Paguyuban Warga Rejosari Bantu Warga
Cara Bersyukur Warga Samping Masjid Zayed Solo, Sisihkan Uang untuk Bantu Tetangga yang Membutuhkan
Ketua Paguyuban Warga Rejosari, Lanyono menceritakan sejak 3 tahun terakhir gerakan sosial membantu perekonomian tetangga.
Penulis: Andreas Chris Febrianto | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Warga Kampung Rejosari RW XIII, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari mengadakan gerakan sosial yang bisa jadi inspirasi bagi warga kampung lain.
Bagaimana tidak? Dari kampung yang terbilang kumuh dan banyak warga yang menganggur, kini kampung yang berada di sisi Timur Masjid Raya Seikh Zayed Solo tersebut berubah jadi kampung yang bisa saling menopang antar tetangga terkait perekonomian.
Baca juga: Kisah UMKM Fesyen Lokal Mezzo Rise in Art, dari Nol Hingga Sukses di Shopee
Ketua Paguyuban Warga Rejosari, Lanyono menceritakan sejak 3 tahun terakhir gerakan sosial membantu perekonomian tetangga tersebut berjalan dengan lancar.
Bahkan setiap bulan rata-rata belasan juta bisa dialokasikan oleh paguyuban tersebut untuk membantu warga kampung yang membutuhkan.
"Sekarang dari hasil yang diperoleh paguyuban melalui kas seikhlasnya baik dari juru parkir, PKL, fotografer itu bisa kita sisihkan untuk membuat gerakan sosial membantu warga yang membutuhkan," ungkap Lanyono, Jumat (12/9/2025).
Paguyuban Warga Rejosari sendiri diceritakan oleh Lanyoto berdiri sejak Masjid Raya Seikh Zayed beroperasi. Selain membuka lapangan kerja berupa juru parkir hingga pedagang kaki lima (PKL).
Ternyata rasa syukur karena adanya lapangan kerja tersebut justru membuat warga sekitar merasa harus berbagi kepada tetangga yang membutuhkan.
"Itu terinspirasi karena bentuk rasa syukur warga RW XIII yang dulunya kampung kami itu mati, ekonominya juga kurang dan yang nganggur juga banyak. Terus karena kita pernah merasakan sebagai orang miskin, kini sudah bisa meningkat akhirnya kita berbagi kepada yang masih membutuhkan," lanjut dia.
Setidaknya, iuran kas seikhlasnya yang dikumpulkan oleh paguyuban Warga Rejosari tersebut bisa terkumpul mencapai Rp 25 juta.
Dari hasil tersebut, tiap bulan paguyupan memberikan santunan kepada warga kurang mampu seperti sedekah, beasiswa kepada anak sekolah dari warga kurang mampu hingga membangun sekolah pendidikan usia dini (Paud) dan Taman Kanak-kanak (TK).
Baca juga: Kisah Hidup Raden Ngabehi Yosodipuro yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Solo, Sang Pujangga Keraton
Tak sampai di situ saja, hasil iuran yang dibukukan dan dilaporkan secara rinci kepada pejabat tingkat RT hingga Wali Kota Solo itu juga digunakan membuka lapangan kerja untuk pegawai kebersihan hingga petugas keamanan dan guru Paud.
Lebih dari itu, Paguyuban yang menaungi seratusan pekerja dari juru parkir hingga fotografer tersebut bahkan bisa mendaftarkan anggota mereka agar tercover BPJS Ketenagakerjaan.
"Semua dana yang masuk ke kas ini kita catat detail dan kita bukukan dan setiap pekan kita laporkan ke RT, RW, Lurah, Camat sampai Wali Kota. Ini semua agar warga kampung juga merasakan berkah adanya destinasi tersebut," jelasnya.
Gerakan sosial tersebut nyatanya sudah mampu memberikan dampak bagi tetangga mereka yang membutuhkan. Dari yang tak memiliki pekerjaan hingga meluluskan anak-anak dari keluarga kurang mampu di jenjang sekolah mereka.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Warga-Kampung-Rejosari-RW-XIII-Kelurahan-Gilingan-bikin-lembaga-sosial.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.