Berita Boyolali Terbaru

Pendaki Merbabu Lewat Jalur Selo Tak Bisa Buang Sampah Sembarangan, Puntung Rokok-pun Kini Dicek

Mulai dari puntung rokok, bungkus mie, madu, hingga jika bungkus permen tak akan luput dari pangecekan petugas di jalur Selo, Boyolali.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Tri Widodo
Petugas melakukan pengecekan sampah yang dibawa pendaki turun dari Puncak Merbabu, di kantor Resort Selo, Minggu (6/3/2022) 

Bahkan, total pendaki yang naik gunung Merbabu, 60 sampai 70 persen diantaranya naik melalui jalur Selo.

Kasubag TU BTNGMb, Johan Setiawan, mengatakan pengembangan jalur pendakian Merbabu dimulai dari Selo.

Termasuk dalam bidang teknologi untuk memantau para pendaki di gunung Merababu yang baru saja dikembangkan ini.

Di jalur Selo, setiap rombongan pendaki Merbabu akan dipasangi satu gelang canggih.

Baca juga: Kera di Ngemplak Boyolali Meresahkan Warga, Petugas Damkar Usir dengan Anjing Penjaga 

Baca juga: Cerita Perajin Genting di Karanggeneng Boyolali: Permintaan Turun, Terdampak Musim Hujan

Gelang yang diberi nama Sidaring itu tertanam chips Radio Frequency Identification (RFID).

Dengan gelang itu, petugas dapat memantau keberadaan rombongan pendaki itu.

Jagani (berjaga-jaga) jika ada hal-hal yang tidak diinginkan. Sementara di jalur lain belum. Infrastrukturnya belum kita buat, dan baru di Selo,” ujar Johan, saat dihubungi, Kamis (3/3/2022).

Gelang ini akan terbaca oleh alat khusus yang telah dipasang di beberapa titik di sepanjang jalur Selo ini.

Setiap titik yang telah dipasangi alat pembaca itu, posisi pendaki tersebut akan diinformasikan ke posko Resort Selo.

“Misalnya pendaki tersebut hilang, misalnya jam 12 tadi terdeteksi di Sabana 1. Sehingga kita nyapunya (Mencarinya). Sehingga kita mencarinya mudah. Tidak perlu mencari sampai ke puncak, tinggal titik terakhir setelah terbaca itu,” jelasnya.

Selain itu untuk keamanan pendaki, di jalur Selo juga sudah dipasang sejumlah CCTV.

Pihaknya juga mewajibkan, pendakian di Gunung Merbabu ini secara berkelompok.

Minimal 3 orang. Dengan begitu  jika ada pendaki berangkat sendiri, maka saat naik akan digabung dengan rombongan pendaki lainnya.

“Agar apa? Agar jika terjadi sesuatu diatas, 3 orang itu jumlah minimal untuk bisa mencari pertolongan, satu pendaki lainnya bisa menjaga temannya itu,” kata Johan. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved