HUT ke 75 Kemerdekaan RI

Dulu Berjuang Demi Kemerdekaan RI, Kini Kakek 87 Tahun Rela Jual Mainan di UNS untuk Sambung Hidup

Memang di usia senja yang semestinya dipakai untuk beristirahat, Ngatimin menyambung hidup dengan berjualan mainan.

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Adi Surya
Mata-mata tentara Indonesia, Ngatimin Citro Wiyono (87) saat bercerita tentang kisahnya di kediamannya, Kaplingan RT 4 RW 20, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Minggu (16/8/2020). 

"Tidak ada yang menyuruh. Kalau siang menginjak pukul 10.00 WIB, saya lari sana lari sini mengikuti perjalanan Angkatan Darat," tambahnya.

Suara deru tembakan dan dentuman bom pesawat menjadi hal yang familiar di telinga Ngatimin Muda.

Ngatimin Muda mengikuti perjalanan tentara Indonesia menyerbu gudang senjata yang ada di barat pangkalan udara Panasan.

Ia hanya melihat dari kejauhan tentara-tentara Indonesia meletakkan senjata laras panjang mereka di sebuah kebun.

Mereka hanya mengandalkan sebilah pisau dalam penyerbuan itu.

Kisah Ngatimin, Dulu Mata-mata Indonesia sampai Rela Makan Daun, di Usia Tua Jual Mainan

Libur Panjang, Begini Kondisi Arus Lalu Lintas Solo-Jogja Terpantau dari Klaten

Pukul 11.00 WIB menjadi waktu yang selalu dipilih tentara Indonesia untuk menyerbu zona tentara Belanda.

Pasalnya pada jam itu, sinar matahari terlalu menyilaukan bagi mata para tentara belanda.

Hanya butuh waktu satu jam tentara indonesia menyerbu gudang itu guna mengamankan persediaan.

Melihat banyak senjata ditinggal di kebun, Ngatimin muda berinisiatif menutupinya dengan dedaunan yang tak jauh dari lokasi penyerbuan.

"Saya tidak ada yang nyuruh, saya tutupi dengan sampah apa saja biar tidak diketahui mata-mata belanda," ujar Ngatimin.

Aksi Ngatimin muda membuat komandan pasukan tentara Indonesia terkejut dan bertanya-tanya.

"Komandan berkata, ini tertutup semua siapa yang menutupi, ini luar biasa. Kalau tidak ditutupi ketahuan antek belanda. Berbahaya," tutur Ngatimin.

"Lama-lama saya ketahuan , saya ditanya, kamu gak takut mati? setiap hari lari sana lari sini ditengah baku tembak," tambahnya.

Tekat Ngatimin untuk terjun berlaga sudah sekuat baja, tak ada kata mund jet lagi uang terucap dibibirnya.

"Saya berkata, ndak,pak, saya ndak takut mati saya akan membela bangsa dan negara saya berani karena ayahku ditembak Belanda aku marah luar biasa belum tetangga ayah jadi mayat semua," ucap dia.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved