Berita Boyolali Terbaru
Kisah Sukani, Janda Penambang Pasir Manual Merapi: Ditinggal Pergi Suami saat Anaknya Masih Kecil
Gerak tangan wanita separuh baya itu cukup cekatan saat mengayungkan coker kecil. Dengan beberapa kali gerakan, pasir yang disaring keluar dari ayakan
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Gerak tangan wanita paruh baya itu cukup cekatan saat mengayunkan coker kecil.
Gundukan pasir bercampur batu krikil dengan cepat dipindahkan ke atas ayakan pasir berukuran 50 sentimeter persegi.
Dengan beberapa kali gerakan, pasir yang disaring keluar dari ayakan tersebut.
Baca juga: Cerita Penambang Pasir di Kali Apu: Tetap Menambang Meski Dibayangi Ancaman Lahar Dingin Merapi
Baca juga: Perjuangan Para Penambang Pasir Kali Sombo Boyolali: Rela Seharian Berendam di Sungai
Batu krikil yang masih berada di atas ayakan itu kemudian dibuang kesamping agar terpisah dari pasir halus yang telah disaring.
Meski terlihat cekatan, namun tenaganya cepat habis.
Duduk di atas tumpukan pasir sembari menegak air minum yang dibawa solusi terbaik untuk memulihkan tenaganya.
Dengan nafas yang masih masih ngos-ngosan, Sukani bercerita jika kegiatannya menambang pasir ini sudah dilakoni sejak puluhan tahun lalu.
Baca juga: Perjuangan Penambang Tradisional di Kali Apu Boyolali, Tetap Kerja Walau Status Merapi Siaga
Sejak ditinggal pergi suaminya begitu saja, apapun pekerjaanya dia lakukan agar kebutuhan hidup bersama anak laki-lakinya tercukupi.
“Suami saya pergi, sejak anak saya masih kecil,” ujarnya.
Dia yang tak memiliki sawah ladang tak bisa bercocok tanam seperti kebanyakan masyarakat di kaki gunung Merapi ini.
Diapun kemudian terjun ke Kali Apu untuk melakukan penambangan pasir agar dapurnya tetap ngebul.
“Puluhan tahun saya menambang pasir di kali Apu ini,” ujarnya.
Baginya, Kali Apu ini tak hanya sekedar aliran lahar dari puncak Merapi.
Baca juga: Pemkab Klaten Pastikan Jalur Evakuasi Merapi yang Rusak Digelontor Rp 5 Miliar, Begini Reaksi Warga
Lebih jauh dari itu, Kali Apu merupakan nafas hidupnya.
Pahit manisnya menambang pasir di Kali Apu ini pernah dia cicipi.
Setelah banjir lahar, saat itulah warga merasakan panen raya.
Pasir anugrah merapi dapat dengan cepat dan mudah dia dapatkan.
“Tapi saat ini, cukup sulit mencari pasir,” imbuhnya.
Diapun berharap, Merapi selalu memberikan yang terbaik bagi warga. (*)