Berita Solo Terbaru
Tol Solo-Yogya Segera Dibangun, Begini Pandangan REI Solo Raya: Kawasan Exit Tol Bisa Dikembangkan
"Saya memikirkan bagus untuk bisnis oleh-oleh maupun UMKM, kulinernya tidak perlu yang muluk-muluk," katanya saat dihubungi TribunSolo.com.
Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Dibangunnya Tol Solo-Yogya bakal memberi berkah tersendiri bagi para pengembang.
Utamanya di area exit tol yang kerap mengahdirkan bisnis menjanjikan.
Ketua REI Solo Raya, SS Maharani tak menampik hal tersebut.
Baca juga: Jadwal Tinju Mike Tyson vs Roy Jones Jr, Dijadwalkan Tarung Minggu Siang, Berikut Link Streamingnya
Ia menilai jika kawasan exit tol sangat menjanjikan untuk dibangun sentra kuliner, dibanding dibangun properti.
"Saya memikirkan bagus untuk bisnis oleh-oleh maupun UMKM, kulinernya tidak perlu yang muluk-muluk," katanya saat dihubungi TribunSolo.com, Jumat (27/11/2020).
Di Solo Raya sendiri, setidaknya ada 3 kabupaten yang bakal terdampak Tol Solo-Yogya, yakni Klaten, Boyolali dan Karanganyar.
Dari ketiga kabupaten tersebut, imbuh Maharani Kabupaten Boyolali yang amat menjanjikan untuk dipoles pengembang.
"Di Boyolali itu ada exil tol Ngasem, disitu menghubungkan ke Semarang juga, saya kira disana cukup menjanjikan," paparnya.
Kendati menjanjikan, namun saat ini belum ada pengembang yang melirik pembangunan di kawasan exit tol Solo-Yogya.
Keadaan ekonomi yang masih belum stabil, yang membuat pengembang masih berfikir untuk melebarkan bisnis mereka.
"Kita masih melihat pasar juga, tapi alhamdulillah ini sudah mulai bergeliat," tandasnya.
Ganti Rugi Lahan
Proyek pembangunan Jalan Tol Solo - Jogja menyisakan cerita-cerita menarik.
Salah satunya, cerita tentang beda nasib yang diterima warga yang tinggal di sekitar proyek pembangunan Jalan Tol Solo-Jogja.
Warga Dukuh Purwogondo RT 001 RW 011, Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, merupakan beberapa warga yang lahannya dilibas proyek tol ini.
Tapi, tak semua mendapat ganti rugi yang sama.
Yang mencolok, adalah nasib Darusalam (55).
Di antara tetangga lainnya, dia diperkirakan hanya mendapat ganti rugi paling kecil.
Ya, dia hanya akan mendapatkan Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta, karena memang hanya satu meter lahannnya yang terkena proyek jalan tol.
Sebut saja tetangga Darussalam, yakni Suratmi (55).
Dia mendapatkan ganti rugi juah lebih besar ketimbang lahan Darusalam.

Lahan milik Suratmi seluas 198 meter persegi.
"Total luas rumah kami 198 meter persegi, kemarin langsung ada kesepakatan, dan dibayar untuk semua lahan kami," kata Suratmi saat ditemui di rumah ia sewa kepada TribunSolo.com, Jum'at (27/11/2020).
Dengan kesepakatan ganti sebesar Rp 1 juta per meter persegi, itu artinya, Suratmi diperkirakan akan menerima ganti rugi sebesar Rp 198 juta.
Suratmi mengaku nantinya uang ganti rugi rumahnya nanti akan digunakan untuk membeli lahan untuk dibangun tempat tinggal sekarang.
Ia mengatakan untuk saat ini, ia bersama keluarga menyewa rumah milik saydaranya yang tak jauh dari rumahnya yang lama.
"Rencana uang ganti rugi nanti untuk beli tanah kosong untuk dibangun rumah, saat ini kami menyewa rumah sambil berjualan di sini dahulu," jawab Suratmi.
Selain itu, ia mengatakan pihaknya berencana akan membagikan uang rugi jalan Tol Solo-Jogja kepada saudaranya.
"Nantinya, uang ini akan kami bagikan ke saudara saya yang juga tinggal berjajar dengan rumah saya, tempat tinggalnya juga masuk dalam proyek ini," ujarnya.
Hanya 1 Meter Saja
Nasib berbeda harus dialami Darusalam di tengah pembebasan lahan proyek Tol Solo-Jogja.
Sosok yang sehari-hari jadi buruh tani itu diperkirakan hanya dapat ganti rugi Rp 600 ribu saja, karena lahan miliknya yang terdampak proyek Tol Trans Jawa hanya 1 meter.

Lahannya yang terdampak yakni di pekarangan samping rumah miliknya di Dukuh Purwogondo RT 001 RW 011, Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.
Dengan itu, maka dia dipastikan yang paling kecil dan paling sedikit mendapatkan ganti rugi dari pemerintah pusat tersebut.
Meski tanahnya yang miliki hanya terdampak satu meter, Darusalam mengaku ikhlas dan mendukung pembangunan proyek tol yang melintasi halaman samping rumahnya.
"Iya, tanah saya kena hanya satu meter, saya sudah diberitahu oleh pemerintah desa beberapa waktu lalu," jelasnya kepada TribunSolo.com, Rabu (25/11/2020).
"Katanya dari pantauan satelit pekarangan rumah saya kena tol," ujarnya menekankan.
Oleh karena itu, dirinya tetap memastikan masih bisa tinggal di rumah meski nantinya akan berdampingan dengan Tol Solo-Jogja.
"Itu kan tanah saya kena patok merah atau sayap jalan, jadi saya masih bisa tinggal, meski nanti akan mendengar mobil lalu-lalang setiap waktu," paparnya.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini, menambahkan, uang ganti rugi dari tanah miliknya yang terdampak tol Solo-Jogja seluas semeter itu akan ia simpan untuk tabungan.
"Nanti kalau sudah cair, uangnya disimpan dulu buat tabungan," imbuhnya.
Selain dirinya, ada seratusan bidang tanah di Desa Sidoharjo akan mendapatkan ganti rugi untuk proyek jalan Tol Solo-Jogja.
Harga Selisih Rp 200 Ribu Per Meter
Kepala desa (Kades) Sidoharjo, Tri Manto mengatakan jika di desa yang ia pimpin terdapat sekitar 100 bidang tanah milik dari 84 warga desa.
Bidang tanah tersebut tersebar dalam berbagai aset di atasnya, mulai dari sawah hingga rumah.
"Di sini, awalnya ada 84 bidang tanah yang terdampak pembangunan tol, tapi kemudian ada penambahan sedikit-sedikit hingga totalnya menjadi 100 bidang," ujarnya.
Ia mengaku, mayoritas masyarakat yang tanahnya terdampak jalan tol sepakat dengan penawaran ganti rugi.
Ia menambahkan penawaran ganti rugi tersebut telah disampaikan oleh panitia pengadaan tanah proyek jalan tol itu.
Baca juga: Daftar 10 Desa Pertama di Klaten, yang Akan Diguyur Ganti Rugi Lahan Terdampak Proyek Tol Solo-Jogja
Baca juga: Kisah Founder Ponpes Aitam Colomadu : Rela Kena Tol Solo-Jogja Demi Kepentingan Umum, Legawa Pindah
"Mayoritas warga setuju, Insyallah setuju semua, karena itu kan program pemerintah, mau nggak mau ya dia yang rugi," ucapnya.
Menurutnya, harga tanah yang ditawarkan oleh panitia pengadaan tanah proyek jalan tol juga sudah cukup tinggi.
Hal tersebut ia membandingkan harga tanah pasaran normal di desa tersebut dengan tawaran saat ini hanya selisih Rp 200 ribu per meter.
"Di sini biasanya harga tanah sekitar Rp 400 ribu, kalau untuk tol dihargai sekitar Rp 600 ribu per meter, malah untung juga," akunya.
Menurutnya masyarakat masih diuntungkan dengan pembayaran ganti rugi ini.
Ia menambahkan dengan ganti rugi tersebut masyarakat masih bisa membeli sawah lagi.
"Dengan ini malah masyarakat malah untung, paling tidak, bisa membeli sawah lagi, jadi masyarakat mayoritas sepakat," jawabnya.
Lalu, lanjut Tri Manto, untuk tanah yang aset di atasnya, dihargai lebih tinggi dari harga tanah kosong.
Dia menjelaskan, harga tanah yang diatasnya berupa bangunan serta berada di dekat jalan kota/kabupaten yang dihargai Rp 1 juta permeternya.
"Iya, kalau tanah yang ada bangunannya beda lagi harganya, isarannya Rp 1 juta permeter," tambahnya.
Puluhan Desa di Klaten
Sebelumnya, Pemerintah merilis daftar desa dan kecamatan di Kabupaten Klaten yang bakal tergusur proyek jalan Tol Solo-Jogja.
Terdapat 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Solo-Jogja.
Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bernomor 590/48 tahun 2020 tanggal 15 September 2020 tentang Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Tol Solo-Jogja di Klaten.
Total luas yang terdampak di Kabupaten Klaten seluas 3.775.217 meter persegi.
Berikut ini daftar 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak Tol Solo-Jogja :
1. Kecamatan Delanggu
- Desa Mendak
- Desa Sidomulyo
2. Kecamatan Polanharjo
- Desa Kranggan
- Desa Sidoharjo
- Desa Keprabon
- Desa Polan
- Desa Kahuman
- Desa Kapungan
- Desa Glagahwangi
- Desa Kuncen
4. Kecamatan Klaten Utara
- Kelurahan Barenglor
- Kelurahan Gergunung
- Desa Jebugan
5. Kecamatan Karanganom
- Desa Ngabeyan
- Desa Brangkal
- Desa Beku
- Desa Tarubasan
- Desa Jungkare
- Desa Kadirejo
6. Kecamatan Ngawen
- Desa Kwaren
- Desa Majungan
- Desa Pepe
- Desa Tempursari
- Desa Kahuman
- Desa Ngawen
- Desa Senden
- Desa Gatak
- Desa Duwet
Baca juga: Update Proyek Tol Solo-Jogja Telah Masuki Identifikasi Lahan, Segera Diadakan Negosiasi dengan Warga
Baca juga: Proyek Tol Solo-Jogja, BPN Klaten Targetkan Identifikasi & Inventarisasi Tanah Kelar 30 Hari Kerja
7. Kecamatan Kebonarum
- Desa Malangjiwan
- Desa Karangduren
- Desa Mendem
8. Kecamatan Karangnongko
- Desa Karangnongko
- Desa Demakijo
- Desa Jagalan
- Desa Gumul
9. Kecamatan Jogonalan
- Desa Tambakan
- Desa Tangkisan
- Desa Prawatan
- Desa Somopuro
- Desa Joton
- Desa Wonoboyo
- Desa Granting
- Desa Dompyongan
10. Kecamatan Manisrenggo
- Desa Borangan
- Desa Barukan
- Desa Nangsri
- Desa Taskombang
11. Kecamatan Prambanan
- Desa Joho
- Desa Kebondalem Lor
- Desa Kokosan
Dari 11 Kecamatan yang terdampak, Kecamatan Ngawen menjadi wilayah terdampak paling banyak meliputi 9 desa.
Sedangkan Kecamatan Ceper menjadi wilayah terkecil terdampak yakni desa Kuncen, disusul Kecamatan Delanggu dengan desa terdampak dua wilayah yakni Sidomulyo dan Mendak. (*)