Perebutan Tahta Keraton Solo

Tanggapi Dualisme Keraton Solo, Wali Kota Respati: Masyarakat Dibuat Bingung

Wali Kota Solo Respati Ardi menanggapi soal dualisme di Keraton Solo, dia menyebut hal ini membuat masyarakat bingung.

TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
KOLASE. Lembaga Dewan Adat (LDA) menobatkan KGPH Hangabehi menjadi Pakubuwono XIV penerus tahta Keraton Solo, Kamis (13/11/2025) di Sasana Handrawina. Foto Kiri: KGPAA Hamangkunegoro menyatakan ia telah berdiri sebagai Pakubuwono XIV di depan jenazah ayahnya sebelum diberangkatkan pada Rabu (5/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Keraton Kasunanan Surakarta terbelah dua setelah masing-masing kubu menobatkan penerus tahta berbeda, yaitu PB XIV Purboyo dan PB XIV Hangabehi.
  • Wali Kota Solo Respati Ardi meminta para pihak mengedepankan dampak sosial dan tidak ikut menghadiri upacara kenaikan tahta.
  • Ia menegaskan tidak akan mengintervensi dan menyerahkan sepenuhnya urusan internal keraton kepada para kerabat dalem.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Keraton Kasunanan Surakarta terbelah menjadi dua kubu setelah masing-masing mengklaim penerus tahta yang berbeda.

Wali Kota Solo, Respati Ardi, mengungkapkan masyarakat dibuat bingung atas kekisruhan yang terjadi.

“Masyarakat bingung, masyarakat ingin tahu dampaknya bagi kesejahteraan, budaya, pelestarian. Itu yang dilihat masyarakat. Mohon mengedepankan dampak sosial,” ungkapnya saat ditemui TribunSolo.com, Selasa (18/11/2025).

Dalam wawancara itu, Respati memakai seragam korpri. 

Respati kala itu juga mengungkapkan soal dirinya yang tak hadir dalam upacara kenaikan tahta salah satu kubu, Pakubuwono XIV Purboyo, yang digelar Sabtu (17/11/2025).

Saat ditanya awak media mengenai hal ini, ia memilih menghadiri agenda lain.

“Kalau kami kebetulan ada pendirian universitas. Karena kita mendorong center of knowledge menjadi penting. Investor di dunia pendidikan, kami sedang menyambut mereka,” tuturnya.

Sebelumnya, Lembaga Dewan Adat (LDA) juga telah menobatkan Pakubuwono XIV Hangabehi sebagai penerus tahta pada Kamis (13/11/2025).

Baca juga: Jumenengan Raja Keraton Solo PB XIV Hamengkunegoro, Lima Kerabat Dapat Kekancingan

Konflik meruncing saat penobatan diwarnai ketegangan antara kedua belah pihak.

Ia pun menyerahkan sepenuhnya kepada para kerabat dalem Keraton Kasunanan Surakarta.

Respati hanya berpesan untuk mengedepankan dampak kepada masyarakat luas.

“Kami menyerahkan semua ke Keraton Kasunanan. Itu menjadi ranah privat Keraton Kasunanan. Keraton Kasunanan, Mangkunegaran, lembaga adat mengukur dampaknya ke masyarakat,” jelasnya.

Ia pun menegaskan tidak akan mengintervensi segala keputusan yang diambil oleh para kerabat dalem.

“Jangan (intervensi). Intinya, kita masih banyak yang harus kita selesaikan. Saya berharap keputusan apa pun, masyarakat bisa menilai dampaknya—budaya, kelestarian, wisata—kita lihat dampaknya,” terangnya.

JAWAB SOAL PENGKHIANAT.  Pakubuwono XIV Hangabehi ditemui pada Jumat (14/11/2025). Dia mengaku tak pernah diajak berembuk soal suksesi.
JAWAB SOAL PENGKHIANAT. Pakubuwono XIV Hangabehi ditemui pada Jumat (14/11/2025). Dia mengaku tak pernah diajak berembuk soal suksesi. (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

Saling Klaim Penerus

Dua kubu saling klaim penerus tahta Keraton Kasunanan Surakarta.

Ini membuat suasana di Keraton Solo jadi lebih tegang. 

Sebab, ada penjagaan dari aparat. 

Putra bungsu mendiang Pakubuwono XIII KGPAA Hamengkunegoro telah mengukuhkan dirinya menjadi Pakubuwomo XIV menjelang pemberangkatan jenazah, Rabu (5/11/2025). 

Sementara itu, Lembaga Dewan Adat (LDA) menobatkan KGPH Hangabehi menjadi Pakubuwono XIV penerus tahta Keraton Solo, Kamis (13/11/2025) di Sasana Handrawina.

Putri tertua Pakubuwono XIII GKR Timoer Rumbay Kusuma Dewayani mengungkapkan bahwa pengangkatam KGPAA Hamengkunegoro berdasarkan wasiat dari mendiang Sinuhun Pakubuwomo XIII.

KEKANCINGAN. Sebanyak 5 kerabat dalem yang mendapat kekancingan setelah upacara naik tahta atau jumenengan digelar, Sabtu (16/11/2025) lalu.
KEKANCINGAN. Sebanyak 5 kerabat dalem yang mendapat kekancingan setelah upacara naik tahta atau jumenengan digelar, Sabtu (16/11/2025) lalu. (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

“Saya hanya kasihan keraton dipecah belah seperti ini. Seperti mengulang suksesi PB XIII yang lalu. Saya sedih saja Gusti Mangkubumi bisa berkhianat dengan kami putra-putri, kakak-kakak dan adik-adiknya. Itu saja yang saya sesalkan,” terangnya.

Bahkan, menurutnya, suksesi kepemimpinan di tangan KGPAA Hamengkunegoro ini sudah disaksikan sejumlah pejabat pemerintah mulai dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, hingga Wali Kota Solo Respati Ardi.

“Kami sudah bicara. Sebelumnya kami sudah berbicara di depan Gubernur, Respati, dan Bapak Gibran kami sudah berbicara. Kami sudah bersepakat untuk ini kan putra mahkota di situ kan kanjeng gusti pangeran putra mahkota. Ketika Gibran datang ke sini kita rapat. Kita sampaikan,” jelasnya.

Menurutnya, pengangkatan KGPH Hangabehi atau Mangkubumi telah cacat hukum.

Putra-putri dalem Pakubuwono XIII tidak ada yang hadir dalam prosesi ini.

“Akan tetap dilaksanakan. Ini sudah cacat hukum. Tidak bisa mewakili kami sebagai putra-putri PB XIII karena tidak ada yang hadir kecuali Mangkubumi. Dari pihak PB XII yang hadir hanya 6, yang 2 walk out dari 23 yang diundang. Silakan anda menilai sendiri apakah ini benar dari segi hukum maupun dari segi adat,” terangnya.

Pengangkatan Permaisuri GKR PB XIII Disinggung

Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) yang juga adik Pakubuwono XIII GRAy Koes Murtiyah Wandansari mengaku kaget GKR Timoer tiba-tiba masuk dan menumpahkan kekesalannya.

“Penobatan Pakubuwono XIV. Kami juga kaget waktu mau menutup peti itu. Kok tiba-tiba melangkah seperti itu,” tuturnya.

Menurutnya, KGPH Hangabehi adalah sosok yang sah menjadi penerus tahta. 

Sebab ia adalah putra tertua dari Pakubuwono XIII

Ia juga berpendapat pengangkatan permaisuri GKR Pakubuwono XIII ibu dari KGPAA Hamengkunegoro tidak sah sehingga pengangkatan putra mahkota juga tidak sah.

“Kami berpegang pada yang namanya hak Gusti Allah yang memberikan. Gusti Behi yang sekarang Pakubuwono XIV kan tidak minta kepada Allah untuk dilahirkan lebih tua dari pada Purbaya. Dan itu sudah ditekankan dijadikan acuan paugeran. Bahwa kalau tidak punya permaisuri ya sudah anak laki-laki tertua. Tapi kan direkayasa seakan-akan ada permaisuri, ada surat wasiat, ada pengangkatan adipati anom sebelumnya baru akan kita kaji secara hukum,” jelasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved