Berita Sragen Terbaru
Dampak Sistem Zonasi dalam PPKM Mikro Dinilai Bisa Timbulkan Stigmatisasi, Apa Artinya?
Sistem zonasi yang diterapkan dalam PPKM skala mikro dikhawatirkan bisa memicu stigmatisasi.
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Karena saat ini banyak orang yang terpapar Covid-19 namun tidak bergejala," ujarnya kepada Tribunsolo.com, Senin (22/2/2021).
Meski suatu wilayah dinyatakan sebagai zona hijau, belum tentu wilayah ini tidak ada kasus Covid-19.
"Sampai saat ini penularan virus corona terus terjadi dan meluas dan apakah kasusnya terdeteksi atau tidak," paparnya.
Menurut dia, sistem zonasi dikhawatirkan hanya memberi rasa aman yang semu dan membuat masyarakat bisa abai protokol kesehatan.
"Masyarakat bisa beranggapan wilayah mereka tidak ada kasus Covid-19," katanya.
Doni, sapaan akrabnya, menegaskan sistem zonasi berbasis RT tidak efektif dalam mengurangi laju penularan Covid-19.
Sasaran Vaksinasi
Sebanyak 24.100 orang sudah masuk dalam database sasaran penerima vaksin Sinovac di Sragen.
Sementara masih ada 9.071 orang yang belum masuk dalam database.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menjelaskan, setiap hari jumlah orang-orang yang akan divaksin dan didaftarkan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sangat banyak.
Baca juga: Solo Tambah 5 Fasilitas Kesehatan Layani Vaksinasi Covid-19 Tahap 2, Termasuk Rumah Sakit Jiwa
Baca juga: Survei Indikator Politik Indonesia: Inilah Alasan Utama Orang Indonesia Tak Mau Divaksin Covid-19
"Sehingga mereka yang belum masuk ke database harus antre," kata Yuni pada Senin (22/2/2021).
Namun, Yuni memastikan mereka akan tetap disuntik vaksin.
"Sisanya yang belum masuk database akan tetap kami akomodir," katanya.
Selain itu, orang yang sudah masuk dalam database akan mendapat sertifikat dari Kemenkes bahwa mereka sudah divaksin.
"Oleh karena itu, data yang masuk tidak bisa langsung karena tercantum dalam sistem."