Kuliner di Solo

Sejarah Kue Keranjang yang Selalu Tersedia di Momen Imlek Khususnya di Even Grebeg Sudiro di Solo

Dalam kirab budaya Grebeg Sudiro, ribuan kue keranjang disusun membentuk gunungan atau jodang besar.

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
Tangkap layar Instagram @hendijajan via Tribun Travel
JAJANAN KHAS IMLEK - Kue keranjang di Solo sangat terkenal sebagai bagian dari perayaan Imlek, sering kali menjadi pusat perhatian dalam acara budaya akulturasi seperti "Grebeg Sudiro". Kue ini dapat dibeli di berbagai toko di Pasar Gede, seperti Toko Sinar, Toko Hasil Baru, dan Toko Kageha. 

TRIBUNSOLO.COM - Di momen Imlek, biasanya ada kue keranjang yang selalu tersedia khususnya dalam rangkaian acara Grebeg Sudiro, kue keranjang memiliki peran penting.

Bukan sekadar makanan khas Imlek, tetapi juga simbol keberkahan yang dibagikan kepada seluruh masyarakat tanpa memandang latar belakang.

Baca juga: Sejarah Serabi Solo Salah Satu Oleh-oleh Terkenal Khas Kota Solo, Ini Sosok Pencetus Pertama

Dalam kirab budaya Grebeg Sudiro, ribuan kue keranjang disusun membentuk gunungan atau jodang besar.

Gunungan ini diarak keliling kampung diiringi barisan kesenian tradisional seperti barongsai, reog, dan gamelan.

Kue keranjang menjadi lambang rezeki yang melimpah dan doa agar masyarakat selalu makmur.

Sejarah dan Asal-usul Kue Keranjang

Kue keranjang, atau nian gao dalam bahasa Tionghoa, adalah kue khas Imlek yang terbuat dari tepung ketan dan gula.

Kue ini memiliki tekstur lengket dan rasa manis, menjadi simbol keberuntungan dan keharmonisan keluarga.

Menurut cerita turun-temurun, kue keranjang dahulu dipersembahkan kepada Dewa Dapur.

Baca juga: Tokoh Tionghoa di Solo Blak-blakkan Alasan Imlek Selalu Turun Hujan, Dianggap sebagai Berkah

Masyarakat percaya bahwa dengan mempersembahkan kue manis ini, Dewa Dapur akan melaporkan hal-hal baik kepada Kaisar Langit dan “melekatkan” lidahnya agar tidak menuturkan keburukan keluarga penyembahnya.

Ada pula kisah lain yang menyebutkan bahwa pada masa perang di Tiongkok kuno, kue ketan seperti ini menjadi makanan yang menyelamatkan rakyat ketika kota terkepung, karena bisa disimpan lama dan mengenyangkan.

Dari situ, nian gao bermakna “semakin tinggi dari tahun ke tahun,” melambangkan kemajuan, rezeki yang meningkat, dan kehidupan yang terus membaik.

Secara budaya, kue keranjang menjadi simbol kerja keras, kesetiaan, dan doa agar setiap tahun membawa keberkahan baru bagi keluarga.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved