Berita Sragen Terbaru
Kisah Musiyem di Sragen, 37 Tahun Buka Warung Masakan Jawa, Bertahan dari Krisis dan Pandemi Corona
Cerita tentang Musiyem di Sragen, walau warungnya tidak begitu besar, tapi ada kisah perjuangan di dalamnya. Warungya selamat dari krisis dan pandemi.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Buah dari konsisten yang ia jalani, Musiyem akhirnya mampu membeli tanah pekarangan dan punya rumah sendiri pada tahun 2005.
"Dari usaha ini, bisa membeli tanah pekarangan, akhirnya punya rumah, alhamdulillah, selepas punya rumah, gantian menyekolahkan anak," jelasnya.
Musiyem pun juga mampu mengantar ketiga anaknya berkuliah di perguruan tinggi negeri.
"Dari usaha ini bisa mengkuliahkan 3 anak, anak saya kuliah di Undip, UGM, dan yang paling kecil di IAIN, alhamdulillah," jelasnya.
Kini, anaknya yang pertama bekerja di salah satu bank syariah, kemudian anak keduanya menjadi perangkat kelurahan di Kabupaten Bantul.
Sedangkan anak terakhirnya, masih berjuang menjalani semester enam dengan IPK 3,86.
Baca juga: Kisah Sukses Pria Asal Boyolali : Resign dari Karyawan, Jadi Bos Singkong, Omzet Rp 150 Juta Sebulan
"Alhamdulillah, dari hasil berjualan ini, bisa mengantarkan anak-anak sampai sekarang, warung ini nanti juga bisa diteruskan oleh anak-anak, mungkin bisa sebagai pekerjaan sambilan," kata Musiyem.
Selama berpuluh-puluh tahun mencari rezeki di kawasan sekolah Panca Marga, Musiyem sempat khawatir usahanya berhenti ketika kiosnya dibongkar untuk dipindah ke Sentra Kuliner Veteran Brigjen Katamso yang sekarang.
Namun, ia masih diperbolehkan berjualan di sekitar proyek pembangunan sentra kuliner tersebut yang membuat usahanya terus jalan.
Sampai pada akhirnya, pada tahun 2021, Musiyem menempati tempat baru di kios Sentra Kuliner Veteran Brigjen Katamso.
Usaha Musiyem kembali terpukul setelah pandemi covid-19 datang, yang berdampak kepada sepinya sentra kuliner tempatnya mencari nafkah.
Selain itu, ia juga harus bersaing dengan teknologi yang bisa memesan makanan secara online.
"Kalau pandemi ini lebih parah dari tahun 1997 itu, karena sempat ditutup, juga sekarang orang di rumah saja makanan bisa datang, kalau soal pesan makanan online itu, saya tidak bisa," ucapnya.
"Tapi kita tetap jalankan terus usaha ini, karena ini ya ladang dan sawah saya, hasilnya sekarang masih cukup untuk kehidupan sehari-hari, dan masih bisa menabung untuk jaga-jaga kalau anak butuh," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.