Kisah Hidup Tokoh Legendaris
Kisah Radjiman Wedyodiningrat: Dokter Keraton dan Pencetus Dasar Negara, Namanya jadi Jalan di Solo
dr. Radjiman termasuk dalam generasi awal intelektual pribumi yang percaya bahwa kemerdekaan harus diawali dari kesadaran nasional.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Keahlian dan dedikasinya membuat Pakubuwono X, Raja Surakarta, mengangkatnya sebagai dokter Keraton Surakarta Hadiningrat.
Radjiman bekerja di beberapa rumah sakit di Surakarta, termasuk Rumah Sakit Kadipolo, di mana ia pernah menangani operasi sesar pada tahun 1915, sebuah prestasi medis luar biasa pada masa itu.
Sejak 1934, ia memilih tinggal di Dusun Dirgo, Desa Kauman, Kecamatan Widodaren, Ngawi.
Di sana, ia mengabdikan diri menangani wabah penyakit pes yang melanda warga.
Rumahnya kini telah menjadi situs sejarah dan dikenal masyarakat setempat sebagai “Kanjengan”, tempat di mana Presiden Soekarno bahkan pernah berkunjung dua kali.
Baca juga: Kisah Mayjen Yudomo yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Karanganyar, Gugur dalam Tragedi Timor Timur
Aktivitas Politik: Dari Boedi Oetomo hingga BPUPKI
dr. Radjiman termasuk dalam generasi awal intelektual pribumi yang percaya bahwa kemerdekaan harus diawali dari kesadaran nasional.
Ia adalah salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo, dan bahkan pernah menjadi ketua organisasi tersebut pada 1914–1915.
Dari sinilah langkah politiknya semakin matang. Ia mengusulkan agar Boedi Oetomo membentuk milisi rakyat, sebuah gagasan revolusioner di masa kolonial.
Pemerintah Belanda menanggapinya dengan membentuk Volksraad (Dewan Rakyat), dan Radjiman menjadi salah satu anggotanya mewakili Boedi Oetomo.
Namun, puncak perannya dalam sejarah Indonesia terjadi ketika ia menjadi ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tahun 1945.
Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan penting:
“Apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?”
Pertanyaan inilah yang kemudian dijawab oleh Soekarno dengan pidato monumental yang melahirkan konsep Pancasila.
Radjiman mencatat dan menulis pengantar dalam penerbitan buku pertama Pancasila tahun 1948 di kediamannya di Ngawi.
Misi ke Saigon dan Hari-Hari Menjelang Proklamasi
Pada 9 Agustus 1945, sehari setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Radjiman bersama Soekarno dan Mohammad Hatta diterbangkan ke Saigon (kini Ho Chi Minh City, Vietnam).
| Kisah Heroik Mayor Achmadi Pukul Mundur Belanda, Namanya Diabadikan di Monumen di Solo Jawa Tengah |
|
|---|
| Kisah Mayjen Yudomo yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Karanganyar, Gugur dalam Tragedi Timor Timur |
|
|---|
| Kisah Heroik Letkol Kusmanto yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Solo, Gugur Ditembak Pemberontak |
|
|---|
| Legenda Ki Ageng Pandan Arang, Sosok Sakti Utusan Sunan Kalijaga yang Memberi Nama Boyolali |
|
|---|
| Kisah Hidup Raden Ngabehi Yosodipuro yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Solo, Sang Pujangga Keraton |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Potret-Radjiman-Wedyodiningrat.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.