ia bereksperimen dengan bahan-bahan sederhana yang mudah didapat di dapur Jawa: santan, ketan, kacang hijau, dan sedikit gula merah.

Dari hasil coba-coba itulah lahir wedang baru yang manis, gurih, dan menenangkan lalu diberi nama “asle”, yang diyakini berasal dari kata asli atau aseli, artinya murni dan sederhana.

Baca juga: Sejarah Kue Keranjang yang Selalu Tersedia di Momen Imlek Khususnya di Even Grebeg Sudiro di Solo

Minuman ini kemudian menyebar lewat para perantau dan pedagang makanan yang berpindah ke daerah lain, terutama ke Solo dan sekitarnya.

Di Solo, cita rasa wedang asle mengalami sedikit penyesuaian.

Kuahnya dibuat lebih manis, isinya lebih beragam ditambah mutiara sagu, kacang tanah sangrai, dan potongan roti tawar menyesuaikan selera masyarakat Solo yang gemar rasa manis lembut.

Seiring waktu, wedang asle begitu populer di Solo hingga banyak orang mengira asalnya dari sana.

Penjual-penjual di sekitar Pasar Gede dan Gladag pun mulai menjualnya, dan nama “wedang asle Solo” melekat kuat hingga kini. Padahal, akar sejarahnya tetap tertanam di tanah Malang.

Baca juga: Sejarah Serabi Solo Salah Satu Oleh-oleh Terkenal Khas Kota Solo, Ini Sosok Pencetus Pertama

Berbeda dengan wedang ronde yang memakai kuah jahe pedas untuk menghangatkan tubuh, wedang asle mengandalkan kuah santan kental yang diberi aroma pandan dan vanili.

Rasanya lembut dan menenangkan cocok diminum pada malam hari atau saat hujan turun pelan-pelan.

Dari Malang hingga Solo, dari gerobak sederhana hingga kedai modern, wedang asle telah menjadi simbol kehangatan dan keramahan khas Jawa.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved