Berita Boyolali Terbaru
Sebulan PTM Tak Ada Guru & Siswa yang Terpapar Covid-19, Ini Cara Jitu dari Disdikbud Boyolali
Prokes ketat dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kunci Disdikbud Boyolali menekan penyebaran Covid-19 di sekolahan.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Sudah lebih satu bulan ini, sekolah melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali terus memantau pelaksanaannya.
Beruntung sejauh ini belum ditemukan adanya guru atau siswa yang terpapar Covid-19 di Boyolali.
Baca juga: Pedagang Sapi Dapat Angin Segar, Pasar Hewan Jelok Boyolali Bakal Dibuka
Baca juga: Nasib Sopir Truk Pasir di Jalan Jatinom-Boyolali : Dilempar Batu oleh Rombongan Pemotor, Kaca Retak
Kepala Disdikbud Boyolali, Darmanto berharap tak ada warga sekolah yang sampai terpapar Covid-19.
Pihaknya pun terus menekankan prokes di sekolahan.
“Meskipun Covid-19 sudah melandai, bukan berarti kami mengendorkan aturan prokes di sekolah- sekolah,” ujar Darmanto, kepada TribunSolo.com, Rabu (23/8/2022).
Selain itu yang tak kalah penting menurut dia adalah senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Sehingga seluruh warga sekolah dalam kondisi sehat untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
Baca juga: Meriahnya Kirab Kebangsaan di Cepogo Boyolali, Ada Peserta Bawa Ogoh-ogoh dan Replika Sapi
Baca juga: Pengusaha Kue Bolu di Boyolali Terdampak Kenaikan Harga Tepung Terigu dan Telur: Untung Berkurang
Para guru, lanjut dia, juga diminta aktif memantau kondisi para siswa.
“Artinya, kondisi kesehatan setiap siswa harus selalu dipantau setiap hari," ungkap Darmanto.
"Semisal, ada siswa yang terkena flu agar diminta untuk tidak masuk sekolah terlebih dahulu. Siswa bersangkutan diminta untuk segera berobat ke dokter," jelasnya.
Berdasarkan pantauan Darmanto, selama ini para siswa dan guru bersemangat mengikuti PTM.
Demikian pula orang tua siswa, turut memberikan dukungan positif.
Mereka menyadari, ternyata pembelajaran daring dirasa menyulitkan semua pihak terkait.
“Mereka menyadari bahwa daring membuat ortu, anak hingga guru rekoso. Masih enak yang PTM," kata dia.
"Seluruh stakeholder termasuk saya, guru, siswa, ortu masih lebih memilih luring daripada daring," jelasnya. (*)