Berita Boyolali Terbaru
Pengusaha Kue Bolu di Boyolali Terdampak Kenaikan Harga Tepung Terigu dan Telur: Untung Berkurang
Harga tepung dan telur yang naik membuat pengusaha kue di Boyolali mengeluh. Keuntungan mereka turun sampai 30 persen dari produksi biasanya.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI- Pelaku UMKM Pembuatan Kue kembali harus menelan pil pahit.
Baru saja mau bangkit setelah dihantam gelombang Pandemi Covid-19, meroketnya harga bahan baku membuat perajin kue ini kelabakan.
Bagaimana tidak, ada dua komposisi bahan utama yang naik yakni tepung terigu dan telur ayam.
Tak ada cara lain yang bisa dilakukan produsen, kecuali dengan keuntungan dari bisnis ini berkurang drastis.
“Harga jual kue bolu jelas tidak bisa dinaikkan, meskipun saat ini harga bahan bakunya naik,” kata Supriyadi, Selasa (23/8/2022).
Dia mengaku sudah satu bulan ini, warga Dukuh Sukorejo, Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo, Boyolali merasakan naiknya harga telur ayam dan terigu.
Baca juga: Dilema Pedagang Molen Pisang Tawangmangu Ditengah Naiknya Harga Tepung Terigu : Berusaha Bertahan
Padahal, setiap kali produksi dia membutuhkan paling tidak 15 kg telur.
Supriadi mendapat pasokan telur ayam langsung dari peternak yang saat ini berada Rp 27.200 per Kg.
Dia menyebut kenaikan harga telur ini dinilai tidak wajar.
Karena biasanya pada saat ini di bulan muharram dalam penanggalan Jawa harga telur seharusnya berada di bawah Rp 20 ribu.
Kenaikan harga telur ini berimbas pada penurunan pendapatannya hingga 30 persen karena komposisi telur dan terigu tidak bisa dikurangi.
“Tepung terigu saat ini harganya juga tinggi. Rp 12 ribu per kilogram,” tambahya.
Jika komposisi diubah akan berpengaruh pada rasa dan bentuk kue yang diproduksi.
“Produksi kue masih stabil cuma harga telur itu naiknya tinggi banget, bisa dibilang mengurangi keuntungan. Harga Bolunya masih sama, Rp 25 per gulung,” tambahnya.
Dia tak sendirian, beberapa tetangganya yang juga pelaku usaha UMKM Kue juga merasakan hal yang sama.
Kenaikan harga bahan baku ini membuat pelaku UMKM tercekik.
“Jadi harga juga tetap sama walaupun telur naik tinggi. ya sebenarnya mengeluh tapi kita mengeluh ke siapa juga bingung,” jelasnya. (*)