Tapera Jadi Bantuan atau Beban Buruh
3 Pandangan Buruh Solo Jateng soal Tapera, Dilema Tak Bisa Menabung, Biaya Hidup Meroket Tiap Tahun
Pro dan kontra pun bermunculan seiring bergulirnya wacana penerapan Tapera yang menyasar kepada buruh dan pegawai swasta.
Penulis: Andreas Chris Febrianto | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Wahyu pun menuturkan salah satu rekannya yang menjadi tulang punggung keluarga, atau bekerja sendiri dan harus menghidupi istri dan anak disebutnya sampai harus berpikir ulang hanya untuk sekadar jajan atau membeli kebutuhan pribadi.
"Paling tidak, ya mereka suami istri harus bekerja kalau melihat pendapatannya hanya segitu. Kalau cuma satu pencari upah ya sangat bermasalah. Bahkan sekadar jajan aja, berat," kata dia.
Meski dengan upah mepet tiap bulannya, Wahyu menuturkan ada juga kasus lain seperti buruh yang mendapat bantuan dari keluarga.
Maka dari itu Wahyu menjelaskan kenapa dengan UMK terbilang rendah di Kota Solo jika disandingkan dengan rata-rata biaya hidup yang tiap tahunnya semakin meningkat, para buruh masih bisa menjalaninya.
"Tapi kan ya teman-teman masih bisa hidup layak saat ini dengan upah sesuai UMK. Ya banyak teman buruh akhirnya mencari tambahan dengan cari peluang lain, atau masih ada support keluarga. Seperti saudara punya beras ya dikasih, atau orang tuanya masih punya sawah ya dikasih per bulannya. Jadi itu membantu menekan pengeluaran bulanan," jelasnya.
Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kota Solo, Wahyu Rahadi tidak memungkiri dirinya dan kawan-kawannya yang merupakan buruh dengan upah mepet.
Hal itu tak lain karena setiap bulannya, kini buruh harus dibebani dengan potongan mencapai 4 persen dari upahnya.
Dan apabila kebijakan terkait Tapera yakni potongan upah sebesar 2,5 persen per bulan maka buruh swasta harus kehilangan 6,5 persen dari gajinya setiap bulan.
Dengan kata lain, apabila Tapera diterapkan tahun ini maka upah buruh swasta di kota Solo yang hanya sebesar Rp 2.241.000 per bulan harus berkurang sebesar Rp 143.165 atau hanya tersisa Rp 1.997.835.
Di sisi lain, padahal setiap tahunnya kenaikan upah buruh disebut Wahyu tak sampai 5 persen dari gaji mereka.
"Ya itu susahnya kita mau lihat dari mana, kalau membebani pasti dengan upah sekecil itu, kenaikan yang selalu di bawah 5 persen dan akan mengurangi daya beli teman-teman," ungkapnya.
Namun demikian, sebagai sosok yang mengemban tugas menjadi garda terdepan serikat buruh, Wahyu enggan bertumpang tangan dan bahkan menolak serta merta terkait wacana kebijakan Tapera.
Baca juga: Sisihkan 70 Persen Upah Bulanan Buat Biaya Hidup, Buruh di Solo Jateng Tak Yakin Tapera Jadi Bantuan
Ia juga mengaku telah mempelajari secara pribadi maupun berdiskusi dengan banyak pihak mengenai hal tersebut demi bisa menjelaskan secara detail kepada rekan sesama buruh terkait Tapera tersebut.
Wahyu menjelaskan bila skema Tapera nantinya bisa menjadi tabungan untuk rekan buruh agar bisa membeli hunian bagi yang masih ngontrak, hal itu cukup melegakan.
Tapi apabila tak bisa berwujud rumah, dan bisa dialihkan dalam bentuk tabungan berjangka, maka hal tersebut juga bisa menjadi secerca harapan bagi buruh.
Developer Sebut Tapera Tak Bakal Saingi Program KPR, Sarankan Perubahan Regulasi UMK di Daerah |
![]() |
---|
Dilema Buruh di Solo Jateng soal Tapera, Kenaikan Upah Tak Sejalan dengan Beban Potongan Tiap Bulan |
![]() |
---|
Sisihkan 70 Persen Upah Bulanan Buat Biaya Hidup, Buruh di Solo Jateng Tak Yakin Tapera Jadi Bantuan |
![]() |
---|
Buruh di Solo Jateng Mulai Pertanyakan Wacana Tapera, Takut Gaji Makin Terkikis Tiap Bulannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.