Berita Boyolali Terbaru
Mitos Palenggahan PB X di Lencoh Boyolali, Jadi Tempat Raja Berkomunikasi dengan Penguasa Merapi
Bangunan kecil itu berukuran sekitar 3x3 meter dan berada di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Banyak peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta di Boyolali.
Mulai dari Umbul Pengging, Pesanggrahan Pracimoharjo di Paras, Cepogo, Tapak Noto, hingga Goa Raja di Desa Samiran.
Tapi ada pula sebuah bangunan kecil berukuran sekitar 3x3 meter yang ada di Desa Lencoh, Kecamatan Selo.
Bangunan kecil itu menjadi bukti jika dulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu kerap dikunjungi raja Surakarta.
Bangunan yang berada di bawah rimbunnya dua pohon beringin di kanan kirinya itu namanya Palenggahan Susuhunan Pakubuwono X.
Palenggahan PB X itu menghadap ke puncak Merapi.
Tak sulit untuk menuju Pelanggahan PB X ini.
Gang masuknya dari jalur Solo-Selo-Borobudur tak begitu jauh.
Setelah melewati Simpang PB VI atau pusat Selo ada gapura Dukuh Tritis.
Hanya beberapa meter dari gapura itulah lokasinya berada.
Baca juga: Mitos Pohon Keramat yang Tumbang di Musuk Boyolali : Dihuni Sosok Mbah Truno, Juru Kunci Ada Firasat
Pemerhati sejarah Kota Solo KRMT L Nuky Mahendranata Nagoro alias Kanjeng Nuky membeberkan tempat itu punya arti penting bagi Keraton Solo.
Nagari Surakarta Hadiningrat meyakini ada empat pepunden yang melindungi dan bersinergi dalam menjaga Keraton.
"Keraton sebagai pusat kosmologi Jawa sebagai pancernya (Pusatnya). Di jaga empat penjuru yang menjaganya," jelasnya kepada TribunSolo.com, Kamis (16/2/2023).
Di timur, ada Sunan Lawu di Gunung Lawu, di utara ada Dewi Kalayuwati di Krendowahono, di selatan ada Kanjeng Ratu Kencana Sari di Laut Selatan.
Sedangkan di barat ada Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton di Gunung Merapi.
"Beliau-beliau ini disebut penguasa utama selain beberapa tokoh penguasa gaib," jelasnya.
Raja-raja Solo, seperti Paku Buwono IV dan Paku Buwono VI, kerap melakukan tetirah di lereng Merapi.
Yang kemudian, dibangun sejumlah Pesanggrahan.
Salah satunya, Goa Raja di Selo digunakan PB VI untuk dalam menempa batin dan sesirih kepada Tuhan Yang Maha Agung.
Goa Raja ini juga untuk mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro.
Baca juga: Mitos Pohon Ratusan Tahun di Musuk Boyolali, Pernah Menangis saat Rantingnya Dipangkas
Kebiasaan PB VI ini kemudian menurun ke PB IX, putra beliau.
PB IX dikenal sebagai raja yang gemar bertapa.
"Kemudian Sinuhun PB X meneruskan kebiasaan ayah dan eyangnya dalam mengolah diri berkomunikasi dengan Tuhan secara pribadi dalam keheningan dan berkomunikasi dengan penguasa Gunung Merapi Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton," tambahnya.
Tempat PB X berkomunikasi ini disebut Bukit Cilenguk.
Sebuah bukit yang menghadap Merapi.
Di sana, ada sebuah tempat duduk yang dulunya ditutup jarik.
Di bukit itu, digunakan PB X untuk berkomunikasi penguasa gunung Merapi.
Hal itu dilakukan sebagai upaya batin dalam menjaga kestabilan nagari Surakarta dan l terhindar dari geliat Merapi.
PB X berkomunikasi dengan Tuhan secara pribadi dalam keheningan dan berkomunikasi dengan penguasa Gunung Merapi Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton bersama abdi kinasihnya Eyang Sapu Jagad dan Eyang Sapu Regol.
"Sekarang, tempat duduk itu di tutup bangunan," pungkasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.