Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Karanganyar Terbaru

Prabowo Subianto hingga Presiden Jokowi Pernah Sambangi Alas Krendowahono Gondangrejo Karanganyar

Juru kunci Daryono mengungkap sejumlah tokoh pernah menyambangi Alas Krendowahono. Mulai dari Menhan Prabowo Subianto hingga Presiden RI Joko Widodo.

TribunSolo.com/Mardon Widiyanto
Darsono (76), juru kunci Alas Krendowahono, di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Rabu (20/7/2022). Daryono mengungkap sejumlah tokoh pernah menyambangi Alas Krendowahono. Mulai dari Menhan Prabowo Subianto hingga Presiden RI Joko Widodo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Situs Alas Krendowahono yang disebut kerap digunakan sebagai tempat bersembahyang hingga meminta bantuan untuk mencari jodoh dan jabatan ternyata pernah didatangi tokoh-tokoh.

Tak hanya tokoh daerah, ternyata sejumlah tokoh nasional juga pernah datang ke lokasi tersebut.

Darsono (76), juru kunci Alas Krendowahono mengatakan banyak pejabat yang datang ke lokasi tersebut untuk meminta restu.

"Beberapa calon kepala daerah, serta calon anggota legislatif juga datang ke sini, biasannya meminta kesuksesan dan terpilih dalam pemilihan umum nanti," kata Darsono, kepada TribunSolo.com, Rabu (20/7/2022).

Baca juga: Misteri Alas Krendowahono Gondangrejo Karanganyar, Disambangi Para Pencari Jabatan hingga Jodoh

Baca juga: Gurihnya Kerupuk Kulit Sapi Manunggal di Jumantono Karanganyar, Begini Proses Pembuatannya

Darsono mengatakan tokoh-tokoh yang pernah mendatangi lokasi tersebut antara lain Bupati Karanganyar Juliyatmono, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto hingga Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo bahkan disebutnya beberapa kali datang ke Alas Krendowahono untuk melakukan upacara ritual Sesaji Mahesa Lawung.

Sesaji Mahesa Lawung sendiri merupakan ritual adat ketika keluarga keraton mempersembahkan kepala kerbau di Punden Krendowahono kepada Bathara Kalayuwati anak Bathara Durga yang dipercaya melindungi sisi utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

"Mereka pernah datang ke sini dan mengikuti ritual tersebut," ujar Darsono.

Menurutnya, ritual tersebut masih dilakukan oleh keluarga keraton hingga saat ini.

Baca juga: Sekolah PAUD hingga SMP di Karanganyar Kini Terapkan 5 Hari KBM, Libur Sabtu-Minggu  

Darsono sendiri masih terus merawat Punden Krendowahono karena tugasnya sebagai juru kunci di tempat tersebut. 

Punden Krendowahono juga masih dianggap oleh masyarakat sekitar sebagai tempat yang sakral dan angker. 

"Banyak masyarakat yang menilai tempat ini sakral dan angker, sehingga, tidak semua orang berani mengunjungi tempat tersebut," pungkasnya.

Misteri Alas Krendowahono 

Kabupaten Karanganyar memiliki tempat peninggalan situs-situs yang bersejarah.

Bahkan, ada situs yang merupakan sebuah hutan dan berada di tengah padatnya pemukiman saat ini.

Situs yang dimaksud adalah Alas Krendowahono.

Lokasi tepatnya ada di wilayah RT 03, RW 3, Dusun Krendowahono, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Baca juga: Kisah Pembatik Tulis Asal Desa Dayu Karanganyar: Harus Turun Gunung untuk Promosi, Akses Terbatas

Baca juga: Perempuan Asal Karanganyar Punya Nama Unik 9 Kata, Ini Penggalan Namanya: Singgasana Pelangi Jelita

Alas ini diketahui merupakan sebuah hutan yang sampai sekarang masih terkenal dengan kesan angkernya.

Juru kunci Alas Krendowahono, Darsono (76) mengatakan lokasi itu merupakan sebuah situs petilasan yang terdiri dari 5 kawasan.

"Sebenarnya di sini ada 5 lokasi, namun dua lokasi ini sekarang sudah mati. Yang mati Sendang Keputren dan Ringin Putih, sedangkan yang lain Betari Durga, Sumur Shina dan Watu Gilang," kata Darsono, kepada TribunSolo.com, Rabu (20/7/2022).

Darsono mengatakan lokasi Betari Durga saat ini digunakan tamu-tamu untuk bersembanyang atau beribadah.

Lokasi tersebut banyak dihiasi kembang setaman hingga dupa persembahan.

"Biasanya mereka meminta doa restu ke maha kuasa, baik jabatan maupun jodoh," kata Darsono.

Betari Durga sendiri disebut Darsono merupakan putra raja Kediri terakhir, yang diketahui melakukan moksa di lokasi tersebut.

"Lokasi ini dulu tempat moksanya putra raja Kediri kala itu, kemudian di sini dipakai untuk membuang mayat dari seorang napi kerajaan yang dieksekusi mati," ujar Darsono.

Selain cerita di atas, terdapat pula legenda yang masih dipercaya oleh beberapa kalangan hingga saat ini.

Baca juga: Akhir Pekan di Karanganyar: Ribuan Orang Padati The Lawu Park, Hotel di Tawangmangu Juga Penuh 

Baca juga: Soal Imbauan Larangan Perdagangan Daging Anjing, Pemkab Karanganyar: Memang Tidak Boleh 

Salah satunya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Adapula ritual rutin yang dilakukan setiap tahunnya yang disebut Sesaji Mahesa Lawung.

Sesaji Mahesa Lawung merupakan ritual adat ketika keluarga keraton mempersembahkan kepala kerbau di Punden Krendowahono kepada Bathara Kalayuwati anak Bathara Durga. 

"Memang sampai saat ini masih banyak yang percaya dan masih ada beberapa orang yang menjalankan ritual kepercayaan di tempat ini," tutur Darsono.

"Kalayuwati dipercaya melindungi sisi utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, ritual tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan dan agar terhindar dari segala mara bahaya," tambahnya.

Darsono mengatakan lokasi berikutnya yaitu sumur Shina, merupakan sebuah sumur yang dalam.

Air di dalam sumur tersebut dipercaya dapat mempermudah seseorang dalam mencari jodoh.

Baca juga: Pemilu Serentak 2024, DPC PPP Karanganyar: Tak Perlu Verifikasi Faktual, Cukup Administrasi Saja 

Baca juga: Madrasah di Karanganyar Tetap 6 Hari KBM, Kepala Kemenag: Libur Dua Hari Bikin Murid Kurang Terarah

"Jika mandi setiap hari di sumur Shina, konon dapat mempercepat seseorang mendapatkan jodoh," ucap Darsono.

Sedangkan lokasi Watu Gilang merupakan salah satu yang dikatakan erat kaitannya dengan sejarah.

Lokasi tersebut merupakan tempat lokasi perundingan Pangeran Diponegoro dengan pendukungnya untuk membuat strategi menyerang kolonial Belanda.

"Dulunya Watu Gilang merupakan tempat Diponegoro bertemu dengan para pendukungnya dan tempat diskusi membuat strategi penyerangan ke kolonial Belanda saat itu," ujar Darsono.

Darsono yang lahir 12 Desember 1945 silam diketahui telah menjadi juru kunci di lokasi tersebut sejak 1980-an.

Dia mengungkap dirinya merupakan keturunan dari Kasunanan Surakarta dari sosok yang bernama Raden Mas Sayiddin Malikul Kusno.

"Orang tua saya juga merupakan juru kunci, bahkan mbah buyut saya yaitu Raden Mas Malikul Kusno, putra Pakubuwana IX," pungkasnya.


(*) 

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved