Sering Diremehkan, Jurnalis Cantik Asal Amerika Ini Tetap Teguh Memakai Hijab
Kalimat yang paling menyakitkan adalah sebuah komentar yang menyatakan merasa malu karena memiliki jurnalis muslim berhijab di kota mereka.
Penulis: Galuh Palupi Swastyastu | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Galuh Palupi Swastyastu
TRIBUNSOLO.COM - Menjadi jurnalis dan memakai hijab bukanlah sesuatu yang aneh jika dilakukan di Indonesia.
Namun bagaimana jika hal ini terjadi di Amerika Serikat, negara dengan penduduk mayoritas non muslim?
Tentu bukanlah hal yang biasa dan mudah untuk dilakukan.
Heba Said atau Adrian Gandara nama aslinya, adalah seorang wanita cantik yang berasal dari Negeri Paman Sam.
Heba merupakan jurnalis wanita Amerika yang tetap teguh memakai hijab meski sering diperlakukan tidak adil di kalangan teman seprofesinya dan masyarakat Amerika pada umumnya.
Diskriminatif
Dikutip dari The Washington Post dan The Shorthorn, media Amerika tempat Heba menulis sebuah kolom, Heba menceritakan pengalamannya mendapat perlakuan diskriminatif ketika meliput sebuah diskusi panel di Texas, Amerika Serikat.
Diskusi panel yang diliput oleh Heba tersebut merupakan konvensi tahunan dari Partai Republik, satu dari dua partai politik yang ada di Amerika Serikat.
Bermaksud meliput acara tersebut secara khusus, Heba Said malah mendapat cemoohan dari peserta konvensi maupun teman sesama jurnalis.
Mereka mencemooh Heba dengan sebutan 'Islamits', kata yang berkonotasi negatif untuk masyarakat muslim di Amerika.
Dicemooh Berulang Kali
Reporter yang kini berusia 24 tahun tersebut mendapat perlakuan tidak menyenangkan karena memakai baju tertutup dan hijab sebagai penutup kepala.
"Saat aku berjalan melalui lorong-lorong, orang berhenti sejenak, mengerutkan kening dan menggelengkan kepala saat melihatku," tulis Heba dalam kolomnya di The Shorthorn.
Padahal Heba datang meliput acara tersebut dengan tujuan yang mulia.