Berita Solo Terbaru
Orang Tua Tak Izinkan Anak Ikut Pembelajaran Tatap Muka, Wali Kota Solo Sebut Tak Ada Paksaan
Sejumlah orang tua di Kota Solo masih enggan mengizinkan anak-anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM).Itu terjadi baik di sekolah.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sejumlah orang tua di Kota Solo masih enggan mengizinkan anak-anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM).
Itu terjadi baik di sekolah negeri maupun swasta. Bahkan, ada sekolah negeri yang tingkat partisipasinya hanya 25 persen.
Atas kondisi tersebut, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka angkat bicara.
Baca juga: Partisipasi Siswa Sekolah Negeri Solo Ikut Pembelajaran Tatap Muka Minim, Izin Orang Tua Disorot
Baca juga: Kabar Gembira dari UNS : Besok Dosen Disuntik Vaksin Covid-19, Target September Kuliah Tatap Muka
Ia mengatakan, tidak akan memaksa orang tua atau wali murid untuk mengizinkan anaknya ikut PTM.
"Kalau keberatan kita tidak akan memaksa. Tetap bisa belajar dari rumah. Tidak apa-apa, Tidak masalah," kata Gibran, Rabu (24/3/2021).
"Tidak ada paksaan, monggo. Tapi, di Solo ini sudah aman dan kita sudah siap membuka sekolah," tambahnya.
Keyakinan Gibran tersebut lantaran sejumlah infrastruktur protokol kesehatan sudah disiapkan.
Diantaranya, penyediaan tempat cuci tangan, face shield, dan masker.
Baca juga: Intip Potret Siswa SD di Solo, Jika Bulan Depan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Resmi Dimulai
"Memang ada beberapa hal yang harus dievaluasi. Tapi umumnya sudah siap," ujar Gibran.
"Kalau ada masukan-masukan dari orang tua ya silakan disampaikan ke saya," tambahnya.
Gibran mengungkapkan, dirinya sempat mendapatkan saran dari orang tua murid bahwa peserta didik sebaiknya juga divaksin.
"Kalau itu, lihat nanti dulu. Umurnya berapa? kalau smp divaksin kan tidak boleh," ucap dia.
"Semuanya tetap kita perlakukan sama. dan sekali lagi untuk orang tua murid, yang namanya vaksin ini kekebalan kelompok bukan individu," tegasnya.
Partisipasi Minim
Tingkat partisipasi peserta didik mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah swasta dan negeri Kota Solo masih jomplang.
Pasalnya, tingkat partisipasi peserta di sekolah swasta lebih tinggi dibanding sekolah negeri.
Hal itu terungkap dari sidak yang dilakukan Komisi IV DPRD Kota Solo ke sejumlah sekolah.
Baca juga: PPKM Mikro di Klaten Diperpanjang, Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka yang Diizinkan SMP & SMA Saja
Baca juga: Minggu Ini, 4 Sekolah di Sukoharjo Siap Gelar Simulasi Pembelajaran Tatap Muka
Ketua Komisi IV DPRD Kota Solo, Putut Gunawan, misalnya, melakukan sidak ke SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4.
Dalam sidak tersebut, Komisi IV DPRD Kota Solo masih menemukan perbedaan dengan wacana yang telah dikemukakan.
"Formulir izin dari orang tua siswa SMP Negeri 3 yang bermateri dan yang masuk hanya 25 persen. Kemudian di SMP Negeri 4, formulinya 50 persen," kata Putut, Rabu (24/3/2021).
Menurut Putut, itu menunjukkan sejumlah orang tua masih belum tega melepas anak-anaknya mengikuti pendidikan tatap muka.
"Sehingga, sosialisasi dan pengetatan protokol kesehatan masih perlu digiatkan lagi," ucapnya.
Baca juga: SMAN 1 Sragen Bakal Jadi Percontohan Pembelajaran Tatap Muka di Sragen, Kapan Dilaksanakan?
Sementara itu, tingkat partisipasi peserta didik di SMP swasta Kota Solo lebih tinggi dibandingkan swasta.
Beberapa sekolah, angkanya bahkan sudah 80 persen lebih.
Hal itu diungkapkan Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Solo, Anna Budiarti saat sidak ke SMP Islam Diponegoro Solo.
"Hampir 90 persen anak-anak masuk. Harapannya bisa dilaksanakan untuk kelas berikutnya," terang dia.
"Ini kan baru kelas 9. Besok bisa dipersiapkan untuk kelas 7 dan 8," tambahnya.
Menurut Anna, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab orang tua masih enggan mengizinkan anak-anaknya ikut pembelajaran tatap muka.
"Ada yang memang terkendala jarak. Tempat tinggalnya jauh. Ada juga masalah teknis, mengatur waktu bekerja, tidak bisa mengantar," ujar Anna.
Wilayah lain juga bersiap melakukan PTM, seperti di Sragen, Pembelajaran tatap muka (PTM) di Kabupaten Sragen diproyeksikan pada awal April besok.
Namun demikian tidak seluruh sekolah langsung menerapkan PTM.
Salah satu syaratnya yakni sekolah tersebut berada di zona hijau atau oranye yang tingkat penyebaran virusnya rendah.
Baca juga: Intip Potret Siswa SD di Solo, Jika Bulan Depan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Resmi Dimulai
Baca juga: Tentang Tiga Fase Pembelajaran Tatap Muka di Solo, Ini Penjelasan Dinas Pendidikan
Untuk di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), SMAN 1 Sragen akan menjadi percontohan dalam penerapan PTM di tengah pandemi.
"Sekolah kami akan jadi pilot project terkait dengan PTM di masa pandemi ini," tutur salah seorang guru SMAN 1 Sragen Anis Maryati saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (24/3/2021).
Sampai saat ini pihaknya masih menunggu keputusan dari Bupati Sragen.
"Kalau sudah ada instruksi dari bupati segera dilakukan PTM, kami akan segera laksanakan," terangnya.
Persiapan yang sudah dilakukan otoritas sekolah yakni menyiapkan sarana dan prasarana menyangkut protokol kesehatan.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka di Depan Mata, Vaksinasi Covid-19 Bagi Guru di Karanganyar Dikebut
"Kami harus menyediakan tempat cuci tangan dan skema PTM yang dilakukan mengingat di dalam kelas siswa diwajibkan jaga jarak," ucapnya.
Sebagai seorang guru, dia beranggapan ada hal yang tidak bisa diajarkan ke murid selama pembelajaran daring atau online.
"Ingin segera PTM karena pendidikan karakter tidak bisa digantikan oleh mesin. Kami punya tanggung jawab untuk hal itu," imbuhnya.
Sebelumnya, Sukoharjo juga sudah bersiap melaksanakan PTM, sebanyak 4 Sekolah di Sukoharjo rencananya akan melakukan simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Hal ini berdasarkan koordinasi antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sukoharjo.
Kepala DKK Sukoharjo Yunia Wahdiyati mengatakan, untuk persiapan pembelajaran tatap muka sudah dibahas dengan dinas pendidikan.
Terkait waktunya, Yunia tidak merinci, dia hanya menjawab minggu ini.
Baca juga: Intip Potret Siswa SD di Solo, Jika Bulan Depan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Resmi Dimulai
Baca juga: Ogah Terburu-buru Buka Pembelajaran Tatap Muka, Pemkab Sukoharjo Pilih Fokus Vaksinasi Covid-19 Dulu
Dalam hal ini, DKK Sukoharjo membantu upaya percepatan PTM dengan ikut melakukan tinjauan ke sekolah yang sudah siap protokol kesehatannya.
Mereka juga melakukan kajian dan pandangan bila nanti simulasi dilaksanakan.
“Jadi kita masih meninjau dari segi sarana dan prasarana dan penyusunan SOP di sekolah harus sudah siap,” ujarnya.
“Yang terpenting kepala sekolah dan gurunya sudah dilakukan vaksinasi,” tambahnya.
Baca juga: Solo Bakal Gelar Pembelajaran Tatap Muka, Gibran: Pulang Sekolah, Jangan ke Warnet dan Mall
Empat sekolah yang rencananya akan melakukan simulasi PTM di Sukoharjo adalah SMA 1 Negeri Sukoharjo, SMP 1 Negeri Sukoharjo, MAN 1 Negeri Sukoharjo dan SMK Negeri Sukoharjo.
"Untuk SD belum, bertahap," papar dia.
Dia meminta agar semua pihak terus bisa menjaga protokol kesehatan di Sekolah, orang tua juga diminta selalu mengingatkan anaknya.
Meskipun demikian, evaluasi kedepan akan dilakukan oleh Dinkes secara harian melalui tim puskesmas dan mingguan oleh Dinkes Sukoharjo.
Klaten Tunggu Arahan Dinas
Sampai saat ini Kabupaten Klaten belum melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Namun, para guru pengajar sudah mulai bersiap membahas soal pelaksanaan PTM ini.
Kepala Sekolah SD Negeri 2 Bolopleret, Susi Lastari mengatakan, sampai saat ini belum ada kabar pasti soal PTM di Klaten.
Baca juga: Beda dengan Solo, Sukoharjo Tak Gelar Simulasi Pembelajaran Tatap Muka, Ini Alasannya
Baca juga: Tentang Tiga Fase Pembelajaran Tatap Muka di Solo, Ini Penjelasan Dinas Pendidikan
Mereka juga masih menunggu arahan dinas terkait soal pelaksanaan PTM di Klaten.
"Untuk tatap muka SD kami belum tahu persis kapan," papar dia, Senin (22/3/2021).
Dia mengatakan, sebelumnya Dinas Pendidikan Klaten sudah memberikan lampu hijau untuk PTM dengan syarat ada izin dari Satgas Desa, Kecamatan, Puskesmas, dan Polsek setempat.
Susi mengatakan, langkah yang dia lakukan saat ini adalah melakukan koordinasi dengan komite sekolah.
Baca juga: Pemkab Sragen Targetkan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Mulai Bulan Depan, Begini Syaratnya
“Hari ini saya ada rapat bersama komite dan guru-guru di sekolah untuk persiapan sekolah tatap muka,” tutur Susi.
“Kita baru menyusun persiapan materi dan media pembelajaran,” tambahnya.
Susi menjelaskan, sekolah tatap muka diharapkan bisa digelar secepatnya, sebab bila mengandalkan pembelajaran daring tidak semua anak bisa memahami materi.
Pembelajaran Tatap Muka di Solo
Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Solo ternyata tidak asal dalam menerapkan simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Ada berbagai persiapan yang sudah dilakukan.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Solo, Dwi Aryatno mengatakan, pihaknya membagi tiga tahap PTM di Solo ini yang diberlakukan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Baca juga: Hari Kedua Bioskop Dibuka, Keamanan Diperketat, Antisipasi Pelanggaran Prokes
Baca juga: Kangen Berat Masuk Sekolah? Sabar, Besok Kamis Puluhan SMP di Solo Simulasi Pembelajaran Tatap Muka
"Kami bagi tiga fase dengan durasi jam pelajaran dan lingkup kegiatan," papar dia, Kamis (18/3/2021).
Peserta dalam simulasi PTM ini juga tidak semuanya, dimulai dari kelas 9 dahulu.
"Nanti disusul kelas 8 dan 7," papar dia.
Fase yang diberlakukan ini untuk membentu pola siswa agar terbiasa dengan protokol kesehatan (prokes) cek suhu, cuci tangan, dan jaga jarak dalam kelas.
Dia menjelaskan, fase pertama, diberlakukan selama satu minggu yakni siswa belajar dengan durasi 1 jam di kelas, langsung pulang tanpa istirahat.
Baca juga: Pemkab Sragen Targetkan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Mulai Bulan Depan, Begini Syaratnya
Fase Kedua, siswa belajar di sekolah selama 5 jam dengan istirahat satu kali. Selama istirahat siswa diberbolehkan ke perpusatakan, mushola, ruang praktik dan ruang guru dengan syarat prokes ketat.
Selanjutnya fase ketiga, pemberilakukan durasi dan kurikulum menyesuikan kurikulum yang berlaku.
Pada fase ketiga, ada saran untuk melakukan simulasi pelajaran olahraga dan sebelum berolahraga berjemur di bawah sinar matahari.
"Dari pak wali kota menyarakan mata pelajaran olahraga dengan standar prokes," ungkapnya.
Melihat para siswa yang sudah lama melakukan pembelajaran daring, tentu harus dibiasakan lagi untuk sadar prokes saat di Sekolah.
"Harus dilakukan pembiasaan dulu melalui tiga fase simulasi ini," ujarnya.
Sebelumnya, simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Solo dilakukan hari ini, Kamis (18/3/2021).
SMP Advent Solo termasuk yang melakukan prasimulasi ini.
Pantauan TribunSolo.com di lapangan, protokol kesehatan yang lengkap disediakan sekolah tersebut.
Baca juga: Masih Ada Kritikan Soal Sekolah Daring di Solo, Pemkot Sebut Bisa Dimaklumi
Baca juga: Sri Mulyani dan Yoga Hardaya Dikabarkan Akan Dilantik 26 Februari, Secara Daring dan Terbatas
Siswa yang masuk mengikuti kegiatan prasimulasi tersebut dicek suhu tubuhnya terlebih dahulu.
Setelah itu, mereka juga diwajibkan untuk mencuci tangan sebelum masuk ke sekolah.
Saat masuk ke ruang kelas, siswa juga menjaga jarak satu dengan yang lain.
Kepala Sekolah SMP Avent Solo, Donny Irawan mengatakan, simulasi ini dilakukan untuk siswa kelas 9.
Namun, tidak seluruhnya hadir, hanya sekitar 16 siswa saja yang datang.
Baca juga: Dosen FH Meninggal Dunia, UNS Berkabung, Bakal Gelar Tahlil Daring Malam Ini
"Dari total siswa yang ada hanya 12 yang mengikuti kegiatan hari ini," kata dia.
Sebab, ada 2 siswa yang izin karena sakit dan 2 tidak mendapatkan izin dari orang tua.
Donny mengatakan, siswa yang mengikuti prasimulasi ini memang harus ada izin dari orang tua.
Izin orang tua tersebut melalui google forms.
Sementara itu, selama pembelajaran juga ada pembagian dua kelas. Satu kelas berisi 6 murid dan satu guru.
"Nanti kita evalusi kalau satu guru tidak cukup, kami tambah satu guru lagi," ungkap dia.
Kritikan Soal Pembelajaran Daring
Kritik dari orang tua murid pada para tenaga pendidik di Solo selama penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring ditanggapi Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
Orang tua murid masih memandang guru hanya bisa memberikan tugas secara online selama pembelajaran daring tersebut.
Meski begitu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka memaklumi apabila penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih ada kekurangan.
Baca juga: Setahun Sekolah Daring di Solo : SD Negeri Cuma Diberi PR, SD Swasta Full, Mulai Senam Sampai Ngaji
Baca juga: Masih Pandemi Covid-19, Penyelenggarakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Klaten Dilakukan Daring
"Guru-guru tiap hari mengawal murid-muridnya," kata Gibran, Rabu (17/3/2021).
"Tidak hanya memberi tugas, namanya situasi seperti ini semua dimaklumi. Tidak bisa disamakan pembelajaran tatap muka," tambahnya.
Oleh karenanya, Gibran berusaha supaya sekolah-sekolah di Solo bisa segera menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM).
"Pasti ada kekurangannya," ucap dia.
"Makanya, saya kejar biar anak-anak bisa masuk sekolah lagi," tambahnya.
Sebelumnya, kekurangan masih dirasakan selama penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) setahun belakangan ini.
Baca juga: Dosen FH Meninggal Dunia, UNS Berkabung, Bakal Gelar Tahlil Daring Malam Ini
Tenaga pendidik, misalnya, dinilai masih belum siap dalam menerapkan PJJ.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Solo, Etty Retnowati tidak menampik tenaga pendidikan masih menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
"Memang ada guru-guru yang hanya memberi tugas. Tapi banyak juga guru yang tetap memberi pelajaran daring," kata Etty kepada TribunSolo.com, Rabu (17/3/2021).
"Itu tergantung gurunya," tambahnya.
Baca juga: Nasib Mahasiswi yang Lakukan Adegan Mesum saat Kuliah Daring, Polisi Kini Buru Identitasnya
Etty menjelaskan, pelatihan terhadap para tenaga pendidik sebenarnya sudah dilakukan jauh-jauh hari.
"Setiap sekolah sudah meningkatkan kompetensi guru," jelas dia.
"Kembali lagi ke gurunya," tambahnya.
Pengawasan tetap akan dilakukan selama pemberlakuan PJJ yang direncanakan hingga Juli 2021.
"Akan melibatkan pengawas dan kepala- kepala bidang," ucapnya.
Curhat Orang Tua Siswa
Kualitas pendidikan sekolah negeri di Solo dikeluhkan sejumlah orangtua murid di masa pandemi.
Salah satu yang paling dikeluhkan, adalah jarangnya para guru menggelar kelas online.
Baca juga: Pemerintah Pusat Target Sekolah Tatap Muka Juli 2021, Gibran Bakal Kebut Vaksinasi Guru
Pemerhati pendidikan dari Yayasan Satu Karsa Karya, Kangsure Suroto, memberikan kritiknya, bila sekolah negeri jarang ada yang menggelar sekolah daring.
"Istilahnya saja pembelajaran jarak jauh, tapi kebanyakan, sekolah negeri hanya memberikan PR ke siswa. Ini namanya bukan pembelajaran jarak jauh, tapi PR jarak jauh," kata Kangsure.
Kangsure mengaku merasakan langsung hal itu, karena ia juga menyekolahkan anaknya di sekolah negeri.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Solo, Etty Retnowati tidak membantah hal itu.
Ia mengakui, kompetensi tenaga pendidikan di sekolah negeri masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Ia mengakui ada guru di sekolah negeri yang hanya modal memberi PR saja, tapi membuka kelas daring.
Meski, tidak semua guru di sekolah negeri seperti itu.
"Memang ada guru-guru yang hanya memberi tugas. Tapi banyak juga guru yang tetap memberi pelajaran daring," kata Etty kepada TribunSolo.com, Rabu (17/3/2021).
"Itu tergantung gurunya," tambahnya.
Etty menjelaskan Dinas Pendidikan Solo tidak bisa mengambil langkah lebih jauh dengan kenyataan ada guru yang malas memberi kelas daring.
Menurutnya, Dinas Pendidikan sudah melakukan pelatihan tenaga pendidik jauh-jauh hari.
Sehingga, perbedaan 'nasib' yang diterima siswa sekolah negeri, diserahkan ke sekolah dan guru masing-masing.
"Setiap sekolah sudah meningkatkan kompetensi guru," jelas dia.
"Kembali lagi ke gurunya," tambahnya.
Ia mengklaim, Dinas Pendidikan Solo tetap akan melakukan pengawasan selama pemberlakuan pembelajaran jarak jauh, yang direncanakan hingga Juli 2021.
"Akan melibatkan pengawas dan kepala- kepala bidang," ucapnya. (*)