Berita Solo Terbaru
Tebing Kali Pepe Ambrol Ancam Hanyutkan Masjid, Bangun Tanggul Sungai Jadi Harapan
Ratusan bronjong akan dipasang di kawasan erosi tebing Kali Pepe, RT 02 RW 08, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Ratusan bronjong akan dipasang di kawasan erosi tebing Kali Pepe, RT 02 RW 08, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Bronjong tersebut digunakan sebagai penahan sementara tanah di kawasan tersebut.
Pelaksana Teknis Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo OP II, Dewi Untari mengungkapkan rencananya 490 bronjong dipasang untuk menahan tanah.
Baca juga: Backhoe Macet, Penanggulangan Erosi Tanah Pinggiran Kali Pepe di Banyuanyar Solo Terhambat
Baca juga: Detik-detik Tebing Kali Pepe di Banyuanyar Solo Ambrol, Masjid Terancam Hanyut: Terasa Getaran
"Tadi sudah di-drop sebanyak 240 beronjong. Kekurangannya nanti (segera) disusulkan," ungkap Dewi, Sabtu (20/3/2021).
Sementara, untuk batu kali dan tenaga pemasangan itu berasal dari warga sekitar.
"Dilakukan swadaya untuk pemasangan konstriksi perkuatan tebing. Itu semi permanen, mudah-mudahan bisa jadi permanen," ucap Dewi.
"InsyaAllah dua tahun itu tidak apa-apa," tambahnya.
Ke depan, tebing sungai di RT 02 RW 08, Kelurahan Banyuanyar akan dibangun revetment atau tanggul sungai.
Baca juga: Masjid di Banyuanyar Solo Terancam Hanyut, Tanah Terkikis Akibat Longsor, Pompa Air Terbawa Arus
Pelaksana teknis Sungai dan Pantai III BBWS Bengawan Solo, Samuel Harjanto mengatakan pembuatan tersebut segera dibicarakan dengan Pemkot Solo.
Rencananya, itu akan dibangun tahun 2022.
"Kita jadwalkan audiensi, dari BBWS akan menjabarkan yang permanen apa saja ke pak Wali. Nanti tanggapannya seperti apa," kata Samuel.
Sebelumnya, penanggulangan erosi tanah di RT 02 RW 08, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo menemui kendala.
Kendala itu lantaran backhoe yang dipinjam tidak bekerja optimal.
Lurah Banyuanyar, Antika Atmawati mengatakan, backhoe awalnya digunakan untuk membersihkan sedimen atau endapan tanah di lokasi erosi tanah.
Baca juga: Masjid di Banyuanyar Solo Terancam Hanyut, Tanah Terkikis Akibat Longsor, Pompa Air Terbawa Arus
Baca juga: Detik-detik Tebing Kali Pepe di Banyuanyar Solo Ambrol, Masjid Terancam Hanyut: Terasa Getaran
"Backhoe yang dipinjam macet. Harapannya ada bantuan dari pemerintah," kata Antika, Sabtu (20/3/2021).
Meski begitu, warga bersama TNI dan relawan secara swadaya gotong royong membersihkan sisa-sisa erosi tanah.
Dari pantauan TribunSolo.com, warga bahu membahu menyusun sand bag atau karung berisi pasir.
Selain itu, mereka juga memotong bambu-bambu yang menghalangi arus aliran Kali Pepe.
Baca juga: Foto-foto Makam Longsor di Tepi Kali Pepe Wilayah Klodran, Banyak Jenazah Hanyut Terbawa Arus Sungai
"Dari kemarin kerja bakti, membersihkan rumpun bambu," tutur Antika.
Ke depan, Antika berharap pinggiran Kali Pepe bisa dibangun parapet sungai untuk mengantisipasi erosi tanah.
"Semoga ada tindak lanjut dari pemerintah," ujarnya.
Sebelumnya, tebing Kali Pepe di RT 02 RW 08, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo ambrol.
Kejadian tersebut bermula dari satu rumpun bambu yang tumbang dan terbawa aliran Kali Pepe, Selasa (16/3/2021).
Bambu tersebut kemudian menghalangi aliran Kali Pepe.
Baca juga: Anak Anton Medan Ungkap Alasan Sang Ayah Siapkan Makam Belasan Tahun Lalu Dekat Masjid dan Pesantren
Baca juga: Kakak Felicia Tissue Ungkap Kondisi Adik saat Kaesang Menghilang: Dia Pergi ke Gereja, Kuil & Masjid
Warga sekitar, Muhammad Saerozi mengatakan, akibatnya aliran sungai menggerus ke bagian kanan-kiri, termasuk tebing Kali Pepe.
"Salah satu pohon bambu yang berukuran dua kali lebih besar tumbang. Kemudian ikut menghambat aliran sungai," kata Saerozi, Sabtu (20/3/2021).
Tak berselang lama, aliran Kali Pepe kemudian menggerus tebing sungai dan membuat erosi tanah di lahan Masjid Darusysyahada.
Saerozi mengatakan, itu membuat septi tank dan pompa air masjid rusak dan terbawa arus Kali Pepe.
Baca juga: Kota Solo Segera Punya Masjid Megah, Hibah dari Putra Mahkota Arab untuk Presiden Joko Widodo
Namun, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ambrolnya tebing Kali Pepe.
"Kita khawatirkan lebih menggerus. Kita tidak menginginkan roboh sampai ke sungai," katanya.
Saerozi mengajak warga sekitar dengan dibantu relawan PMI dan TNI melakukan kerja bakti di lokasi ambrolnya tebing sungai.
Penyusunan sand bag atau karung berisi tanah menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan.
Baca juga: Viaduk Gilingan Solo yang Kebanjiran, Berjarak 250 Meter dari Masjid Raya Sheikh Zayed untuk Jokowi
Saerozi mengatakan, peminjaman backhoe juga turut dilakukan.
Namun, sayang alat berat tersebut tidak bisa digunakan optimal karena rusak.
"Kami juga melakukan penggalangan dana dan sudah terkumpul kurang lebih Rp 80 juta," katanya.
Kejadian serupa juga pernah terjadi di Sragen, talut longsor di kawasan Dukuh Gabusan, Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen membuat warga tidak tenang.
Sebab, talut tersebut berada tepat di dekat sungai.
Warga yang rumahnya terdampak talut longsor sampai saat ini was-was, khawatir rumah mereka hanyut ke sungai kala ada longsor susulan.
Baca juga: Talut Ambrol di Desa Tangkil Sragen Belum Diperbaiki, BBWSBS Sebut Anggaran Terbatas
Salah seorang warga terdampak, Sukidi (59) mengatakan, dia tidak tidur saat hujan deras.
"Karena kalau hujan deras arus sungainya kencang sekali dan takut ada longsor susulan," ujarnya saat ditemui TribunSolo.com, Selasa (2/3/2021).
Baca juga: Antisipasi Longsor Susulan di Makam Klodran, Bupati Karanganyar Buatkan Talut dari Bambu
Baca juga: Penampakan Makam di Tepi Anak Bengawan Solo yang Longsor, Jenazah Sampai Tersangkut Pohon
Sukidi tidak bisa tidur nyenyak belakangan ini.
"Sudah sekitar satu minggu ini saya tidurnya enggak nyenyak," ucapnya.
Menurutnya, bagian belakang rumahnya sudah amblas akibat erosi air sungai pada 17 Februari 2021 lalu.
"Saat itu, kan, talut yang ada di belakang rumah saya amblas karena erosi air sungai."
"Terlebih empat rumah yang terdampak lokasinya persis ada di tikungan arus sungai," paparnya.
Dia pun tidak mengungsi ke rumah sanak saudaranya.
"Rumah saya ya dari dulu di sini, enggak mau mengungsi," jelasnya.
Kumpulkan Ratusan Ban Bekas
Warga lain, Suyadi menjelaskan, untuk penanganan talut longsor sementara menggunakan ban bekas.
Hingga kini jumlah ban bekas yang berhasil dikumpulkan sebanyak 800 ban.
"Sebagian ban sudah kami pasang di tepi sungai sejak Senin (1/3/2021) kemarin," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (2/3/2021).
Baca juga: Antisipasi Longsor Susulan di Makam Klodran, Bupati Karanganyar Buatkan Talut dari Bambu
Baca juga: Talut Ambrol Akibat Erosi Sungai, Warga Sragen Bangun Tanggul Pakai Ban Bekas
Namun demikian, jumlah tersebut masih dirasa kurang untuk menahan luapan air pertemuan arus Sungai Mungkung dan sungai Garuda.
"Agar tanggulnya kuat menahan erosi jika hujan deras turun masih butuh 800 ban bekas lagi," terangnya.
Sehingga total ban yang diperlukan ada 1.600 ban bekas.
Oleh karenanya, warga sekitar tengah berupaya memenuhi kekurangan tersebut.
"Kami akan cari ban bekas lagi di seputaran Solo Raya," ucapnya.
Pembuatan tanggul dari ban itu ditargetkan bisa rampung dalam waktu 10 hari.
"Sekarang sudah dapat dua hari, inginnya sih bisa lebih cepat," tambah Suyadi.
Belum Ada Anggaran
Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) tak punya dana cukup banyak guna menanggulangi talut longsor di Dukuh Gabusan RT 2, Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen.
Koordinator BBWSBS Wilayah Sragen, Wijiono mengakui bahwa anggaran yang dimiliki untuk penanganan bencana tidak banyak.
"Anggaran kami untuk itu terbatas," papar Wijiono, Minggu (21/2/2021).
Baca juga: Empat Rumah Nyaris Hanyut, Imbas Kali Mungkung di Sragen Meluap : Pondasi Bantaran Porak-poranda
Baca juga: Warga Sragen Keluhkan Kali Mungkung Belasan Tahun Tak Dikeruk, Kini Banjir Sampai Rumah Penduduk
Oleh karenanya, pihaknya akan membuat nota dinas untuk diajukan ke kepala balai.
"Biar nanti mungkin bisa disposisi ke kepala balai," ujarnya.
Ia mengatakan, belum ada solusi jangka panjang agar kejadian talut longsor tidak terulang kembali.
"Yang bisa kami lakukan tindak cepat darurat dulu," katanya.
Menurutnya, penanganan talut ambrol harus ditangani bersama-sama.
Baca juga: Sungai Mungkung Meluap Sampai ke Jalan, Akses Jalan Solo-Sragen Lumpuh
"Hasil koordinasi kami dengan BPBD Sragen, warga terdampak, dan camat akan dilaporkan ke kepala balai," tambahnya.
Seperti diketahui, sedikitnya empat rumah di Dukuh Gabusan RT 2, Tangkil, Sragen terdampak longsor akibat erosi Sungai Mungkung dan Sungai Garuda.
Rumah Nyaris Hanyut
Empat rumah yang ada di Dukuh Gabusan RT 2, Desa Tangkil, Kecamatan Sragen terdampak longsor.
Empat rumah tersebut lokasinya dekat dengan bantaran Sungai Mungkung.
Informasi yang dihimpun di lapangan, keempat rumah yang terdampak yaitu milik Saino (60), Sukidi (59), Supriono (40), dan Suyadi (45).
Pemilik rumah, Saino mengatakan, longsor terjadi pada Senin (15/2/2021) sekitar pukul 20.00 WIB.
Saat itu kondisi sungai sedang tidak meluap.
"Tiba-tiba langsung longsor saja," katanya saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (17/2/2021).
Baca juga: Tragedi Banjir di Semarang : 4 Warga Tewas Mengenaskan, Tersengat Listrik hingga Tertimbun Longsor
Baca juga: Bermula Kandang Longsor, 2 Harimau di Sinka Zoo Singkawang Lepas, Seorang Pawang Tewas
Menurut Saino, di belakang rumahnya ada sungai yang merupakan pertemuan Sungai Garuda dan Mungkung.
"Yang terdampak longsor ini lokasinya persis di dekat belokan sungai."
"Sehingga tanah di belakang saya tergerus walau malam itu enggak banjir," jelasnya.
Dapur rumah miliknya terdampak longsor.
"Karena dapur saya letaknya di belakang," katanya.
Meski rumahnya terkena longsor, Saino tidak mengungsi.
"Rumah saya ya cuma ini, tidak mungkin pindah," tegasnya.
Dikepung Banjir
Kabupaten Sragen dikepung banjir pada Minggu (14/2/2021) sore.
Sedikitnya enam kecamatan yang dilanda banjir akibat diguyur hujan dengan intensitas tinggi tersebut.
Dari informasi yang didapat TribunSolo.com, enam kecamatan yang tergenang air meliputi Kecamatan Sragen Kota, Sidoharjo, Masaran, Gemolong, Karangmalang, dan Kalijambe.
Baca juga: Sragen Dilanda Banjir, Akses Jalan Solo-Sragen Lumpuh Dua Jam Lebih, Begini Penjelasannya
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, Sugeng Priono mengungkapkan, setidaknya di enam kecamatan itu terdapat 340 kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir.
"Totalnya ada 340 KK yang terdampak banjir," katanya kepada Tribunsolo.com, Senin (15/2/2021).
Sugeng merincikan, jumlah KK paling banyak terdampak ada di Sidoharjo sebanyak 151 KK.
"Kemudian di Sragen Kota ada 147 KK," kata dia.
Baca juga: Satu Alat Pendeteksi Dini Banjir di Sragen Rusak, Buat Sirine Mati saat Air Sungai Meluap
Sementara di Masaran ada 25 KK, Karangmalang delapan KK, Kalijambe tujuh KK, dan Gemolong dua KK.
"Tapi alhamdulillah tidak ada korban jiwa saat banjir kemarin," tuturnya.
Baca juga: Satu Alat Pendeteksi Dini Banjir di Sragen Rusak, Buat Sirine Mati saat Air Sungai Meluap
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menuturkan, pihaknya telah mengidentifikasi jumlah rumah yang terdampak banjir.
"Kami identifikasi berapa rumah yang dilanda banjir untuk segera dikirimkan logistik berupa sembako," ujar Yuni.
TANGGAPAN BUPATI
Banjir yang mengepung Sragen sejumlah titik direspons Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
Diketahui jika banjir yang melanda Sragen diantaranya terjadi di Jalan Solo-Purwodadi, Kecamatan Kalijambe dan di Kelurahan/Kecamatan Sidoharjo, Sragen.
Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyatakan bahwa Kali Mungkung yang mengakibatkan sebagian pedukuhan di kelurahan Sidoharjo tergenang air akan segera dikeruk.
"Kami sudah ajukan e Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo supaya dilakukan pengerukan," kata dia, Senin (15/2/2021).
Baca juga: Sungai Mungkung Sragen Meluap, Pemukiman Terendam Banjir Setengah Meter, Warga Angkati Perabot Rumah
Menurutnya, urusan pengerukan Kali Mungkung menjadi wewenang BBWS Bengawan Solo.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen telah mengidentifikasi jumlah rumah yang terdampak banjir.
"Kami identifikasi berapa rumah yang dilanda banjir untuk segera dikirimkan logistik berupa sembako," katanya.
Baca juga: Sragen Dilanda Banjir, Akses Jalan Solo-Sragen Lumpuh Dua Jam Lebih, Begini Penjelasannya
Lebih lanjut ia mengutarakan, hari ini Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah (Jateng) meninjau Jalan Solo-Purwodadi yang terendam air pada Jumat (12/2/2021) lalu.
"Mereka tadi meninjau ke Kalijambe pukul 09.00," tuturnya.
Baca juga: Mengharukan, Perempuan Hamil di Sragen Dievakuasi dari Kepungan Banjir: Kondisi Mau Melahirkan
Yuni berharap jalan yang rusak serta drainase yang tidak berfungsi dapat segera diperbaiki.
Diakuinya, saat ini tidak mungkin untuk menambal jalan berlubang di Jalan Solo-Purwodadi.
"Karena jika ditambal sekarang akan cepat rusak sebab intensitas hujan masih tinggi," tambahnya.
SUNGAI MUNGKUNG SRAGEN MELUAP
Sungai Mungkung meluap setelah diguyur hujan deras, Minggu (14/2/2021) malam.
Luapan Sungai Mungkung memaksa warga yang tinggal di dekat lokasi harus menaikkan barang-barangnya.
Warga setempat, Hartanti mengaku harus menaikkan segala perabotan yang ada di dalam rumah karena genangan sudah masuk ke rumahnya.
"Ketinggian airnya sekitar 50 sentimeter," katanya kepada Tribunsolo.com, Minggu (14/2/2021).
Baca juga: Mengharukan, Perempuan Hamil di Sragen Dievakuasi dari Kepungan Banjir: Kondisi Mau Melahirkan
Dia khawatir perabotannya bisa rusak bila terkena banjir.
Hartanti harus mengangkat perabotan rumahnya setiap kali banjir datang.
"Sudah biasa kalau banjir saya sekeluarga memindahkan perabotan supaya enggak kena air," paparnya.
Baca juga: Sragen Dilanda Banjir, Akses Jalan Solo-Sragen Lumpuh Dua Jam Lebih, Begini Penjelasannya
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Sragen, Sugeng Priono menyampaikan bahwa banjir akibat luapan Sungai Mungkung dan Sungai Garuda karena Kabupaten Karanganyar diguyur hujan deras sejak sore tadi.
"Imbasnya paling parah di Sragen," kata Sugeng.
Sejumlah pedukuhan yang berada di sekitar Sungai Mungkung dan Sungai Garuda yang paling merasakan dampak banjir.
Baca juga: Satu Alat Pendeteksi Dini Banjir di Sragen Rusak, Buat Sirine Mati saat Air Sungai Meluap
Hingga kini, jajarannya masih terus melakukan pendataan ihwal banjir yang melanda Bumi Sukowati. (*)