Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Slamet Sukses Bisnis Lumut di Boyolali : Beli Bibit Rp 150 Ribu, Kini Untung Rp 800 Ribu Per Minggu

Jika mendengar kata lumut, sebagian orang pasti akan menganggap sebagai tumbuhan penganggu yang menjijikkan.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Tri Widodo
Slamet sang petani lumut warga Dukuh Gatak, Desa/Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Jika mendengar kata lumut, sebagian orang pasti akan menganggap sebagai tumbuhan penganggu yang menjijikkan.

Namun di tangan Slamet, warga Dukuh Gatak, Desa/Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali itu, tanaman yang hidup subur di air bisa menjadi cuan.

Kok bisa? Ya, Slamet sudah mencoba membudidayakan dan mengeruk untung berlipat-lipat.

"Cukup mudah, sudah ada hasilnya," terang dia kepada TribunSolo.com, Senin (14/2/2022).

Slamet mengungkapkan, selain mudah dibudidayakan, keuntungannya juga cukup lumayan banyak mencapai 4 kali lipat.

Bagaimana tidak, hanya dengan modal Rp 150 ribu, dia berhasil mendapatkan hasil antara Rp 700-800 ribu per pekan.

Dia hanya cukup menebar bibit di kolam budidaya, dan setiap hari lumut bisa dipanen.

"Beli bibit sekali dalam seminggu harganya Rp 150 setiap karung," jelasnya.

Bibit lumut yang telah ditebar dalam waktu semalam saja sudah bisa berkembang biak menjadi banyak.

"Sepekan bisa menghasilkan uang Rp 700-800 ribu," katanya.

Soal perawatan lumut ini, Slamet mengaku sangat mudah, yakni tinggal diberikan pupuk organik pada tanah dasar kolam.

Baca juga: Pemuda Asal Desa Sidowayah Klaten Ciptakan Makanan Masa Depan, Berbentuk Kapsul dari Lumut

Baca juga: Kisah Sukses Petani Porang Boyolali : Iseng Ternyata Bisa Panen Capai 1 Ton, Raup Uang Jutaan Rupiah

Selain itu, agar lumut bisa berkembang dengan baik, sesekali media tanah dasar kolam diberikan daun bambu.

"Budidaya lumut ini bisanya dilakukan di kolam air dangkal dengan air yang mengalir," ujarnya.

Dia menambahkan budidaya lumut ini sudah dilakukan bapaknya sejak puluhan tahun.

Namun semenjak bapaknya meninggal dunia, dia meneruskan usaha budidaya lumut ini.

"Hasilnya cukup lumayan, karena kita bersahabat dengan alam," jelas dia.

Makanan dari Lumut

Warga Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten menciptakan superfood atau makanan masa depan dan praktis untuk dikonsumsi berbentuk kapsul.

Kapsul makanan tersebut rupanya dikonsumsi oleh orang yang berprofesi sebagai astronaut. 

Kepala Desa (Kades) Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Mujahid Jaryanto mengatakan setiap kapsul tersebut, setara dengan sekilo makanan.

Baca juga: Makanan Enak di Tawangmangu : Sop Iga Neapolitan, Daging Mudah Lepas dari Tulang, Bikin Turis Takjub

Baca juga: Efek Cristiano Ronaldo: Rekan Satu Tim Tak Berani Makan Makanan Siap Saji Didekatnya

"Kapsul ini setara dengan 1 kilogram nasi atau pun satu kilogram jus buah/sayur,” kata Mujahid kepada TribunSolo.com, Jum'at (25/9/2021).

Mujahid mengatakan, kapsul tersebut yang berasal dari tanaman Alga atau lumut.

Dia kemudian mengatakan tanaman alga tersebut dikembangkan oleh salah satu pemuda Desa Sidowayah bersama BUMDes setempat.

Baca juga: Berbagi di Tengah Pandemi Covid-19, Solia Zigna Bagikan 1000 Paket Makanan untuk Masyarakat

"Ini merupakan pengembangan pertama di Indonesia, di dunia sudah ada dan menggunakan air laut, lahan di Desa Sidowayah cocok untuk penamaman tanaman itu," ucap Mujahid.

Ia mengatakan selain bisa dibuat kapsul makanan, bahan baku alga tersebut bisa diolah menjadi bahan makanan, seperti mie, facial soap, antioksidan, dan bermanfaat di bidang kesehatan tubuh lainnya.

Selain itu, ia menuturkan limbah dari alga tersebut bisa digunakan untuk alternatif pupuk.

"Tahun ini kita sudah pasarkan, dan alhamdulillah omzet kita Rp 200- 300 juta per bulan," ujarnya

Smart Farming

Persoalan pertanian di masa depan menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak. 

Sebab, saat ini minat para pemuda untuk terjun ke dunia pertanian sangat minim. 

Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Desa (Pemdes) Sidowayah, Kecamatan Polanharjo mendorong anak muda untuk menjadi Petani dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Baca juga: Ketahuan Curi Aki Motor Milik Petani di Sukoharjo, Pria Asal Klaten Ngaku Tentara Ternyata Gadungan

Baca juga: Petani Protes Dam Colo Ditutup Bulan Depan, Dinas Pertanian Sukoharjo: Cari Potensi Sumber Air Lain

Kepala Desa (Kades) Sidowayah, Mujahid Jaryanto, mengaku khawatir beberapa tahun kemudian lahan pertanian di Indonesia mangkrak.

"Saya khawatir, sekitar 5 sampai 20 tahun mendatang lahan pertanian bakal mangkrak karena tidak ada regenerasi," kata Mujahid kepada TribunSolo.com, Sabtu (25/9/2021).

Mujahid mengatakan, usia petani saat ini di atas 40 tahun.

Baca juga: Pelaku Pencurian Motor Petani di Sukoharjo Tertangkap, Ternyata Warga Tawangsari: Keduanya Tetangga

Banyak generasi muda yang tidak mau bertani, bahkan ada orang tua yang melarang anaknya bertani.

Namun, dengan hadirnya smart farming  yang diinisiasi oleh salah satu warga di desannya, dia berharap anak muda mau menjadi petani.

"Dengan adanya milenial smart farming, kami berharap, anak-anak muda sekarang tidak ada yang melakukan urbanisasi ke kota besar," ujar Mujahid.

Baca juga: Terjadi Lagi, Petani di Sragen Meninggal karena Jebakan Tikus Listrik: Posisi Tertelungkup

Kemudian dia mengungkapkan, dengan adannya teknologi smart farming di Desa Sidowayah, anak muda tetap bergerak di pertanian.

Dengan alat-alat pertanian ini, ia mengatakan, anak muda bisa menghasilkan Rp 5-10 juta sekali panen.

"Dengan adannya teknologi smart farming ini bisa menghasilkan uang 3 hingga 5 kali dari upah UMR buruh," ujarnya.

Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, Jum'at (24/9/2021) di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, smart farming ada dua macam.

Masing-masing yaitu mesin transplanter atau mesin penanam padi modern dan alat pendektesi suhu, cuaca hingga kadar ph tanah sawah itu. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved