Jumenengan Keraton Solo

PROFIL 3 Kerabat Keraton Solo yang Diberi Gelar Panembahan oleh PB XIV, dari Dalang hingga Akademisi

Tiga kerabat dari lingkungan Keraton Surakarta baru saja menerima gelar Panembahan dari Pakubuwono XIV Purboyo.

|
TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
KEKANCINGAN. Sebanyak 5 kerabat dalem yang mendapat kekancingan setelah upacara naik tahta atau jumenengan digelar, Sabtu (16/11/2025) lalu. 
Ringkasan Berita:
  • Tiga tokoh Keraton Solo—GKR Timoer Rumbai, KGPH Benowo, dan KGPH Dipokusumo—menerima gelar Panembahan dari PB XIV.
  • GKR Timoer kembali disorot usai rekonsiliasi dengan PB XIII dan kiprahnya di dunia seni; Benowo dikenal sebagai dalang ternama; Dipokusumo aktif di akademik dan pelestarian budaya.
  • Ketiganya dianggap memiliki peran penting dalam menjaga tradisi dan struktur adat Keraton Surakarta.

 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Tiga kerabat dari lingkungan Keraton Surakarta baru saja menerima gelar Panembahan dari Pakubuwono XIV Purboyo, pasca Jumenengan yang digelar pada Sabtu (15/11/2025).

Mereka adalah GKR Timoer Rumbai, KGPH Benowo, dan KGPH Dipokusumo.

Setelah mendapat kenaikan pangkat, mereka menjadi GKR Panembahan Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Panembahan Dipokusumo, dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Panembahan Benowo.

Tiga figur ini memiliki posisi krusial dalam dinamika internal keraton maupun perkembangan budaya Jawa.

Berikut profil lengkap masing-masing penerima gelar :

1. GKR Panembahan Timoer Rumbai

NAIK PANGKAT - Putri tertua Pakubuwomo XIII GKR Panembahan Timoer Rumbai Kusuma, saat ditemui Senin (17/11/2025) di Keraton Solo. Sinuhun Pakubuwono XIV Purboyo menaikkan pangkat lima kerabat dalem usai upacara jumenengan pada Sabtu (15/11/2025).
NAIK PANGKAT - Putri tertua Pakubuwomo XIII GKR Panembahan Timoer Rumbai Kusuma, saat ditemui Senin (17/11/2025) di Keraton Solo. Sinuhun Pakubuwono XIV Purboyo menaikkan pangkat lima kerabat dalem usai upacara jumenengan pada Sabtu (15/11/2025). (TribunSolo.com / Ahmad Syarifudin)

GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani kembali menjadi sorotan setelah masuk dalam daftar penerima gelar Panembahan.

Ia merupakan putri sulung Pakubuwono XIII dari pernikahan pertama dengan KRAy Endang Kusumaningdyah.

Lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara—bersama GRAy Devi Lelyana Dewi dan GRAy Dewi Ratih Widyasari—GKR Timoer tumbuh dalam keluarga besar Keraton Solo.

Ayahandanya, PB XIII, menikah tiga kali dan memiliki tujuh anak dari berbagai pernikahan.

Baca juga: SEJARAH Panjang Gelar Panembahan di Keraton Solo, Pernah Melekat ke Maestro Batik Go Tik Swan

Sosok GKR Timoer juga sempat menjadi perhatian publik karena kedekatannya dengan dunia seni.

Ia dikenal memiliki minat kuat pada seni peran dan sempat tampil dalam film Ambyar Mak Byar (2024), beradu akting dengan Happy Asmara dan Gilga Sahid sebagai ibu dari tokoh Bethari.

Namun, perjalanan hidupnya tidak lepas dari dinamika hubungan keluarga.

Hubungannya dengan PB XIII sempat merenggang selama kurang lebih delapan tahun. Rekonsiliasi terjadi pada 2 Juli 2017 ketika ia kembali bersimpuh pada sang ayah dalam sebuah acara halal bihalal.

"Kemarin saya juga ikut sungkeman kepada Sinuhun (PB XIII), sama seperti adik-adik beliau, dan abdi dalem lainnya," ujar GKR Timoer, dikutip 3 Juli 2017 dari TribunJogja.com.

"Aduh, sampai lupa kapan terakhir sungkeman, mungkin ya 7-8 tahun lalu ya kalau ga salah," imbuhnya.

Momen itu sekaligus menandai kembalinya hubungan baik antara ayah dan anak tersebut.

2. KGPA Panembahan Benowo

KGPH Benowo, adik Raja Keraton Solo, diwawancarai seusai pengukuhan Bebadan Keraton Solo, di depan Sasana Putra, kompleks Keraton Solo, Minggu (8/10/2017) sore.
KGPH Benowo, adik Raja Keraton Solo, diwawancarai seusai pengukuhan Bebadan Keraton Solo, di depan Sasana Putra, kompleks Keraton Solo, Minggu (8/10/2017) sore. (TRIBUNSOLO.COM/CRYSNHA)

KGPH Benowo, yang kini menyandang gelar Panembahan, merupakan salah satu putra PB XII dari istri ketiga, KRAy Pradapaningrum.

Lahir 4 September 1957 dengan nama kecil GRM Surya Bandriya, ia merupakan anak ke-7 dari 10 bersaudara dari perkawinan tersebut.

Benowo tumbuh di lingkungan Keraton Solo dan masa kecilnya banyak dihabiskan di dalam kompleks keraton. Ia kemudian tertarik pada seni pedalangan setelah tanpa sengaja mendengarkan pertunjukan Ki Nartosabdo.

Ketertarikan itu berkembang hingga ia dikenal sebagai dalang profesional dengan nama Ki KGPH Adipati Benowo.

Ia bahkan menjadi Ketua Paguyuban Dhalang Surakarta (Padhasuka) dan rutin tampil dalam pertunjukan wayang di dalam maupun luar negeri.

Baca juga: Pengakuan Benowo soal Drama Keraton Solo : Hangabehi Tiba-tiba Nobatkan Diri, Banyak Saudara Kaget

Kiprahnya tidak lepas dari pengalaman panjang di dunia seni. Semasa kecil, Benowo lebih dulu mendalami tari, tampil hingga ke luar negeri, sebelum kemudian terjun ke dunia wayang kulit.

Pada November 2017, KGPH Benowo pernah ditahan di Mapolresta Solo karena diduga melakukan penipuan dan penggelapan penggunaan lahan Alun-alun Utara.

Ia memberikan izin kepada panitia Pesta Rakyat Sekaten 2017, untuk menempati kawasan Alun-alun Utara. Padahal, lahan tersebut sudah disewa Pemerintah Kota Solo untuk dipakai sebagai pasar darurat. 

KGPH Benowo dan Koordinator Panitia Sekaten, Robby Hendro Purnomo pun dilaporkan ke polisi oleh pedagang yang sudah membayar sewa.

Ia dijerat Pasal 55 Juncto Pasal 378 KUHP soal Penipuan dan 372 soal Penggelapan dengan ancaman empat tahun penjara.

Meski demikian, penahanan KGPH Benowo akhirnya ditangguhkan pada Desember 2017.

"Pemberkasan sudah dilimpahkan (ke kejaksaan) tapi kita gunakan asas manfaat dalam KUHAP. Untuk apa kita memenjarakan seseorang kalau tidak ada manfaatnya," kata Kasatreskrim Polresta Solo saat itu, Kompol Agus Puryadi.

Kini, nama Benowo kembali mencuat setelah dianugerahi gelar Panembahan dari Pakubuwono XIV.

3. KGPA Panembahan Dipokusumo

JUMENENGAN -  Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Solo KGPH Dipokusumo saat ditemui Sabtu (15/11/2025). Ia menerangkan bahwa Kirab mengelilingi kawasan keraton merupakan bentuk deklarasi adanya raja baru yang telah mengukuhkan diri.
JUMENENGAN - Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Solo KGPH Dipokusumo saat ditemui Sabtu (15/11/2025). Ia menerangkan bahwa Kirab mengelilingi kawasan keraton merupakan bentuk deklarasi adanya raja baru yang telah mengukuhkan diri. (TribunSolo.com/ Andreas Chris)

Tokoh ketiga yang menerima gelar Panembahan adalah KGPH Dipokusumo, sosok yang telah lama menjadi bagian penting dari struktur adat Keraton Solo.

Ia merupakan putra PB XII dari istri kedua, KRAy Retnodiningrum, sekaligus saudara kandung Maha Menteri Tedjowulan.

Sejak kecil bergelar GRM Surya Suparta, Dipokusumo dikenal sebagai pengageng Parentah—jabatan yang membuatnya terlibat langsung dalam pengelolaan tata adat keraton.

Di luar keraton, ia memiliki rekam jejak akademik dan budaya yang kuat.

Baca juga: Pasca Jumenengan Pakubuwono XIV, Struktur dan Pejabat Keraton Solo Bakal Berganti, Ini Bocorannya!

Ia pernah menjadi Ketua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo, menjadi anggota Dewan Penasihat Nusantara Institute, hingga menerima gelar kehormatan dari Kerajaan Negeri Sembilan, Malaysia.

Ia juga berperan aktif dalam berbagai lembaga budaya: Tim Ahli Cagar Budaya Surakarta, Dewan Kurator Museum Keris, Jaringan Kota Pusaka, hingga organisasi lintas adat, agama, dan budaya.

Konsistensinya dalam menjaga warisan budaya Jawa menjadikannya salah satu penghubung antara tradisi keraton dan dunia modern.

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved