Tapera Jadi Bantuan atau Beban Buruh
Sisihkan 70 Persen Upah Bulanan Buat Biaya Hidup, Buruh di Solo Jateng Tak Yakin Tapera Jadi Bantuan
SPSI Kota Solo menyebutkan bahwa buruh di kota Solo setidaknya menghabiskan 70 persen dari upah bersih yang ia terima tiap bulannya untuk biaya hidup.
Penulis: Andreas Chris Febrianto | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Solo atau Surakarta masuk dalam kategori kota dengan biaya hidup termurah. Faktor ini ditengarai bakal memudahkan para buruh bila wacana Tapera diterapkan.
Tapi fakta di lapangan nyatanya berbeda. Agaknya privilege tersebut tidak bisa dirasakan oleh para buruh swasta.
Dilansir dari berbagai sumber, biaya untuk tempat tinggal di Kota Solo seperti indekos bisa memakan dana Rp 500 ribu per bulan untuk kos dengan kategori biasa.
Sementara biaya makan untuk satu orang bisa memakan dana sebesar Rp 300 ribu per bulan di Kota Solo.
Namun hal berbeda diungkapkan oleh Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kota Solo, Wahyu Rahadi dari data dan survei yang pernah dilakukan oleh serikat buruh di Kota Solo pada tahun 2022 silam.
Wahyu menyebutkan bahwa buruh di kota Solo setidaknya menghabiskan 70 persen dari upah bersih yang ia terima tiap bulannya untuk biaya hidup.
Bukan hanya biaya makanan maupun tempat tinggal, tetapi survei yang dilakukan oleh pihak Wahyu mengatakan bahwa biaya seperti hiburan dan keperluan sandang pun seharusnya dimasukkan ke dalam pengeluaran bulanan buruh swasta.
Baca juga: Buruh di Solo Jateng Mulai Pertanyakan Wacana Tapera, Takut Gaji Makin Terkikis Tiap Bulannya
"Itu ukurannya yang kita pakai PP 78. Yaitu ada 60 item PP 78, kita mensurvei harga-harga di pasar-pasar dan kebutuhan sudah diatur oleh pemerintah dengan munculnya PP 78. Dan kami telah mensurvei kebutuhan layak dari pada kawan buruh baik kebutuhan konsumsi, perumahan, sandang, kesehatan, hiburan, itu ada di situ," kata Wahyu.
"Di tahun 2022 November, kami dari 4 serikat pekerja itu mensurvei angka pengeluaran buruh tiap bulannya mencapai Rp 2,4 juta," tambahnya.
Namun Wahyu menegaskan data tersebut jika dikomparasikan dengan sejumlah penelitian yang ada.
Rata-rata kebutuhan konsumtif di Kota Solo per kapita mencapai Rp 1,7 juta.
"Kalau kita bicaranya data yang setiap tahunnya selalu muncul. Kebutuhan konsumtif di Solo itu rata-rata per kapita orang itu kan Rp 1,7 juta per bulan. Kebutuhan konsumsi itu menghabiskan hampir 70 persen upah. Lalu berapa persen untuk sandang dan papannya? Di solo saja kos-kosan yang bisa dipakai keluarga sudah Rp 500 ribu per bulan," urainya.
TribunSolo.com mencoba menganalogikan terkait pengeluaran buruh di Kota Solo setiap bulannya, baik untuk buruh yang masih lajang maupun buruh yang sudah berkeluarga.
Rata-rata untuk buruh yang masih lajang, biaya hidup yang harus dikeluarkan setiap bulannya mencapai Rp 1,7 juta dengan rincian biaya utilitas tempat tinggal seperti kos, listrik, dan sebagainya bisa mencapai Rp 500 ribu sampai Rp 750 ribu per bulan. Dengan catatan keperluan mendesak yang didahulukan.
Baca juga: Mahasiswa Demo di DPRD Solo Jateng, Menolak Program Tapera dan Minta RUU Perampasan Aset Disahkan
Untuk biaya makan bagi pekerja lajang bisa menghabiskan Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu per bulan. Ditambah biaya sandang seperti membeli baju ataupun mencuci pakaian bisa mencapai Rp 200 ribu per bulan.
Developer Sebut Tapera Tak Bakal Saingi Program KPR, Sarankan Perubahan Regulasi UMK di Daerah |
![]() |
---|
3 Pandangan Buruh Solo Jateng soal Tapera, Dilema Tak Bisa Menabung, Biaya Hidup Meroket Tiap Tahun |
![]() |
---|
Dilema Buruh di Solo Jateng soal Tapera, Kenaikan Upah Tak Sejalan dengan Beban Potongan Tiap Bulan |
![]() |
---|
Buruh di Solo Jateng Mulai Pertanyakan Wacana Tapera, Takut Gaji Makin Terkikis Tiap Bulannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.