Berita Boyolali Terbaru

Kisah Nenek Umi Pengrajin Anyaman Bambu di Boyolali, Tetap Eksis Ditengah Kemajuan Teknologi

Nenek Umi (70) warga Dukuh Sembung, Desa Canden Kecamatan Sambi, Boyolali masih eksis menggeluti anyaman bambu yang dijadikan perkakas tradisional.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Agil Trisetiawan
TribunSolo.com/Tri Widodo
Umi, Perajin Perkakas Tradisional Di Dukuh Sembung, Desa Canden, Kecamatan Sambi Boyolali 

Meski sangat kecil, namun dia masih bersyukur. Keringatnya masih bisa menghasilkan nafkah untuk kebutuhan hidup.

“Untuk membuat kerajinan bambu dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran," pungkasnya.

Bahan Baku Tembaga Terus Naik

Pandemi Covid-19 berdampak serius bagi produksi para Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kerajinan Tembaga, Tumang, Kecamatan Cepogo, Boyolali.

Tidak hanya meroketnya harga tabung gas oksigen yang dihadapi perajin, terus meroketnya harga bahan baku juga menjadi alasan perajin menghentikan produksinya.

Sri Ningsih mengaku sejak bulan Maret lalu, harga bahan baku Tembaga terus merangkak naik.

Dimana, dari harga Rp 1,8 juta per lembar berukura 1x2 meter, terus naik hingga menyentuh harga Rp 3,5 juta.

"Saya juga kaget bahan baku hampir setiap hari naik terus. Padahal penjualan sedang susah," terangnya.

Baca juga: Syarat Menikah Selama PPKM Level 3 Boyolali: Pengantin Wajib Tunjukan Negatif Swab Test Antigen

Baca juga: Cerita Paiman, Warga Binaan Rutan Boyolali yang Takut Disuntik Vaksin: Pucat Lihat Jarum Suntik

Baca juga: RS Khusus Covid-19 di Donohudan Boyolali Sudah Bisa Dipakai 2 Agustus 2021, Ini Fasilitasnya

Baca juga: Berani Langgar Hukum, Tahanan di Rutan Kelas 2 Boyolali Ini Takut Jarum Suntik saat Divaksin

Dia menyebut, permintaan kerajinan tembaga dari dalam negeri tengah lesu.

Begitu juga dengan Ekspor ke luar negeri juga macet.

"Penjualan juga sulit karena tidak bisa ekspor. Jadi selama PPKM ini hanya mengandalkan pembeli lokal saja, dan itupun sangat jarang," kata dia.

"Padahal sebelum pandemi, setiap minggu dan tiap bulan pasti kirim ekspor," ucapnya.

Sumanto, perajin lain juga mengeluhkan naiknya harga bahan baku dan tak adanya pasokan oksigen.

Bahkan, beberapa pesanan ekspor belum bisa dia kerjakan karena tingginya bahan baku.

“Padahal pesanan itu sudah masuk sebelum harga bahan baku naik. Nah kami bingung ini gimana ngerjainnya,” imbuhnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved