Berita Boyolali Terbaru
Cara Mencari Cacing Sutra, Layaknya Mendulang Emas, Lumpur Dijaring Lalu Diayak
Hanya kepala dan punggung yang terlihat dari jembatan. Sesekali badan yang semula dibenamkan ke dalam air berlumpur di atas bendungan Irobayan.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Adi Surya Samodra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Hanya kepala dan punggung yang terlihat dari jembatan.
Sesekali badan yang semula dibenamkan ke dalam air berlumpur di atas bendungan Irobayan, Desa Gagaksipat, Ngemplak Boyolali itu berdiri tegak.
Kedua tangannya lalu mengayak lumpur yang didulang dengan jaring lembut hingga menyisakan gumpalan yang kemudian dimasukkan ke dalam jeriken.
Pemandangan seperti itu biasa terlihat di sungai yang ada barat Asrama Haji Donohudan (AHD) Ngemplak, Boyolali.
Merekalah para pendulang cacing sutra.
Bagi, lumpur sedimen sungai yang keruh setelah diayak itu adalah 'emas'
Karena memang, cacing sutra ini hidup menempel pada sedimen atau lumpur.
Cacing sutra cukup banyak di sungai yang mengalir dari Waduk Cengklik itu.
Baca juga: Pelaku UMKM di Kali Pepe Land Full Senyum, Pengunjungnya Ramai, Akhir Pekan Tembus 10 Ribu Orang
Baca juga: Potret Dalang Cilik Boyolali, Baru Lulus TK Punya Cita-cita Jadi Dalang Kondang
Tak sedikit warga yang kemudian mendulang caci sutra ini untuk dijual lagi untuk memberi pakan bibit ikan yang dibudidayakan.
Arip salah satunya. Dia sengaja datang jauh-jauh dari Plupuh, Sragen hanya untuk mendulang cacing sutra ini.
Lumpur di dasar sungai dia masukkan ke dalam jaring kecil.
Setelah cukup penuh, lumpur itu kemudian diayak hingga menyisakan gumpalan yang berisi cacing sutra.
Cacing itu kemudian langsung ia masukkan ke dalam jeriken yang dia ikat ke pinggang agar tak hanyut terbawa air.
"Lumayan, biasnya dapat 10 takar. Darinjak 7 sampai jam 11," ungkapnya sambil terus mengayak lumpur di sungai itu, Minggu (19/6/2022).
Takaran yang digunakan untuk cacing sutra ini adalah kaleng bekas kental manis.