Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Karanganyar Terbaru

Megahnya Ruang Audio Visual Dinas Arsip Karanganyar Ini, Mirip Bioskop: Telan Dana Rp 841 Juta

Ruang audio visual yang dikelola Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Karanganyar terlihat megah.  Interior banguan tersebut mirip girip bioskop.

Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Fristin Intan Sulistyowati
Ruang audio visual yang dikelola Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Karanganyar terlihat megah.  

Proses proyek Jalur Lingkar Timur (JLT) Sukoharjo memasuki tahap pembebasan lahan.

Ratusan bidang tanah terdampak JLT yang berada di Kecamatan Nguter dan Kecamatan Bendosari mulai dibayarkan ganti ruginya.

Diketahui, nilai ganti rugi yang dibayarkan paling kecil Rp 2 juta hingga Rp 3 miliaar.

Menurut Kepala Desa Celep, Surono, ada salah seorang warganya yang mendapatkan ganti rugi Rp 3 miliar.

"Di sini terdampaknya ada 47 bidang tanah, " kata dia kepada TribunSolo.com, Jumat (23/4/2021).

Baca juga: Proyek Jalur Lingkar Sukoharjo Mau Dimulai, Harga Tanah Melonjak 200 Persen, Bahkan Bisa Naik Lagi

Baca juga: Warga Bendosari & Nguter Jadi Miliarder, Imbas Dapat Ganti Rugi Proyek Jalur Lingkar di Sukoharjo

"Ganti rugi paling rendah Rp 32 juta, dan paling tinggi Rp 3,1 miliar," imbuhnya menekankan.

Dari 47 bidang tanah itu, didominasi lahan persawahan, tetapi sebagian kecil lainnya berupa tanah dan bangunan.

Meski mendapatkan nilai ganti rugi yang fantastis, Surono mengatakan belum ada fenomena hedonisme.

Warganya yang telah menerima ganti rugi kebanyakan dibelikan tanah di lokasi yang lain.

"Kebanyakan dibelikan tanah lagi. Sementara ini belum ada yang beli mobil," ujarnya.

"Memang saya imbau, uang tersebut untuk dibelikan tanah lagi," tambah dia.

Kebanyakan warga Celep mencari tanah masih di Desa Celep atau di sekitarnya.

Namun, ada juga beberapa warga yang membeli tanah di luar Desa Celep.

"Yang dibelikan sawah di luar Celep itu, mencari yang saluran irigasinya lebih bagus," ujarnya.

Harga Tanah Naik Menggila

Banyak lahan di Desa Manisharjo, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo bakal tergusur terkena proyek Jalur Lingkar Timur (JLT).

Menurut Kepala Desa (Kades) Manisharjo Rumadi, ada 177 bidang tanah yang terkena dampak proyek JLT.

Tanah tersebut terdiri dari tanah milik masyarakat maupun tanah kas desa, Tirta Makmur Sukoharjo dan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

Hal berdampak pada naiknya harga tanah dikawasan sekitar proyek JLT.

"Proyek JLT ini sudah berdampak pada faktor ekonomi, harga tanah sudah mulai naik," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (23/4/2021).

Baca juga: Warga Bendosari & Nguter Jadi Miliarder, Imbas Dapat Ganti Rugi Proyek Jalur Lingkar di Sukoharjo

Baca juga: Dicari Kelompok CRST : Teganya Coret-coret Lapak Pakai Pilok di Boyolali, Bikin Para Pedagang Geram

Meski baru tahap pembebasan tanah, namun harga tanah sudah naik hingga empat kali lipat.

Rumadi menuturkan, sebelum adanya proyek JLT ini, harga tanah atau sawah di Manisharjo berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per meter.

"Kalau saat ini sudah naik, biasa Rp 200 ribu per meter, bahkan bisa lebih," ujarnya.

Terkait adanya fenomena hedonisme seiring sudah mulai dibayarkannya ganti rugi lahan yang terkena proyek JLT, dia menuturkan, kondisinya masih normal.

"Masyarakat disini masih tradisional. Uang ganti ruginya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka, dan dibelikan tanah lagi," ujarnya.

Fenomena hedonisme, seperti yang terjadi di Tuban, dia mengatakan belum terjadi.

Pasalnya, nilai ganti rugi proyek JLT ini berbeda dengan proyek JSN atau Kawasan Pertamina.

"Kalau proyek yang di Tuban itu kan, dibelinya per kawasan, jadi yang terkena dampak akan utuh dibeli," jelasnya.

"Sementara yang terkena JSN ini hanya bagian lahan yang terkena proyek saja. Jadi tidak mesti utuh," tutur dia.

Kaya Dadakan

Tak hanya ganti rugi proyek tol di Klaten hingga kilang minyak di Tuban yang membuat orang jadi miliarder.

Tetapi di Kabupaten Sukoharjo ada proyek jalur lingkar timur (JLT) yang bikin orang kaya mendadak.

Sempat terhenti karena adanya pandemi Covid-19, proses pembebasan lahan terdampak JLT kembali dilanjutkan.

Per Desember 2020 hingga April 2021, sebanyak 262 bidang tanah milik masyarakat maupun kas desa sudah dibebaskan, menelan anggaran Rp 73 miliar.

Baca juga: Waspadai Pemudik Lewat Jalur Tikus saat Mudik Lebaran, Polsek di Sragen Siaga Patroli Selama 24 Jam

Baca juga: Anggaran Dipangkas Demi Covid-19,Proyek Gedung & Jalur Lingkar Timur Sukoharjo Tak Selesai Tahun Ini

Anggota tim pengadaan tanah proyek JLT, Aris Sujarwadi mengatakan, nilai ganti rugi yang diberikan bervariatif mulai jutaan hingga miliaran rupiah.

"Yang paling rendah Rp 2 juta dan paling tinggi Rp 3 miliar," kata dia kepada TribunSolo.com, Kamis (22/4/2021).

Proses pembayaran ganti rugi ini dilakukan secara bertahap di Aula Kantor BPN Sukoharjo.

Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kerumunan, saat proses pencairan ganti rugi.

Aris mengatakan, saat awal proses pendataan lahan ini, banyak masyarakat yang enggan memberikan data aset yang terdampak JLT.

Baca juga: Begini Rencana Pembangunan Jalur Lingkar Timur di Sukoharjo yang Telan Anggaran Rp 300 Miliar

"Awalnya mereka tertutup, mereka tidak mau memberikan data, tapi kami berkerjasama dengan Pemerintah Desa," ujarnya.

"Tapi setelah mengetahui nilainya, mereka berbobdong-bondong menyerahkan data mereka," imbuhnya.

Kendati terkena imbas proyek pembangunan JLT, namun nilai ganti rugi ini tidak sebesar bila terkena Proyek Strategis Nasional (PSN).

"Ganti ruginya memang tak sebesar PSN seperti pembangunan tol, waduk, atau bandara. Tapi, nilai ganti rugi JLT ini masih memberikan untung kepada masyarakat yang terdampak," jelasnya.

"Sebenarnya ini bukan ganti rugi, tapi ganti untung," imbuhnya.

Lahan dan bangunan milik masyarakat yang terdampak proyek JLT meliputi Desa Plesan dan Desa Celep di Kecamatan Nguter.

Selain itu, ada tiga desa di wilayah Kecamatan Bendosari yakni Desa Manisharjo, Mojorejo dan Bendosari.

Rencana Pembangunan

Sebelumnya, Pemkab Sukoharjo akan merealisasikan pembangunan Jalur Lingkar Timur (JLT).

Menurut Sekda Sukoharjo, Agus Santosa, pembebasan lahan telah selesai dilakukan, sehingga Pemkab akan fokus pada pembangunan JLT.

"2019 harusnya pembebasan lahan sudah selesai, dan sudah mulai pembangungan jalan," katanya kepada TribunSolo.com, Kamis (9/1/2019).

"Tapi pembebasan lahan ternyata waktunya panjang, sehingga pembangunan akan segera dilakukan tahun ini," ujar dia menekankan.

JLT ini akan memiliki panjang 29,8 kilometer, dari jalan Solo - Karanganyar yang berada di Palur, Mojolaban, hingga jalan Solo - Wonogiri di simpang tiga Songgorunggi, Nguter.

Jalur Lingkar Timur Sukoharjo Disebut akan Permudah Akses di Kawasan Industri Nguter dan Bendosari

Pembangunan Jalur Lingkar Selatan Molor, Pembebasan Lahan yang Lama Disebut Jadi Penyebab

Dikatakan, jalur tersebut akan menghubungkan Kecamatan Nguter, Bendosari, Polokarto hingga Mojolaban.

Pemkab Sukoharjo menyiapkan anggaran sebesar Rp 300 miliar untuk pembangunan ini.

Proyek JLT tahap satu direncanakan bakal dibangun sepanjang 5,9 kilometer dengan lebar jalan sekitar 18 meter.

Nantinya, JLT tersebut akan terhubung dengan jalur Sugihan-Paluhombo di Bendosari di mana masuk dalam proyek peningkatan jalan.

"Pembangunan bisa meningkatkan ekonomi atas jalur tersebut," pungkasnya.

Jadi Miliarder di Boyolali

Fenomena ketiban 'durian runtuh' karena mendapatkan miliaran rupiah tak hanya terjadi di Tuban, Jawa Timur (Jatim).

Di Kabupaten Boyolali juga ada fenomena serupa, sehingga kini menjadi kaya raya atau kaya mendadak imbas ganti rugi proyek Tol Solo-Jogja.

Satu di antaranya, pasangan warga asal Kecamatan Sawit, Roisa Muhammad (32) dan Anik Dewi (32).

Roisa yang sehari-hari jadi petani itu tak menyangka ketiban durian runtuh proyek Tol Trans Jawa yang menghubungkan kawasan Ngasem melewati Banyudono dan Sawit.

Baca juga: 45 Bidang Tanah di Desa Sambon Boyolali Terdampak Proyek Tol Solo-Jogja, Masuk Tahap Musyawarah

Baca juga: Ada Warga Protes hingga Kirim Surat ke Presiden, Ini Pembelaan Pengelola Proyek Jalan Tol Solo-Jogja

Pasangan muda tersebut menerima ganti untung senilai Rp 10 miliar.

Angka tersebut berdasarkan data yang diterima TribunSolo.com, menjadi kompensasi tertinggi di Kabupaten Boyolali.

Mengingat dari puluhan orang, hanya kisaran mendapatankan ratusan juta hingga paling banter Rp 3,8 miliar saja.

"Alhamdulillah, rezekinya gusti Allah," ungkapnya saat ditemui TribunSolo.com Jumat (19/2/2021).

Total nilai ganti untung sebesar Rp 10 miliar sendiri, kata Roisa merupakan nilai 4 bidang tanahnya yang terdampak proyel tol dengan luas 9.000 meter persegi.

"Kurang lebihnya kalau dibulatkan segitu," paparnya.

Meski menerima uang kompensasi yang tak sedikit, namun Roisa mengaku tak ingin berfoya-foya layaknya warga Tuban yang belakangan ini viral.

Apalagi sampai memborong mobil.

Dirinya mengutarakan uang Rp 10 miliar bakal digunakan untuk masa depan kedua anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan PAUD.

"Untuk ditabung buat masa depan anak-anak, selain itu untuk beli tanah investasi juga," paparnya.

"Kita orang desa tidak ingin seperti di Tuban hehe," ungkapnya.

Roisa sendiri berharap pembangunan Tol Solo - Jogja berjalan lancar dan segera dinikmati oleh warga.

"Semoga jalan tolnya berkah dan saling menguntungkan," tandasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved