Tekuni Rajut, Ibu-ibu Komunitas Rajuters Solo Ini Pasarkan Karyanya hingga Tembus Pasar Eropa
Beberapa diantaranya terlihat merajut tas, ada pula yang merajut sepatu hingga ada yang merajut taplak meja.
Selama dua tahun, Dipa mencari jati dirinya untuk merambah ke dunia wirausaha hingga akhirnya hobinya merajut sejak kecil dijadikannya mata pencaharian.
"Suka merajut sebenarnya sejak kecil, tetapi baru menekuni dunia merajut usai di PHK atau tahun 2009."
"Dari modal hanya Rp 80.000 kini saya punya galeri di mal serta produk sepatu rajutan saya ini sampai dipasarkan ke Jerman dan Belanda," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh anggota lainnya Komunitas Rajuters Solo, Her Sulistiyorini yang baru menekuni usaha merajut pada tahun 2013.
"Sebelumnya saya hanya dagang benang saja."
"Kemudian tertarik untuk belajar merajut dan saya lalu belajar dari YouTube (website yang berisi video, Red) hingga akhirnya bisa menghasilkan karya seperti tas rajut sampai payung hiasan rajutan," ujarnya.
Hasil karyanya, dikatakan Her sempat beberapa kali dipesan oleh para istri pejabat di Solo Raya hingga diekspor ke Australia dan Belanda. (Tribun Jateng/Suharno)