Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Dikira Pengangguran, Pria di Sragen Ahli Bikin Bumerang, Hasilnya Dibeli Orang Italia hingga Jerman

Pria di Kabupetan Sragen tak bisa dianggap remeh, karena dari tangannya tercipta bumerang, senjata khas suku Aborigin di Australia.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septana Ayu
Koko Handoko menunjukkan hasil karyanya di rumahnya di Desa Bendungan, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen. Sempat dikira pengguran, ternyata bikin bumerang yang dipesan pembeli luar negeri. 

Karena itulah ia jarang keluar rumah dan sering dikira pengangguran oleh orang di sekitarnya.

Bahkan menjadi glenak-glenik tetangganya.

Ternyata salah, Koko memiliki pekerjaan unik yang tak dimiliki orang lain.

"Ya karena fokus mengerjakan sering dikira menganggur," singkatnya.

Diminati Manca Negara

Saking kerennya dan unik, bumerang-bumerang buatan tangan Koko diminati orang luar negeri, terbanyak dari Jerman.

Salah satu pelanggannya ialah kolektor kawakan asal Jerman, Guenten Moeller yang sudah mengoleksi bumerang sejak tahun 1980-an.

Di dalam postingan instagram guenter.moeller, banyak ditampilkan hasil karya Koko Handoko yang terlihat lebih unik dibanding dengan karya dari negara lain.

Baca juga: Mengintip Taktik Bunglon Senjata Andalan Shin Tae-yong, Semua Bisa Ganti Posisi Kecuali 3 Pemain Ini

Baca juga: Ardian Hafidz, Anak Kuli Bangunan Boyolali yang Jadi Rebutan Kampus Australia, Buku adalah Mainannya

Tak hanya itu, ia kini juga sedang mengerjakan pesanan bumerang untuk klub bumerang independen di Jerman.

Selain Jerman, bumerangnya juga banyak dipesan oleh orang Argentina hingga Italia.

"Selain Jerman, ada Argentina, kalau negara Eropa ya Jerman tadi, ada Swiss, Prancis, Italia, dan Turki," terangnya.

"Selama ini sudah puluhan desain bumerang, karena saya membuat bumerang menyesuaikan maunya pemesan," imbuhnya.

Satu buah bumerang hasil karyanya biasa dihargai mulai 70 Euro atau sekitar Rp 1,5 juta.

Koko sendiri memulai membuat bumerang sejak tahun 2020 lalu atau selama pandemi covid-19, karena usaha modifikasi motornya mandeg.

Akhirnya ia memanfaatkan peluang yang ada, yakni memilih pasar luar negeri sebagai mata pencahariannya.

"Berhubung seni disini kurang untuk mencari nafkah, apresiasi juga kurang, maka peluang ini bisa dimanfaatkan untuk bekerja," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved