Sejarah Kota Solo
Profil dan Kisah Dr Moewardi, 'Dokter Gembel' dari Pati yang Namanya Abadi Jadi RSUD di Kota Solo
Warga Solo pun belum tentu tahu siapa sosok pria yang namanya abadi jadi nama rumah sakit terbesar di Kota Solo ini.
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Aji Bramastra
Di ujung pendidikannya, Moewardi mampu melanjutkan belajar hingga STOVIA, sebuah sekolah kedokteran yang kini berubah menjadi Universitas Indonesia.
Dalam proses memasuki STOVIA, sebagai anak pribumi, perlu ada surat rekomendasi agar memudahkan Moewardi dalam proses pendaftaran.
Ayahnya, Sastrowardojo meminta dokter Umar dari Cilacap (salah satu paman dari Moewardi) agar memberikan rekomendasi masuk ke STOVIA.
Berbeda dari kawan sebayanya yang kebanyakan masuk ke STOVIA, Moewardi mampu meraih beasiswa karena prestasinya yang telah dibangun sejak sekolah dasar.
Masa belajar Moewardi yang beranekaragam juga didukung dengan latar belakang orang tuanya yang merupakan mantri guru, jabatan bergengsi kala itu.
Aktivitas Moewardi yang beraneka ragam membuatnya harus menempuh masa studi sekitar 12 tahun, dan baru bisa mendapat ijazah dokternya.
Banteng Witjaksono, anak Moewardi, mengatakan, bahwa sang ayah sudah memulai aktifitas sosialnya sejak mahasiswa.
Moewardi sudah mulai dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat meskipun gelar dokter belum disandang olehnya.
Maka tak heran Moewardi kecil sering dijuluki dengan anak Guru dari Jakenan, karena besarnya wibawa dari nama kedua orang tuanya.
Moewardi : Si Anak Pandu
Moewardi kecil dengan segala keberuntungan yang dia terima dalam bidang pendidikan, tidak membuatnya sombong di hadapan kawan-kawannya.
Bahkan, meskipun ia menyandang status ningrat.
Hal ini terlihat dari aktivitasnya.
Moewardi aktif di bidang kepanduan yang telah dirintis sejak di jenjang kelas lima ELS di Kota Pati.
Di kelas lima tersebut, dirinya memulai sebagai anggota kepanduan SPOORZOEKER (pencari jejak).
