Viral Puluhan Anak Belajar di Sekitar Kuburan, Ternyata Karena Tak Bisa Sekolah Online, Ini Kisahnya
Kondisi anak-anak itu menggugah hati seorang anggota Polsekta Mamajang, Aiptu Paleweri yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas.
TRIBUNSOLO.COM - Pendidikan di beberapa daerah Indonesia terhenti akibat pandemi corona.
Terkait hal ini anak-anak diminta untuk melakukan belajar secara online di rumah.
• Tambah 2 Pasien Positif yang Berasal dari Juwangi dan Simo, Kini Corona di Boyolali Tembus 66 Kasus
• Menag Beri Lampu Hijau Boleh Salat Idul Adha di Lapangan, Bagaimana untuk Daerah Zona Merah Corona?
Namun, ternyata tidak semua anak-anak dapat mengikuti belajar online karena mereka tak mempunyai ponsel pintar dan mampu mengisi kuota internet.
Kendala itu juga dialami anak-anak dari keluarga kurang mampu di Kota Makassar.
Misalnya yang dialami anak-anak yang bermukim di pinggir tempat pemakaman umum (TPU) Dadi, Makassar.
Kondisi anak-anak itu menggugah hati seorang anggota Polsekta Mamajang, Aiptu Paleweri yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas.
Paleweri kemudian menginisasi penyediaan fasilitas internet di kompleks TPU Dadi hingga mendirikan tempat belajar bersama.
Kompleks TPU Dadi dipilih menjadi lokasi belajar karena daerah sekitar penuh dengan rumah penduduk. Tak ada lagi lokasi untuk bisa mendirikan bimbel.
Paleweri juga tidak segan mengeluarkan dana pribadi membangun tempat tersebut. misalnya untuk tenda, kursi, meja, serta fasilitas intenet.
“Saya lihat banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tidak bisa sekolah online. Orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet sehingga saya memasukkan jaringan internet. Setelah ada internet, banyak anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA terpaksa duduk di atas kuburan sambil belajar. Jadi saya bersama warga sekitar kemudian mendirikan tenda dan membuat kursi serta meja,” ujar Paleweri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).
Anak-anak yang mengikuti pendidikan berasal dari Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan.
Jumlahnya untuk murid SD 26 orang, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA, dan 4 orang anak putus sekolah.
“Mereka itu berbeda-beda sekolah. Jadi selain bisa menikmati WiFi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya. Jadi murid SD diajar kakak-kakaknya yang sudah SMP dan SMA. Jadi mereka saling belajar dan mengajar. Saya dan beberapa masyarakat mengawasi dan ikut juga memberi pelajaran,” ucap Paleweri.
Seiring berjalannya waktu, ada banyak anak-anak dari Kelurahan Mamajang Luar yang ikut belajar. Sehingga total anak-anak yang belajar di TPU Dadi mencapai 80-an orang.
“Jadi waktu belajar online mereka ada, sama seperti jam sekolah mulai dari pagi sampai sore. Jadi ada anak yang masuk shift pagi dan ada yang shift sekolah sore. Habis magrib, belajar mengaji dilanjutkan. Ada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama di sekitar yang membantu mengajar,” jelasnya.
• Begini Tata Cara Salat Idul Adha di Rumah Masing-masing saat Pandemi Corona Menurut Ulama