Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Viral Nenek Penjual Barang Bekas di Bangjo Sraten Solo : Tak Pasti Dapat Uang, Tapi Tak Mau Menyerah

Nenek 85 tahun harus berjibaku mencari rezeki setiap harinya menjaul barang bekas dan pisang di tempat seadanya.

Penulis: Azfar Muhammad | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Azhfar Muhammad
Sosok Mbah Saryo menggelar dagangannya di pinggir Jalan Veteran, tepat bangjo Sraten kawasan Patung Bunderan, Kecamatan Serengan, Kota Solo, Sabtu (5/6/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Azhfar Muhammad Robbani

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Saat sebagian orang menikmati masa tuanya untuk sekedar menikmati hidupnya berleha-leha di rumah, tapi tidak dengan Saryo.

Nenek 85 tahun harus berjibaku mencari rezeki setiap harinya menjaul barang bekas dan pisang di tempat seadanya.

Tikarnya pun bekas baliho untuk menggelar dagangannya di pinggir Jalan Veteran, tepat bangjo Sraten kawasan Patung Bunderan, Kecamatan Serengan, Kota Solo.

Meski sudah sepuh, rona wajahnya tampak semangat menikmati kehidupannya dalam mencari rezeki setiap harinya.

Bahkan sosoknya pun viral karena tak pernah absen menggelar dagangannya sehingga mendapatkan simpati dan doa dari netizen.

Seperti yang di-share oleh netizen di FB @Info Cegatan Solo dan Sekitarnya :

Mohon ijin berbagi info, di barat bangjo sraten utara jalan ada simbah2 jualan pakaian bekas, jualannya sepi, jika dulur2 ada rejeki mari sama2 kita larisi, (tadi mau beli pakaian bekas bingung karena belum membutuhkan jadi pisangnya aja), dan atau setidaknya kita doakan semoga sehat selalu dan rejekinya lancar.

Baca juga: Nasib Sakimin, Kakek 88 Tahun Penjual Bakso di Solo, Kini Terima Donasi Rp 8 Juta Lebih dari Netizen

Baca juga: Nasib Guru Honorer Utang Rp 3,7 Juta Jadi Rp 206 Juta, Kini Difitnah Jual Diri Demi Lunasi Utang

Warga RT 02 RW 10 Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan itu setiap hari harus mangkal mencari keajaiban rezeki dari Tuhan.

"Dari kecil umur 15 tahun saya lupa tahunnya berapa ya, sudah jualan ikut ibu," kata dia terkenang masa lalu kepada TribunSolo.com, Sabtu (5/6/2021).

"Ya saya jual macam-macam waktu itu ibu saya, ya jualan barang bekas juga, makanan juga ya serba ada," tambahnya.

Setelah dirinya ditinggalkan sang ibu, Mbah Saryo mengaku ingin melanjutkan jejak dan mencari peruntungannya sebagai penjual juga.

"Apapun yang bisa dijual jadi dagangan," katanya.

Sebelum itu, dirinya mengatakan pernah berjualan keliling sebelum membuka lapaknya yang sederhana di tepi jalan.

"Dulu sebelum jualan ini saya keliling ke kampung kampung, ke pasar atau ke mana saja sesampainya,"ungkapnya.

"Dulu pernah jualan lauk-pauk, arem-arem, jajanan pasar pokoknya dua keranjang seperti ini penuh," paparnya

Dirinya mengatakan sudah tiga tahun berjualan di kawasan Jalan Veteran tersebut dan memutuskan untuk berhenti berjualan keliling.

"Ya kalau sekarang keliling sudah gak kuat, udah tua juga, di pasar gak laku sekarang kalau jualan seperti ini," ungkapnya.

Baca juga: Bak Petir di Siang Bolong, Wanita Karangpandan Ini Kaget Rumahnya Terbakar saat Rewang ke Tetangga

Baca juga: Ada Sejumlah Kades Datangi BPN Klaten, Cari Tahu Besaran Nilai Ganti Rugi Proyek Tol Solo-Jogja

"Sewa lapak pun tidak ada yang murah," tambahnya.

Setiap hari dirinya membawa barang dagangan yang berbeda-beda.

"Ya apa saja yang bisa dijual sih, kadang jual makanan, pisang, baju bekas, sendok piring," paparnya.

"Jual makanan nya juga macam-macam, kadang buah buahan atau makanan seperti kerupuk," ungkapnya.

Biaya 4 Anaknya

Saat ditanyai masa kejayaan, ia mengatakan mengalami tahun 1963 silam.

"Jayanya dulu saya bercocok tanam di kampung halaman di Wonogiri panen banyak," katanya

"Ya bisa beli papan, bisa menyekolahi anak, ngasih 4 anak makan," ujarnya.

Dirinya mengaku pindah ke Solo dari Wonogiri sekitar tahun 1965.

"Pindah ke Solo, saya karena ditinggal anak saya semuanya kerja," ujarnya.

"Saya tidak ingin sendirian, saya akhirnya memutuskan untuk mencari rumah di Solo," katanya.

Baca juga: Tak Percaya Corona & Berani Ancam Bunuh Kapolsek di Klaten, Dua Pria Boyolali Lemas, Hanya Menunduk

Baca juga: Detik-detik Menegangkan, Penyelamatan Sopir yang Mobilnya Mogok saat Kereta Lewat di Rel Joglo Solo

Diketahui dirinya memiliki 3 anak laki-laki dan satu orang perempuan.

"Yang pertama di Aceh jualan, yang kedua jualan, ketiga kerja di pabrik roti dan yang terakhir di Klaten kerja," paparnya.

"Anak saya tidak tahu saya jualan seperti ini ya saya nekat saja, saya seneng ko jualan," ujarnya.

Sebatang Kara

Di rumahnya dirinya mengaku tinggal sebatang kara.

"Suami saya sudah meninggal pada tahun 2000 yang lalu," ujarnya.

"Yah berarti sekitar 20 tahun kurang lebih saya golek sangu dewe (mencari sangu sendiri)," urainya.

Adapun dirinya mengatakan pergi berjualan di lapak tidak menentu waktunya, tergantung kondisi dari Mbah Saryo.

"Sak mau ne, tidak menentu, kadang jam 10 baru berangkat kadang siang kadang pagi kadang juga tidak berangkat," katanya.

"Ya kalau mau jualan saya jualan, kalau enggak mau di rumah," ujarnya.

Dirinya mengaku setiap hari ia jalan dari rumahnya dengan waktu tempuh kurang lebih setengah jam.

"Untuk modal jualan tak menentu, sepinya uang," katanya.

"Untuk modal kotor paling besar besar Rp 200 ribu, paling sedikit modalnya Rp 50 ribu," ungkapnya.

Adapun penghasilan, dirinya menyampaikan tidak menentu setiap harinya.

"Tidak menentu, kadang Rp 20 ribu kadang Rp 30- Rp 50 ribu," katanya.

"Alhamdulillah saya 3 tahun disini tiap hari mesti ada saja yang beli," ujarnya.

Dirinya menyampaikan barang bekas yang ia jual setiap hari dari jualan tetangga dan warga sekitar rumahnya.

"Kalau pisang ya saya beli dari bakul sayur yang suka keliling," ujarnya.

"Ya macem-macem harganya, kadang ya saya juga menyesuaikan berapa beli nya tergantung ada uangnya," tambahnya.

Enggan Untuk Minta- Minta

Meski dirinya sudah tua, dirinya tidak mau meminta kepada orang laim.

Dirinya lebih rela berjualan meskipun untung tak seberapa.

"Saya tidak mau meminta minta, itu tak mulia," katanya.

"Kalau sehat kita minta-minta itu tidak boleh, ya harus usaha kalau bisa, ya saya usaha ini jualan mending kecil-kecilan tak seberapa tapi saya bangga," paparnya.

Baca juga: Viral Aksi Heroik Polisi & Ojol, Evakuasi Mobil Mogok di Rel Joglo Solo, Padahal Kereta Mau Lewat

Baca juga: Gagal Nyalip, Suzuki Ertiga Remuk Adu Banteng dengan Truk Isuzu di Klaten, Sopir Nyaris Terjepit

Menurutnya orang yang meminta minta adalah orang yang tidak punya harga diri.

"Itu tidak baik sama saja tidak menghargai diri sendiri, selagi masih sehat ya saya tidak malu berjualan,"

Meskipun demikian Mbah Saryo selalu tersenyum dan bisa menjadi menjadi sosok yang gigih bagi anak dan cucunya.

Dirinya mengatakan dan selalu berharap, anak Mbah Suryo bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

"Murah rezeki dan bisa hidup layak mengangkat derajat keluarga, dan jangan minta-minta," tandasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved