Berita Sragen Terbaru

Cikal Bakal Serangan Umum 4 Hari Solo: Mayor Achmadi Susun Siasat di Sragen, Hasilnya Penjajah Kalah

Sesepuh Wonosido Wardiman menceritakan, dahulu Mayor Achmadi datang ke Dukuh Wonosido sebagai tempat persembunyian dan susun siasat.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Monumen Tentara Pelajar di Dukuh Wonosido, Desa Sidokerto, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Sabtu (5/11/2022). 

Patung prototype sosok Tentara Pelajar yang membawa buku di tangan kanan dan senapan laras panjang ditangan kiri bermakna 'berjuang dulu, belajar kemudian'.

Gayanya seperti akan melangkah maju, dengan pakaian ala gerilya Perang Kemerdekaan II, dengan sorot matanya memandang hari depan dengan penuh optimisme.

Pemrakarsa pembangunan tugu tersebut ialah R.M. Soemarto (Mantan Komandan Rayon II SWK "Arjuna" 106), R.M. Hartono (Mantan Komandan Rayon V SWK "Arjuna" 106), dan A.I.Soengadi (Mantan Kepala Staf Rayon II SWK "Arjuna" 106).

Mayor Achmadi Sembunyi

Sesepuh Dukuh Wonosido, yang tinggal di belakang tugu tersebut, Wardiman mengatakan patung tersebut dijadikan monumen peringatan serangan umum 4 hari di Kota Solo.

Di mana, setiap tanggal 7 Agustus monumen yang dilengkapi pendapa pertemuan itu masih sering digunakan keluarga eks-Tentara Pelajar untuk berkumpul.

Baca juga: Sosok Soeharto, Putra Asli Desa Tegalgondo Klaten yang Segera Dikukuhkan Sebagai Pahlawan Nasional  

"Setiap 7 Agustus sering digunakan untuk kumpul, sampai sekarang, untuk temu kangen, pas ramai itu keluarga dari Jakarta datang kesini semua," katanya saat ditemui TribunSolo.com, Sabtu (5/11/2022).

Sayangnya, selama dua tahun ini tidak lagi digelar temu kangen karena pandemi covid-19.

Dalam pertemuan itu, warga setempat akan menyuguhkan makanan-makanan khas pedesaan, sama halnya dengan masa Mayor Achmadi kala berjuang.

"Mereka datang cuma temu kangen saja, disini disiapkan telo (ubi), pohong (ketela pohon), enthik dan kentang hitam," jelasnya.

"Mungkin dari asalnya ada, tapi tidak ditemukan seperti yang disini, ingin makan telo, kalau kentang ireng kan susah, jadi menyamakan suasana seperti zaman dulu," imbuhnya.

Wardiman menceritakan dahulu Mayor Achmadi datang ke Dukuh Wonosido sebagai tempat persembunyian.

Sebanyak 6 orang itu, datang ke Wonosido dan disambut baik oleh warga sekitar, dan diberi makanan berupa ketela.

Mereka datang untuk menyusun siasat, untuk melakukan serangan besar-besaran terhadap kedudukan militer Belanda di Kota Solo.

Serangan ini terjadi selama 4 hari, dimulai tanggal 7 Agustus 1949 dan berakhir pada 10 Agustus 1949.

Dari serangan tersebut akhirnya Belanda mengakui kehebatan pasukan tentara Indonesia dan menyerahkan Kota Solo kepada Indonesia.

Kota Solo diserahkan Belanda kepada Indonesia pada 12 November 1949, dan setelah itu tentara Belanda meninggalkan Kota Solo untuk selamanya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved