Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Ide Bisnis

Briket Arang Rp 6 Ribu per Kg, Dari Batok Kelapa Jadi 'Permata', Bisa Sampai Ekspor ke Jepang

Briket arang batok mungkin bisa jadi solusi untuk energi terbarukan yang saat ini tengah dicari sejumlah negara di dunia.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Tri Widodo
Briket arang yang dibuat Sukarli 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Briket arang batok mungkin bisa jadi solusi untuk energi terbarukan yang saat ini tengah dicari sejumlah negara di dunia.

Bagaimana tidak, pengganti bahan bakar itu bisa dibuat dengan berbahan limbah.

Yakni batok atau kulit keras kelapa.

Meski di dalam negeri kurang diminati, namun di produksi UMKM Indonesia ini cukup diminati pasar internasional.

Salah satunya, briket yang diproduksi di Desa Kedunglengkong, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali.

Sukarli, pengelola produksi briket mengatakan sebagian besar briketnya dikirim ke wilayah timur tengah dan Jepang

Hanya sebagian kecil saja yang dikirim ke pasar lokal.

"Untuk pasar lokal cuma di kafe-kafe, seperti di Jogja, Bali, Jakarta, dan kota-kota besar lainnya," kata Sukarli.

Padahal, briket arang ini lebih ekonomis ketimbang bahan bakar berbahan fosil.

Dia sudah melakukan riset terhadap usaha peternakan ayam.

Baca juga: Pundi Cuan Tas Rajut dari Boyolali, Tutik Bisa Ekspor ke Amerika, Sebulan Bisa Dapat Rp 4 Juta

Baca juga: Mengenal Diecast Custom, Manfaatkan Clay Bisa Cuan, Dilirik Kolektor Hongkong Hingga Amerika Serikat

Usaha peternakan ayam membutuhkan pemanas saat menurunkan DOC.

Selama ini, para peternak menggunakan gas elpiji.

Selama dua hari pemanasan bayi ayam, dibutuhkan paling tidak 18 tabung gas ukuran 3 kg.

"Namun, dengan arang briket ini cuma butuh 40-50 kilogram untuk memanaskan DOC selama 2 hari," katanya.

Harga briket Rp 6 ribu per kilogram, maka pengeluaran untuk pemanasan ayam ini membutuhkan biaya Rp 300 ribu.

"Kalau pakai gas,18 tabung kali harga gas sekarang sudah berapa," jelas dia.

"Belum lagi, gas melon itu hanya untuk masyarakat, bukan untuk industri," tambahnya.

Untuk itu, pihaknya akan  mengajak pelaku  UMKM kuliner dan peternakan ayam.

Sebab, dengan menggunakan briket ini, panas bara lebih optimal dan jauh lebih ekonomis.

"Usaha kuliner yang akan kami coba itu, untuk kuliner yang membutuhkan pemanasan yang lama, seperti warung Soto, Bakso, Gudeg dan lain sebagainya." tutur dia.

"Dan tidak berasap juga," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved