Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Asal Usul Joko Tingkir, Buyut Brawijaya V yang Lahir di Pengging : Terlahir dengan Nama Mas Karebet

Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet belakang tengah digandrungi dan viral. Tapi ternyata ada sejarah panjang dibalik nama Joko Tingkir

TribunSolo.com / Tri Widodo
Potret makam Ki Ageng Pengging yang merupakan ayah dari Joko Tingkir, Selasa (16/8/2022) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Nama Joko Tingkir belakangan viral setelah lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet banyak dinyanyikan di berbagai platfom media sosial.

Bahkan, lagu itu seakan menjadi lagu wajib di setiap hajatan hingga pementasan orkes campursari dan dangdut.

Padahal, Joko Tingkir ini bukanlah orang sembarangan.

Joko Tingkir merupakan nama muda dari Sultan Pajang Hadiwijaya yang lahir di Pengging.

Jejak leluhur Joko Tingkir saat ini juga masih ada di daerah Pengging yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

Baca juga: Karanganyar Bakal Gelar Karnaval HUT Kemerdekaan ke-77 RI, Jalan Lawu Papahan-Siwaluh Ditutup

Baca juga: Seorang Satpam Langsung Panjat Tiang 17 Meter Setelah Tali Bendera Lepas saat Proses Pengibaran

Yaitu makam ayah Joko Tingkir yang bernama Ki Kebo Kenongo atau Ki Ageng Pengging, dan makam kakeknya, Sri Makurung Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging Sepuh.

Di depan makam ada papan tembok dan tertempel silsilah Kyai Ageng Kebo Kenongo, dari Brawijaya V hingga Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo.

Dari silsilah itu,  Joko Tingkir merupakan cucu dari Sri Makurung Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging Sepuh yang merupakan menantu Brawijaya V.

Sri Makurung Handayaningrat memperistri Ratu Pembayun, putri dari Brawijaya V.

Pernikahan Retna Pembayun dengan Sri Makurung Handayaningrat memiliki yaitu Kyai Ageng Kebo Kanigoro, Kyai Ageng Kebo Kenongo dan Raden Kebo Amiluhur.

Kebo Kenongo memiliki anak bernama Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya.

Sedangkan makam Sri Makurung Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging Sepuh berada di tengah Dukuh Malangan, Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

Di komplek makam ini juga terdapat papan silsilah Sri Makurung Handaningrat mulai dari Brawijaya V hingga Joko Tingkir.

Baik makam Ki Ageng Pengging Sepuh maupun Kebo Kenongo, hingga saat ini sering digunakan warga untuk laku tirakat.

Baca juga: SMAN 4 Surakarta Gelar Upacara HUT ke-77 RI saat PPKM Level 1 : Seluruh Peserta Masih Kenakan Masker

Baca juga: HUT ke-77 RI, Pemkab Boyolali Fokus Turunkan Kasus Stunting yang Masih Berada di Angka 7,6 Persen

Diceritakan, pegiat Sejarah, R. Surojo, putra dari Kebo Kenongo atau Ki Ageng Pengging itu saat kecil bernama Mas Karebet.

Saat akan menginjak dewasa, karena sang ayah sudah meninggal, Mas Karebet lalu diasuh oleh Ki Ageng Tingkir, teman seperguruan Kebo Kenongo.

“Jadi nama Joko Tingkir itu diambil dari nama gurunya, Ki Ageng Tingkir,” jelasnya, kepada TribunSolo.com, Selasa (16/8/2022).

Joko Tingkir yang menginjak dewasa kemudian dibawa ke Kerajaan Demak untuk dijadikan prajurit Kraton, pada masa Sultan Trenggono.

Saat jadi Prajurit Kraton, Joko Tingkir berhasil mengukir pretasi yang cemerlang yang mengantarkannya menjadi seorang Tamtomo.

Namun, tak seluruh pejabat keraton menerimanya. Hingga akhirnya Joko Tingkir difitnah.

Atas inisiatif guru-gurunya, Joko Tingkir kemudian mendapat kepercayaan dari Sultan Trenggono untuk menghalau pemberontakan dari laskar banyu biru.

Berhasil menumpas pemberontakan itu, Joko Tingkir mendapatkan hadiah istimewa.

Joko Tingkir lalu dijadikan menantunya dengan dinikahkan dengan Nimas Kambang atau Ratu Cempaka dan diberikan jabatan sebagai Adipati Pajang.

Baca juga: Bendera Raksasa Dikibarkan di Bendungan Tirtonadi, Suguhkan Pesan Sungai di Solo Raya Belum Merdeka

Baca juga: Usia Hanyalah Angka, Pengibaran Bendera HUT ke-77 RI di Dusun Kluwih Sukoharjo Dilakukan Lansia

Tak lama kemudian, Sultan Trenggono gugur di Pasuruan.

Perebutan penerus tahta kerajaanpun terjadi Sunan Prowoto dan Arya Penangsang.

Arya Penangsang yang kemudian berhasil membubuh Sunan Prawoto kemudian menobatkan diri secara sepihak menjadi raja Demak berikutnya.

Penobatan Arya Penangsang sebagai raja itupun mendapat penolakan dari berbagai pihak, termasuk para Wali saat itu.

Atas saran para Wali, Hadiwijaya kemudian Pajang yang semula hanya sebuah Kabupaten agar dijadikan sebuah kerajaan dan menjadikan Hadiwijaya sebagai Sultan.

"Sultan Hadiwijaya menurunkan Pangeran Benowo, hingga menurunkan Raden Ayu Tasik Wulan," kata dia.

"Raden Ayu Tasik Wulan diperistri pangeran Mangkubumi, putra Pakubuwono 3, Tasik Wulan mempunyai Putri Gustu Ratu Ayu Hemas yang kemudian diperistri Pakubuwono VI yang kemudian menurunkan Pakubuwono IX sampai XIII sekarang," jelasnya. 

Polemik Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet

Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet belakang tengah digandrungi dan viral.

Lagu tersebut mulai booming sejak dinyanyikan ulang Cak Percil bersama One Nada Record.

Video performa Cak Percil sudah diunggah di kanal YouTube One Nada Record pada 2 Apri 2022. 

Dari situ kemudian muncul sejumlah cover terhadap lagu tersebut di media sosial.

Lagu itu bahkan seakan sudah menjadi 'lagu wajib' setiap ada pentas orkes campursari atau dangdut di masyarakat. 

Meski demikian, lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet menuai beragam reaksi dari masyarakat.

Tak sedikit pula dari mereka yang kurang setuju dengan lirik lagu tersebut, salah seorang diantaranya, pegiat sejarah R Surojo. 

Baca juga: Chord Kunci Gitar dan Lirik Lagu Joko Tingkir- Denny Caknan, Cak Percil, Cak Sodiq: Ojo Dipikir

Baca juga: Asal-usul Dukuh Butuh Sragen,Ada Tanah Milik Keraton Solo hingga Makam Ki Ageng Butuh & Joko Tingkir

Menurut Surojo, penggunaan nama Joko Tingkir dalam lirik lagu dirasa kurang etis dan secara budaya, kurang menghormati leluhur.

"Beliau merupakan seorang sultan, presiden lah kalau jaman sekarang. Mbok lagunya jangan Jaka Tingkir lah. Joko siapa gitu. Bukannya tidak boleh, tapi kurang etis saja," kata dia.

Surojo menjelaskan Joko Tingkir yang memiliki nama muda Sultan Hadiwijaya merupakan tokoh besar dari Keraton Pajang.

"Beliau nama kecilnya mas karebet. Beliau putra Ki kebo kenongo, Ki Ageng Pengging. Joko Tingkir ini merupakan cucu Prabu Brawijaya V," kata Surojo.

Dia adalah cucu dari Sri Makurung Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging Sepuh yang merupakan menantu Brawijaya V. 

Sri Makurung Handayaningrat memperistri Ratu Pembayun, putri dari Brawijaya V. 

Pernikahan Retna Pembayun dengan Sri Makurung Handayaningrat memiliki yaitu Kyai Ageng Kebo Kanigoro, Kyai Ageng Kebo Kenongo dan Raden Kebo Amiluhur. 

Kebo Kenongo memiliki anak bernama Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo. 

Setelah menikah dengan anak dari Sultan Trenggono Demak, Joko Tingkir diberikan kekuasaan sebagai Adipati Pajang.

Baca juga: HUT ke-77 RI, Pemkab Boyolali Fokus Turunkan Kasus Stunting yang Masih Berada di Angka 7,6 Persen

Baca juga: Beda Nasib Warga Binaan di Rutan Kelas IIB Boyolali: 81 Dapat Remisi, Puluhan Terganjal Administrasi

Singkatnya setelah Sultan Trenggono meninggal, terjadi perebutan penerus tahta antara sultan Prawoto dengan Arya Penangsang.

Arya Penangsang pun kemudian menobatkan dirinya sebagai raja Demak berikutnya, meskipun pihak lain tak mengakuinya, termasuk dari Pajang.

Para Wali pun kemudian menobatkan Joko Tingkir menjadi Sultan Hadiwijaya.

"Sultan Hadiwijaya menurunkan pangeran Benowo, hingga menurunkan Raden ayu Tasik Wulan,"

"Raden ayu Tasik Wulan diperistri putra Pakubuwono 3, Tasik Wulan mempunyai Putri Raden Ayu Hemas yang kelak menurunkan raja-raja Jawa," jelasnya.

pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved